Adamas Belva Mundur dari Staf Khusus dan Harus Diapresiasi

adamas belva, ruangguru, jokowi, staf khusus milenial, konflik kepentingan mojok.co

adamas belva, ruangguru, jokowi, staf khusus milenial, konflik kepentingan mojok.co

MOJOK.COAdamas Belva memutuskan mengundurkan diri dari posisinya sebagai staf khusus presiden. Langkah yang tepat di tengah kritikan tajam kepada dirinya.

Adamas Belva Syah Devara mengumumkan pengunduran dirinya sebagai staf khusus presiden. Belva mengundurkan diri per 15 April 2020. Alasannya biar nggak terjadi konflik kepentingan dan bisa memecah konsentrasi Presiden.

Kit tahu kalau Belva itu CEO Ruangguru, perusahaan yang menyediakan jasa pelatihan di Kartu Prakerja. Kritikan kepada Belva muncul karena perusahaan yang ia pegang menang tender program pemerintah. Banyak yang menduga bahwa Belva menggunakan posisinya sebagai staf khusus agar Ruangguru menang tender.

Terlepas dari benar tidaknya tuduhan tersebut, Belva mengambil langkah tepat untuk mundur dari jabatannya sebagai stafsus. Selain bisa mengakhiri polemik yang ada, langkah tersebut memang sewajarnya diambil.

Belakangan memang Belva jadi sorotan banyak pihak. Nggak berlebihan jika orang menuduh dia memanfaatkan power sebagai staf khusus presiden. Makanya, mundur dari jabatan stafsus adalah langkah tepat.

Kenapa memilih mundur jadi stafsus tepat? Begini.

Jika Belva memilih mundur dari Ruangguru, sama saja dia membuang kerja kerasnya selama ini. Keahliannya lebih berguna di Ruangguru. Kerja Belva lebih berefek besar kepada rakyat Indonesia lewat Ruangguru.

Jika memilih bertahan sebagai staf khusus, besar kemungkinan dia menjadi kurang produktif dan terus jadi sasaran kritikan. Staf khusus kerap dikritik karena kinerjanya tidak kelihatan, malah terlalu sering mengisi acara-acara motivasi, sudah begitu sering blunder. Banyak yang akhirnya berpendapat, kalau cuma menebar gimmick, mending dibubarkan saja, toh kinerjanya nggak terasa.

Langkah Belva harus sedikit diapresiasi. Ini menunjukkan bahwa masih ada orang waras yang sadar diri dan posisi. Sadar potensinya tidak terpakai secara penuh dan juga sadar posisinya rentan dari banyak kepentingan.

Pilihan Belva ini sebetulnya inspiratif, lho. Khususnya buat staf khusus so called milenial lain yang harusnya sadar dirinya tidak terlalu “berguna”. Lha wong keberadaan mereka ini “tidak mendesak”, yang ada malah ngabisin duit negara.

Ya apa gunanya staf khusus berisi orang-orang muda jika kebijakan yang ada tidak memihak orang-orang muda?

Belva bisa jadi contoh masih ada orang yang tidak serakah meski berada di dalam lingkar pemerintahan. Serakah bisa dalam banyak bentuk, bisa harta, bisa jabatan. Setidaknya, Belva menunjukkan bahwa kita tetap bisa memilih hal yang benar, apapun keadaannya.

Saran aja nih, saran lho ya, lain kali kalau milih orang mbok ya jangan dibolehin megang jabatan dobel, Pak Jokowi. Biar nggak ada conflict of interest gitu.

Oh iya, Pak Jokowi mbok coba bilangin Andi Taufan, belajar nulis surat yang bener. Kali aja dia kepikiran mundur, kalau mau mundur harus bikin surat dulu kan, Pak?

BACA JUGA Logika Kartu Prakerja: Kalau Bisa Bayar, Kenapa Harus Gratis? dan tulisan menarik lainnya dari Rizky Prasetya.

Exit mobile version