Hati Berdebar dan Gelisah Saat Indikator Check Engine Menyala

MOJOK.COMenerka-nerka alasan check engine menyala ternyata cukup bikin nggak nyaman. Apalagi kalau masalahnya belum ketemu-ketemu.

Buat anak mobil sejati, perasaan saat melihat check engine menyala, itu sama kayak lagi LDR-an sama pacar. Galau, gelisah, dan pikiran tak tenang. Penuh prasangka dan tatapan curiga setiap kap mesin dibuka.

Yap, ini yang baru terjadi dengan Ayla cantik saya. Sore itu, saya akan berangkat menjenguk teman yang sakit. Lantaran display indikator bensin sudah berkedip-kedip genit, mlipirlah saya ke pom bensin terdekat. Pas buka dompet, Astagfirullah… cuma ada Soekarno dan Hatta yang lagi berduaan aja di dalamnya.

Ini, kalau saya belikan pertamax, palingan cuma dapat 9 literan. Tapi, kalau buat pertalite bisa 12 liter lebih. Yaudah, dengan perasaan mantap dan yakin, saya langgar himbauan pemerintah. Lalu dengan penuh percaya diri ngantri di antrian pertalite. Menjadi pengabdi pertalite.

Usai mengisi bensin dan berjalan kira-kira 10 kilometeran, tiba-tiba… Bip. Jreng-jreng… lampu indikator check engine menyala. Berwarna oranye kemanja-manjaan. Waduh, ada apa ini?

Bagi yang belum tahu, apa itu lampu indikator check engine. Bila kita melihat speedometer mobil atau motor matic terbaru, terus ada gambar mesin, itulah check engine. Entah gambar mesin atau apa, yang jelas saya melihatnya seperti gambar kran air PDAM.

Lalu, apa itu lampu check engine? Begini, jika lampu check engine menyala, maka menandakan ada sebuah malfunction di dalam blok mesin. Baik di pengkabelan, maupun di sensor-sensor nya. Hal ini membuat kinerja mesin menjadi tidak maksimal. Lantaran mesin berjalan di safe mode. Tidak bisa dibuat ngebut, hanya berjalan normal saja.

Di beberapa keadaan, biasanya mesin jadi terasa ‘pincang’. Namun di kasus-kasus tertentu, mobil tetap normal seperti biasa. Hanya saja, sangat terasa putaran mesin berbeda dengan semestinya. Nah, ini juga yang saya rasakan saat tiba-tiba si check engine menyala dan memberikan kejutan tersebut. Mesin jadi menurun tarikannya, seperti berjalan ala kadarnya. Saat saya kick down pedal gas, juga tarikannya seperti menurun. Kira-kira, apanya yang salah?

Sesampai di rumah, saya hanya menatap tajam isi kap mobil dan memperhatikan setiap kabel-kabel yang berseliweran. Tidak ada tanda-tanda kabel putus atau lepas. Semua terpasang kuat, meski nggak rapi. Maklum LCGC zaman now, mesin dirakit ala kadarnya. Sampai, terlihat ada sebuah kabel yang nyelentang nggak jelas diatas aki. Apaaaa ini??? Gimana nyopot aki nya??

Dalam situasi seperti ini saya selalu berusaha untuk tenang. Asal mesin nggak ngebul, saya masih bisa berpikir jernih dan rasional. Hal-hal sederhana seperti inilah yang membuat saya bisa belajar lebih jauh tentang mesin. Pasalnya, saya nggak sebegitu paham-paham amat soal mesin.

Saya mencoba untuk mencari informasi lebih detail soal check engine menyala ini. Selain malfunction, check engine juga mendeteksi beberapa kondisi lain. Mulai dari kerusakan mesin yang major. Misalnya, tutup bensin yang kurang rapat. Sebetulnya saya sempat heran tentang penjelasan tutup bensin ini. Apa iya, ada sensor pendeteksi tutup bensin yang kurang rapat di mobil LCGC seperti ini?

Jika memang itu penyebabnya, saya rasa spion kurang noleh, jok kurang empuk, dan sopir kurang jago, harusnya juga layak dijadikan penyebab check engine menyala. Hahaha, jadi apa ini tutup kurang rapat. Hahaha… tapi akhirnya, saya cek juga tutup bensinnya.

Hasilnya? Tutup bensin sudah rapat. Check engine masih tetap menyala. Lalu, bagaimana sekarang?

Dari artikel lain yang saya baca, check engine juga punya sifat peringatan yang continue. Yang artinya, saat sebuah malfunction terjadi, maka check engine menyala. Namun, saat malfunction itu sudah fix dan normal, check engine tidak serta merta padam. Dia akan menyala sampai beberapa saat, mungkin juga beberapa hari baru dia akan padam.

Masalahnya, itu hanya analisa tanpa batasan yang jelas. Kita tidak tahu apakah malfunction sudah fix atau belum. Iya, kalau betul sudah fix. Tapi jika belum, lalu kita paksakan mesin jalan terus setiap harinya. Lha, malah bisa meleduk tuh mesinnya. Eh, nggak separah itu, sih.

Beberapa expert menyarankan agar saat check engine menyala, sebaiknya kita langsung menuju bengkel resmi terdekat. Lantas meminta dilakukan pendeteksian kerusakan dengan OBD Scanner. Supaya terlihat apa kerusakannya dan segera dilakukan perbaikan.

Hmmm, betul-betul saran yang mainstream. Apakah saya ikuti? Tentu saja tidak. Sebagai penggemar mobil dengan tingkat dedikasi tinggi terhadap otomotif, membuat saya tidak menyerah dengan membawa mobil ke bengkel begitu saja. Alasan saya jelas, saya ingin belajar mesin ini dengan lebih detail. Selain karena pengecekan dengan OBD juga lumayan mahal, sih. Dasar fakir servis!

Saya tidak menyerah. Saya ingat pepatah, “Banyak jalan menuju Pasar Kembang”. Dari beberapa artikel yang saya baca, banyak yang menyarankan dengan melakukan reset ECU—yang caranya cukup sederhana, intinya menyambungkan kutub positif-negatif di kabel yang menyambung ke aki.

Saya tidak tahu gimana tinjauan ilmiahnya. Namun, cara itu disinyalir bisa mereset ecu ke settingan awal. Yang efeknya, bisa mereset check engine agar padam. Saya pun melakukan hal itu beberapa kali, tapi nihil. Check engine masih tegar menyala tanpa meredup sedikit pun. Saya coba lagi dengan interval waktu penyambungan yang lebih lama. Sampai saya tinggal PS-an di ruang tengah. Namun tetap sama saja hasilnya.

Sampai pada akhirnya, saya memposting permasalahan yang saya alami di grup Whatsapp Komunitas Mobil Ayla-Agya. Begitu saya ceritakan, beberapa saran dari mereka sudah saya lakukan. Hingga akhirnya, ada seorang member yang memberikan ide nyeleneh namun sangat brilian dan masuk ke logika saya. Sebuat saja namanya Bunga, seorang penggiat otomotif dengan cara sederhana. Beliau memberikan saran yang cukup simpel, mudah, dan disampaikan dengan cengengesan, namun bisa dijelaskan cara kerjanya.

“Jadi Oom, coba aja oom pakai siklus hidup-mati kira-kira 4-5 siklus. Biasanya nanti lampu akan mati dengan sendirinya.”

“Lho kok bisa oom?”

“Jadi menurut saya, check engine itu bukan sekadar ngasih peringatan. Tapi dia juga melakukan pengecekan apakah sensor-sensor yang sempat malfunction sudah bekerja secara normal? Nah jika memang normal, check engine akan melakukan validasi berkala sekitar 4-5 kali on-off. Hingga memutuskan untuk padam sebagai tanda mesin sudah oke. Tentunya on-off dilakukan dengan melakukan perjalanan. Soalnya, ada beberapa sensor yang berkerja kalau hanya mobil dinyalakan dan dijalankan.”

Terdengar luar biasa. Tapi yang pasti, ide baru ini belum saya coba. Penjelasannya cukup bisa dinalar secara teknis. Bahwa sebuah sistem digital yang ada di ECU memiliki fungsi validasi data terhadap sensor-sensor yang ada di mesin. Dan ECU memberikan respon OK saat semua sensor normal bekerja. Kemudian diterjemahkan dalam padamnya indikator check engine yang menandakan mesin siap digeber, dibuat jemput gebetan, maupun ready untuk nge-Gocar lagi.

Dengan hati sedikit ragu, saya coba siklus yang Bunga jabarkan tadi. Namun karena tidak setiap hari mobil saya pakai jalan, siklus ke 4 baru bisa terjadi sekitar 5 hari berikutnya. Lima hari menatap lampu check engine tanpa harapan. Saya sempat berpikir untuk menyerah dan sowan ke bengkel resmi sekadar melakukan pengecekan ataupun bersilaturahmi. Tapi di lubuk hati paling dalam, saya masih yakin bahwa siklus ini pasti berhasil.

Di hari ke 6 pada siklus yang ke 5, keajaiban itu terjadi. Saat ambil mobil di parkiran sebuah resto kecil, tiba-tiba check engine padam. Alhamdulillah. Rasanya sungguh lega. Kayak nembak cewek dan digantungin 3 bulan. Terus, ujug-ujug dia jawab “iya” bahkan langsung ngajakin nikah. Mobil pun jadi enteng kembali, tarikan njambak, dan gesit tiada tara. Sungguh sebuah cara yang tidak terpikirkan.

Setiap orang pasti punya cara tersendiri dalam menyikapi check engine menyala. Ada yang panik buru-buru cari bengkel. Ada yang cukup santai sembari mencari solusi yang bisa dikerjakan tanpa bantuan montir. Ada pula yang sangat selow seakan tidak terjadi apa-apa. Asal mobil itu masih bisa ditunggangi dan nggak meleduk, kondisi masih aman.

Jika mobil kesayangan kalian mengalami hal serupa, point-nya jangan mudah panik. Hadapi dengan penuh perhitungan dan beberapa alternatif cara perbaikan yang bisa kita lakukan sendiri tanpa montir. Tapi, kalau sudah merasa nggak bisa handle sendiri, sebaiknya langsung ke bengkel terdekat. Barangkali ada pengkabelan yang putus atau tutup bensin yang longgar…

…tapi serius, saya berharap check engine masa depan, juga bisa mendeteksi teman yang suka minjem mobil tapi nggak pernah ngisi bensin.

Exit mobile version