Sutomo atau yang lebih populer dengan sebutan Bung Tomo merupakan salah satu tokoh dalam Pertempuran Surabaya yang meletus pada 10 November 1945. Perannya terlihat begitu heroik karena orasi-orasinya mampu mengobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya dengan teriakan “Merdeka atau mati!”.
Namun, benarkah Bung Tomo menjadi satu-satunya tokoh yang berperan besar pada Pertempuran Surabaya? Catatan sejarah ternyata tak banyak yang menjelaskan sejauh apa ia turut andil mengerahkan massa arek-arek Surabaya untuk memukul mundur pasukan Inggris guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa tokoh yang sebetulnya lebih punya peran yang strategis pada saat itu.
Pemerintah Republik Indonesia pun saja baru menganugerahi Sutomo sebagai pahlawan nasional pada tahun 2008. Sementara buku-buku sejarah sekolah kita seolah-olah menempatkannya sebagai aktor tunggal pada gerakan yang akhirnya memicu perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato.
Nah, video Jasmerah kali ini berusaha mengenalkan lebih jauh lagi soal sosok Bung Tomo. Ia ternyata adalah seorang jurnalis. Ia lebih dulu merealisasikan semangat perjuangannya melawan penjajah melalui tulisan-tulisannya di surat kabar sebelum turun langsung ke jalan. Sayang kiprah Bung Tomo di bagian jurnalistik ini tidak pernah dibahas secara objektif dalam sejarah Indonesia.
Sebenarnya siapakah Bung Tomo yang selama ini kita kenal? Bagaimana perjalanan kariernya masuk ke dalam jajaran Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap? Mengapa pemerintah Indonesia baru memberinya gelar pahlawan pada tahun 2008 setelah mendapat tekanan dari GP Ansor dan Fraksi Partai Golkar di DPR? Tonton delapan fakta unik dan menarik soal kiprah Sutomo pada Pertempuran 10 November di Surabaya.
—
Mau nonton video edisi #Jasmerah sebelumnya kunjungi playlist Youtube di sini. Atau jika mau lihat-lihat video Mojok yang lain dengan isu dan tema yang menarik, yuk ngintip video-video lainnya di sini.