MOJOK.CO – PDIP akan mempertunjukkan bahwa Puan Maharani bukan sekadar anak Megawati dan cucu Sukarno, tapi politikus yang sangat matang.
Perseteruan politik PDIP yang dalam hal ini dilakukan oleh Puan Maharani berduet dengan Bambang Wuryanto melawan Ganjar Pranowo, menunjukkan satu sinyal yang kuat. Tampaknya, PDIP mulai fokus ingin Puan Maharani tampil dalam kontestasi pilpres 2024. Seberapa besar potensinya?
Jika melihat berbagai survei politik, kita sebetulnya menyaksikan dua hal. Pertama, elektabilitas seluruh kandidat urutan atas tidak ada yang melampaui 20%. Artinya, untuk sementara, pemenangnya adalah “belum menentukan pilihan”.
Masih terbuka kesempatan bagi siapa saja untuk mengerek popularitas dan elektabilitas. Asal punya modal politik dan finansial yang cukup. Kedua, dalam berbagai survei, elektabilitas Puan Maharani justru naik. Memang belum melewati 5%, namun trennya naik. Ketiga, di berbagai survei pula, sosok Puan menduduki rangking tertinggi jika disurvei dengan pertanyaan “Siapakah tokoh yang layak menjadi wakil presiden?”
Itu dari sisi angka. Namun sesungguhnya, Puan memiliki hal lain, yakni modal politik yang tidak sembarangan bisa dimiliki oleh kandidat lain.
1. Trah Sukarno
Bagaimanapun, diakui atau tidak, Puan adalah salah satu cucu Sukarno yang sangat menonjol. Harus diakui pula, di Indonesia, masih banyak masyarakat yang merasa punya kedekatan hati dengan Presiden Pertama RI tersebut.
Nama besar Sukarno yang tak lekang oleh zaman, akan selalu menjadi modal sosial bagi siapa saja yang punya garis keturunan dengan beliau. Megawati Sukarno Putri juga mendulang hal ini, demikian pula Puan Maharani.
Beberapa pengamat politik memperkirakan, jika pemilu tiba, pemilih tradisional-loyal terhadap trah Sukarno ini, minimal sebesar 10% dari pemilih. Tentu itu modal yang cukup besar karena bisa diperkuat dan diperluas dengan modal yang lain.
2. Kaya pengalaman
Sebagai sosok yang lahir dari keluarga politikus sekaligus dikader langsung oleh ibunya, Puan Maharani meniti karier politik dengan sistematis. Mental politiknya ditempa ketika Megawati mengalami masa-masa politik yang buruk, saat berhadapan dengan rezim Soeharto.
Mentalitasnya tentu saja teruji. Lalu pada 2006, Puan mulai masuk sebagai anggota parlemen dengan meraih suara terbanyak kedua di seluruh Indonesia dari dapil Jawa Tengah V yang meliputi Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali.
Tidak berhenti di sana, pada pemilu legislatif berikutnya, yakni 2012-2014, Puan Maharani menjabat sebagai ketua Fraksi PDIP. Dia akhirnya mencicipi pengalaman di eksekutif sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia pada masa kepemimpinan Presiden Jokowi yang pertama.
Sekarang, Puan menduduki salah satu jabatan politik yang tidak main-main dengan menjadi ketua DPR di usia yang masih cukup muda: 46 tahun. Dia juga digembleng oleh ibunya untuk ikut duduk sebagai ketua DPP PDIP.
Mungkin tidak banyak yang tahu, di berbagai pilkada, Puan ikut tampil sebagai tim sukses. Salah satunya adalah menjadi komandan pertempuran saat Ganjar Pranowo berlaga di pilgub Jateng 2013.
3. Komandan parpol terbesar
Sebagai salah satu ketua DPP PDIP, sekaligus anak ketua umum PDIP, tidak diragukan lagi, Puan Maharani juga komandan parpol tersebut. Saat ini, PDIP adalah partai pemenang pemilu, dengan jumlah kursi di parlemen terbanyak. Posisi ini jelas sangat strategis untuk Puan.
Wajar rasanya, jika dia adalah kandidat terkuat untuk maju pilpres 2024. Apalagi selama ini, PDIP punya kultur politik yang tunduk pada pimpinan tertinggi, serta punya mekanisme politik yang kuat dan solid. Seiya-sekata. Tegak lurus dengan ketua.
4. Dukungan kaum perempuan
Di Indonesia, dukungan kelas menengah perempuan bisa menjadi faktor penting. Bagaimanapun, dari 15 nama yang sering masuk dalam bursa survei, hanya ada 3 nama: Susi Pujiastuti, Sri Mulyani, dan Puan Maharani. Dan makin sering survei digelar, nama Puan yang makin melejit. Secara hitungan politik sebagaimana beberapa poin di atas, sosok Puan yang paling potensial maju dalam pencapresan. Entah sebagai capres atau cawapres.
Pada pemilu-pemilu sebelumnya, hanya ada satu sosok Megawati yang menjadi representasi perempuan. Sudah lama tidak ada sosok perempuan dalam kompetisi politik tingkat tinggi di negeri ini. Dengan begitu, besar kemungkinan Puan akan mendapatkan dukungan dari kaum perempuan, terutama perempuan kelas menengah terdidik. Sebab bagi mereka, representasi perempuan dalam jagat politik di Indonesia sangat penting. Jika Puan bisa membuat strategi kampanye yang jitu, tidak menutup kemungkinan dia juga bakal mendapatkan simpati dari kaum perempuan di perdesaan.
Dengan berbagai modal di atas, saya menduga Puan-lah yang akan diminta maju untuk dalam kandidasi politik di level tertinggi. Namun dugaan saya, Puan Maharani tidak maju sebagai capres melainkan cawapres. Dia akan dipasangkan dengan Prabowo Subianto sebagai capres. Koalisi dua parpol ini, tentu akan menarik perhatian partai lain untuk bergabung karena potensi menangnya lebih besar.
Kenapa sebagai cawapres? Karena dari sisi elektabilitas, jelas Puan tidak mungkin mendapatkan elektabilitas tinggi untuk maju sebagai capres. Selain itu, kalau dilihat dari sisi usia, Puan masih cukup muda sebagai capres. Dan jika ditilik dari karier politiknya, dia tampak sabar meniti tangga demi tangga.
Saya juga yakin, akan ada semacam kompromi antara Gerindra dengan PDIP, yakni Prabowo hanya akan sekali saja menjadi presiden. Di pemilihan selanjutnya, dia akan mendukung Puan sebagai calon presiden.
Untuk menuju skenario di atas, jika benar, maka hari-hari ke depan ini, kita akan menyaksikan tarian politik Puan Maharani. PDIP akan mempertunjukkan kepada publik bahwa Puan bukan sekadar anak Megawati dan cucu Sukarno. Puan yang sekarang dan yang akan datang, adalah Puan yang sangat matang dalam berpolitik.
Mari kita saksikan bersama, apakah tarian politik itu akan disambut oleh para pemilih atau tidak. Sebab Puan bukan satu-satunya yang sedang menari di atas panggung politik Indonesia.
BACA JUGA Tamatkah Karier Politik Ganjar Pranowo? dan tulisan Puthut EA lainnya di rubrik KEPALA SUKU.