Ini Bahaya Ngorok yang Lebih Gawat daripada Ngerokok

MOJOK.CO Bahaya ngorok timbul karena ia merupakan pertanda awal Sleep Apnea, yaitu terhentinya napas kita (hah, kita???) selama 10 detik dan terjadi berulang-ulang.

Gara-gara kabar yang beredar soal kebiasaan mendengkur saat tidur alias ngorok tersebar luas, beberapa orang mulai merasa khawatir. Bagaimana tidak—lah wong artikel-artikel kesehatan dengan yakin menulis bahwa ngorok bisa menyebabkan kematian! Jelas, mereka tidak membayangkan umur yang bakal habis selagi tertidur, padahal masih banyak hal yang ingin dikerjakan setelah terjaga di pagi hari.

Hmm, tapi benarkah bahaya ngorok semengerikan itu? Bukankah ngorok itu hal yang wajar-wajar saja terjadi kalau kita sedang terlalu lelah, misalnya setelah mengajar gebetan dosen pembimbing selama seharian penuh???

Ternyata penjelasannya tidak semudah itu, Ferguso. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia pernah menegaskan bahwa mendengkur alias ngorok adalah gangguan penyempitan saluran napas yang terjadi saat tidur. Nah, penyempitan ini mengakibatkan aliran udara dalam saluran pernapasan berkurang. Alhasil, suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh pun berkurang.

Dari sekadar “ah-ngorok-mah-cuma-karena-kecapekan-aja”, semestinya kita sama-sama waspada karena ternyata ngorok merupakan pertanda awal munculnya Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau Sleep Apnea. Keadaan ini merupakan terhentinya napas kita (hah, kita???) selama 10 detik dan terjadi berulang-ulang.

Iya, saya ulangi: berulang-ulang.

Saking mboseninya karena harus terbangun berkali-kali, penderita Sleep Apnea bakal susah merasa segar dan ujung-ujungnya tetap mengantuk. Di Inggris, untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah melarang pengidap Sleep Apnea untuk berkendara—menjadi contoh waspada kesehatan yang baik untuk ditiru. Sayangnya, di Indonesia, adanya Sleep Apnea sendiri masih sangat diremehkan, padahal sebuah penelitian telah menemukan bahwa ada sekitar 20% penderitanya yang tersebar di Jakarta. Hal ini, lagi-lagi, mungkin terjadi karena gejalanya yang sungguh ‘terlalu biasa’: ngorok dan gampang merasa ngantuk sehingga ingin tidur terus-menerus.

Sleep Apnea berbahaya—itu pasti. Atau, secara sederhana, bahaya ngorok adalah fakta, sebab ia berpeluang timbulkan kematian karena menjadi gejala dari Sleep Apnea itu sendiri. Untuk itu, kita (hah, kita???) perlu melakukan langkah-langkah khusus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Kalau kamu atau orang-orang terdekatmu ngorok, kenapa tidak coba periksakan diri di laboratorium tidur? Di sana, ada sebuah alat bernama polisomnografi yang bermanfaat untuk mendiagnosis ngorok: ia akan menilai apakah suara ngorok yang terdengar itu wajar-wajar saja atau memiliki momen-momen henti napas yang mendadak. Jika ada, ia mungkin terserang Sleep Apnea, dan akan dicari tahu pula soal derajat dan jenis Sleep Apnea yang dideritanya.

Lantas, kalau sudah tahu, apa yang bisa dilakukan selanjutnya?

Setidaknya, ada beberapa cara perawatan yang tepat bagi para penderita Sleep Apnea, tergantung pada hasil pemeriksaan. Dokter-dokter ahli mungkin melakukan pembedahan, penggunaan dental appliances, atau menggunakan continuous positive airway pressure.

Tapiii, kenapa sih kira-kira kita (hah, kita banget nih???) harus memeriksakan diri dan mewaspadai adanya Sleep Apnea yang bukan sekadar ngorok? Kenapa kita nggak bisa tetap berpikiran positif aja bahwa ngorok ini adalah ngorok yang normal dan dialami semua orang, dan meraka masih kelihatan fine-fine aja???

Kalaupun dianggap “biasa”, ngorok itu juga bukan hal yang dianjurkan bagi kesehatan, Gaes. Sebuah jurnal kesehatan bahkan secara tegas menyebutkan bahwa bahaya ngorok jauh lebih tinggi dibandingkan tipu muslihat kekasih yang selingkuh kolesterol tinggi dan kebiasaan merokok. Ngeri, kan?!

Lagi pula, Sleep Apnea ini juga menjadi “pintu gerbang” datangnya acaman yang lebih besar. Ia mampu menjadi penyebab hipertensi, diabetes, penyakit jantung, disfungsi ereksi, hingga kematian itu sendiri. Toh, gejalanya cukup jelas: ngorok—dan semua orang tentu bisa mengenalinya.

Pilihannya ada pada diri kita: mau menertawakan suara ngorok tadi keras-keras, atau mulai waspada dan cegah Sleep Apnea yang mengintai nyawa diam-diam?

Exit mobile version