Sekarmadji Maridjan Kartosoewirdjo atau Kartosoewirjo merupakan salah satu dalang di balik Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). Pemberontakan ini adalah bentuk perlawanan terhadap pemerintah Republik Indonesia Komunis (RIK) yang durasinya cukup lama, dari tahun 1949 hingga 1962. Tujuan Gerakan DI/TII yaitu untuk mendirikan Negara Islam Indonesia berdasarkan hukum syariah untuk melawan imperialisme.
Latar Belakang Kartosoewirjo
Meskipun berasal dari Cepu, Blora, Kartosoewirjo justru memulai gerilya pergerakannya di Bumi Priangan. Wilayahnya termasuk Malangbong, Garut, dari sekitar Gunung Galunggung sampai Gunung Cikuray. Kartosoewirjo sebenarnya sama sekali tidak punya latar belakang santri tulen, melainkan hanya seorang santri abangan.
Kartosoewirjo adalah salah satu murid dari H.O.S. Cokroaminoto, selain Soekarno dan Semaoen. Pemikiran Kartosoewirjo lahir dan tumbuh dari tradisi jurnalis pergerakan. Kala itu, ia cukup banyak menulis untuk harian Fajar Asia dengan nama pena SKM dan sesekali juga menggunakan nama Arya Jipang (Arya Penangsang).
Sosok yang ternyata merupakan keponakan dari Marco Kartodikromo ini pernah menulis beberapa tema karya jurnalistik termasuk obituari RA Kartini, isu buruh dan tani, perkara agraria di Lampung, hingga tulisan-tulisan mengenai Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Kartosoewirjo juga merupakan salah satu pendiri Masyumi yang mulai aktif pada tanggal 7 November 1945. Ia menyatakan kesetiaannya pada Masyumi ketika PSII hidup kembali. Saat PSII bergabung menjadi bagian Kabinet Amir Sjarifuddin, Masyumi memilih untuk beroposisi.
Mendirikan NII
Momen penting yang membuat Kartosoewirjo marah adalah karena tak setuju salah satu isi Perjanjian Renville tahun 1947 soal Garis Van Mook. Garis demarkasi kekuasaan ini menyebutkan bahwa Jawa Barat termasuk dalam wilayah kekuasaan Belanda. Garis ini merupakan garis perbatasan buatan yang memisahkan mana wilayah milik Belanda dan mana wilayah milik Indonesia.
Kartosoewirjo memilih tak mau meninggalkan Jawa Barat. Sebagai bentuk perlawanan imperialisme Belanda, ia dan para kombatannya mendirikan negara Darul Islam atau Negara Islam Indonesia (NII). Di dalam negara tersebut juga terdiri dari beberapa jenis pasukan yang tergabung ke dalam Tentara Islam Indonesia (TII), Baris (Barisan Rakyat Islam), PADI (Pahlawan Darul Islam), juga Gestapu. Semua kegiatan gerakan ini berpusat di daerah Gunungcupu, wilayah antara Garut dan Tasikmalaya.
Dari mana asal usul pemikirannya yang progresif sehingga berani melawan pemerintahan saat itu? Apa alasan Kartosoewirjo begitu marah terhadap isi Perjanjian Renville dan Perjanjian Roem-Roijen? Apa hubungan DI/TII dan Partai Komunis Indonesia? Simak jawabannya dalam episode Jasmerah kali ini.
—
Mau nonton video edisi #Jasmerah sebelumnya kunjungi playlist Youtube di sini. Atau jika mau lihat-lihat video Mojok yang lain dengan isu dan tema yang menarik, yuk ngintip video-video lainnya di sini.