MOJOK – Ada banyak alasan mengapa Liverpool kalah di final Liga Champions ketika melawan Real Madrid. Di luar soal teknis, setidaknya ada lima unsur yang perlu pembaca ketahui.
Liverpool kalah. Hal ini sebetulnya sudah bisa ditebak jauh hari karena di berbagai pemberitaan dan media sosial, wakil dari klub Inggris ini bakal menang. Biasanya pula, kenyataan di atas lapangan hijau selalu mengkhianati kemenangan di layar ponsel.
Tentu saja akan ada banyak analisis dari para pandit soal kekalahan Liverpool ini. Saya cukup menyigi dari sisi yang sepele saja.
1. Di alam bawah sadar para pemain Liverpool, mereka sesungguhnya tahu bahwa kasta klub ini tidak di Liga Champions. Hal itu terlihat begitu Mohamed Salah keluar lapangan karena cedera, permainan menjadi berbalik. Padahal tanpa Mohamed Salah, sebetulnya Liverpool tetap bisa bermain bagus. Gol balasan Sadio Mane membuktikan hal itu.
2. Laga final Liga Champions ini bisa membuat para pemain demam lapangan hijau. Kalau mental mereka tidak kuat, satu dua kekeliruan kecil saja bisa mengandaskan harapan atas kemenangan. Loris Karius contohnya. Dua kali dia melakukan kekeliruan yang tidak perlu, dan dua kali pula gawang yang dijaganya jebol.
3. Pertandingan ini adalah pertaruhan lain bagi Zinedine Zidane. Setidaknya dia membuktikan bahwa dirinya lebih berprestasi dibanding Pep Guardiola. Setiap kesebelasan, pemain, dan pelatih punya roda prestasi masing-masing. Pep adalah pemilik masa lalu tapi Zidane punya masa depan. Tapi bukan berarti masa depan Zidane akan terus bersama Real Madrid.
4. Doa fans Manchester United (MU) lebih mujarab dibanding fans Barcelona. Kok bisa? Begini… Pertandingan ini memang Liverpool melawan Real Madrid. Tapi sesungguhnya yang bertarung harapan dan doa adalah fans MU vs fans Barca. Fans MU tak ingin Liverpool menang, dan fans Barca tak ingin Madrid menang. Kebetulan pula saya menonton bersama dengan Agus Mulyadi (fans MU), dan Fawaz (fans Barcelona). Mereka beradu doa malam ini. Sebentar-sebentar ada pekik takbir dan ucapan hamdalah dari mulut keduanya. Kemudian terbukti doa fans MU yang dikabulkan Tuhan.
5. Dan ada doa yang diam-diam dilangitkan. Ya, doa fans Arsenal. Mereka tampaknya juga tidak ingin Liverpool yang menang. Kebetulan saya menonton juga dengan Yamadipati Seno. Dia memang tidak seekspresif Agus atau Fawaz. Tapi jelas dari mukanya tergambar bahwa kasta Liverpool tak boleh berbeda dengan kasta Arsenal. Kasta kesebelasan alaming lelembut, alias malam Jumat, alias Liga Eropa.
Jadi buat fans The Reds, sebetulnya mereka tetap harus bersyukur. Mencapai final Liga Champions sudah pencapaian yang baik buat Liverpool. Tidak baik punya harapan berlebihan. Selanjutnya, mereka bisa lebih punya harapan untuk menjuarai Liga Eropa.
Selamat menjalankan ibadah puasa. Kalau puasa jangan lupa berbuka. Ibarat orang puasa, Liverpool sudah lama tak berbuka. Sementara Madrid bentar-bentar lebaran melulu. Bikin fans Barca kesel, tahu!
Saya sih netral lho ya…