Mengusir Demit secara Murni dan Konsekuen

Di film Tuyul yang dibintangi oleh Almarhum Darto Helm, ada satu adegan yang begitu terkenang bagi saya, yaitu adegan Tuyul yang ndak bisa tembus masuk ke sebuah rumah karena di pintu rumah tersebut tertempel stiker bertuliskan ayat Al-Quran.

Gara-gara itu, dulu saya sampai sangat meyakini; demit takut sama tulisan arab. Demit atau setan itu takut bukan karena faktor ayat Al-Quran-nya, melainkan karena huruf arabnya. Maklum saja, namanya juga anak kecil, belum tahu apa itu ayat Al-Quran, tahunya tulisan arab. Titik. Pokoknya setan takutnya cuma sama tulisan arab.

Gara-gara itu juga, saya pernah merengek sama Bapak agar membelikan hiasan kaligrafi arab. Maksud saya, biar bisa dipasang di ruang tamu, biar ndak ada setan yang masuk ke rumah.

Lebih konyol lagi, dulu saya pernah begitu selo menulis huruf-huruf hijaiyah di dinding kamar saya. Huruf-huruf itu saya salin dari buku Iqro jilid 1, harapannya agar tak ada setan yang berani masuk ke kamar saya. Huruf hijaiyah kan huruf arab, jadi setan pasti ndak bisa masuk kamar saya, karena saya yakin, setan takut sama huruf arab.

Emak sampai terheran-heran, lalu bertanya kenapa saya corat-coret huruf arab di dinding kamar. “Biar setan ndak bisa masuk tho, Mak!” Emak saya hanya nyengir, mungkin membatin: “Demit goblok mana yang bisa diusir cuma dengan huruf Alib Ba Ta.”

Kalau ingat itu, saya jadi merasa sangat bodoh. Kok ya bisa-bisanya saya mengira demit bakal takut hanya karena saya menulis huruf arab di dinding kamar.

Tapi saya tentu memakluminya, namanya juga anak kecil.

Dan sungguh beruntungnya saya, karena ternyata saya bukan satu-satunya orang yang konyol dalam perkara demit ini. Puji syukur, ada yang lebih konyol dari saya. Sebut saja namanya Karyo. Ia temannya teman saya.

Suatu malam, sekitar jam 11 malam, Karyo pulang sehabis menonton dangdut. Ia pulang sendirian, berjalan kaki, karena jarak tempat tontonan dengan rumahnya tak jauh-jauh amat. Kawan-kawannya masih berjoget di depan panggung dangdut, pertunjukan dangdutnya memang belum usai. Karyo sengaja pulang lebih awal karena ia masih ada keperluan rumah yang harus diselesaikan.

Saat perjalanan pulang, tibalah Karyo melewati jalan yang begitu sepi dan tanpa penerangan yang cukup. Kiri-kanannya hanya berupa kebun kosong.

Karyo agak bergidik. Maklum, walau raganya sangar, mental si Karyo ini serapuh kapas cotton bud. Si Karyo mulai merinding, bulu kuduknya berdiri hebat. Untuk menenangkan diri, ia pun menyulut rokok yang ada di sakunya. Karyo pun berjalan dengan langkah yang agak cepat, takut kalau-kalau nanti bakal ada penampakan demit yang menganggu.

Dasar nasib siapa yang tahu. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.

Benar saja, yang ditakutkan oleh Karyo akhirnya terjadi juga. Baru beberapa hisapan rokok, Karyo sudah menyaksikan penampakan demit. Namun bukan demit seperti pocong terbang, Genderuwo fangkeh, atau kuntilanak nongkrong di atas pohon. Melainkan sosok demit yang justru hadir dari kepulan asap rokok yang ia embuskan.

Entah bagaimana ceritanya, asap rokok yang Karyo tiupkan ke udara mendadak berubah menjadi gumpalan asap yang begitu besar mengepul dan membentuk sosok menyerupai manusia yang tinggi besar. Sontak si Karyo ketakutan setengah mati, rokoknya langsung ia buang.

Karyo ingin lari sekencang-kencangnya, tapi kakinya terasa kaku. Ia hanya bisa terdiam. Keringat dingin pun mengucur deras.

Di tengah ketakutannya, ia teringat dengan kata seorang kawan bahwa setan atau demit takut dengan bacaan ayat-ayat Al-Quran. Namun sial bagi Karyo, rupanya ia sama sekali tidak hafal satu pun ayat Al-Quran. Boro-boro hafal Quran, lha wong ngaji Iqro saja tak pernah tuntas.

Akhirnya, dengan terbata-bata dan penuh rasa ketakutan, Karyo mengucap dengan keras “Alif! Ba! Ta! Alif, Ba, Ta.” Dengan harapan si demit bisa segera enyah dari hadapannya.

Ajaib, sosok demit asap yang ada di hadapannya itu pun hilang. Iya, hilang. Tiga huruf awal hijaiyah itu rupanya berhasil mengusir sang demit asap. Ampuh, sungguh ampuh.

Saya yang diceritani kisah tadi hanya bisa geleng-geleng sambil tersenyum geli. Rupanya ‘Alif-Ba-Ta’ cukup bisa diandalkan untuk mengusir demit. Tapi saya ndak yakin demit itu hilang karena panas oleh bacaan huruf hijaiyah yang diucapkan Karyo; saya lebih yakin, demit itu hilang karena ndak kuat menahan tawa saking gelinya.

Exit mobile version