Marcus Gideon/Kevin Sanjaya Juara Ganda Putra, Kado untuk Herry IP

Marcus Gideon/Kevin Sanjaya Juara Ganda Putra, Kado untuk Herry IP

Marcus Gideon/Kevin Sanjaya Juara Ganda Putra, Kado untuk Herry IP

MOJOK.COFinal All Indonesia di ganda putra bulutangkis Asian Games 2018 berakhir tegang. Marcus Gideon/Kevin Sanjaya menang setelah reli dahsyat di set ketiga.

Meski mempertemukan dua pasang pemain Indonesia, game final ganda putra Asian Games 2018 berlangsung sangat seru. Lewat 3 set ketat, akhirnya ganda putra nomor 1 dunia Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya mengalahkan ganda nomor 9 dunia, Fajar Alfian/Muhamad Rian Ardianto.

Tiga set pertandingan ini mengoleksi skor 13-21, 21-18, dan 24-22. Marcus dan Kevin keok di set pertama.

Set ketiga mejadi set paling mengerikan karena mengalami tiga kali match point. “Jual beli pukulan,” komentar Bu Broto Happy Wondomisnowo, yang ditimpali Bung Valen dengan “reli yang perfect. Hadiahnya dibagi rata saja.”

Lebih tegang lagi, ketiga mencapai poin 22 sama, Kevin sempat berlari cepat saat pertandingan berlangsung untuk mengganti raket.

Di tribun, Puan Maharani tampak berdiri tegang, sementara Megawati Soekarnoputri duduk di sebelahnya.

Mengingat performa kedua pasangan ini yang sama luar biasa, mungkin benar kata Mbak Yuni Kartika, ada “unsur luck” dalam kemenangan Marcus/Kevin. Menurut Fajar/Rian, keunggulan lawan mereka adalah ketenangannya.

Di Asian Games, ganda putra bulutangkis pernah menyumbang emas lewat pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan (2010), kemudian Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (2014).

Final ini adalah pertemuan kedua Marcus/Kevin dan Fajar/Rian tahun ini. Pertemuan pertama terjadi pada turnamen Indonesia Open S1000. Saat itu Fajar/Rian tampaknya masih kaget dengan kecepatan Kevin yang luar biasa. Fajar sebagai playmaker kerap didahului Kevin sebelum dapat menerapkan pola permainannya.

Laga tersebut diakhiri dengan kemenangan mudah Marcus/Kevin 21-13 21-10. Marcus/Kevin memang mengandalkan permainan yang cepat, sementara Fajar/Rian memiliki keunggulan pada placing halus dan pintar mengatur irama permainan.

Pada laga final tanpa pelatih ini (kedua pasangan ini punya pelatih yang sama di pelatnas, yakni Herry IP), keduanya dituntut untuk mampu menyusun strategi. Pada akhirnya, siapa pun yang menang, Herry IP-lah juaranya. Selamat ulang tahun, Pak Herry IP!

Exit mobile version