Perihal Propose-nya Belva Devara sampai Privilege Mendapat Beasiswa Kuliah di Luar Negeri Mojok.co
artikel

Perihal Propose-nya Belva Devara Sampai Privilege Mendapat Beasiswa Kuliah ke Luar Negeri

Apa bener privilege itu hanya semata mendapat beasiswa kuliah ke luar negeri?

Beberapa hari yang lalu, Twitter sempat ramai akan berita lamaran CEO Ruangguru dan sang kekasih yang merupakan perwakilan Puteri Indonesia 2019 dari Riau. Ya, mereka adalah Belva Devara dan Sabrina Anggraini. Berita bahagia public figure sepertinya belum lengkap kalau belum menuai kontra dari netizen yang budiman. Contohnya, pada akun Twitter @sheknowshoney me-retweet cuitan dari seorang netizen yang mengatakan bahwa kedua pasangan tersebut “couple goals”.

Pemilik akun @sheknowshoney menanyakan goals siapa yang dimaksud netizen itu dan orang Indonesia mana yang mampu berkuliah di MIT, lulus, dan melamar seseorang di depan kampus MIT yang bahkan orang Amerika saja hanya bisa berharap. Lalu, ia menambahkan untuk tidak usah membandingkan goals diri sendiri dengan goals-nya mereka karena mungkin saja pencapaian diri lebih mengesankan dari yang mereka miliki.

Tidak berhenti sampai di situ, twit tersebut juga menuai banyak tangggapan sampai melebar ke bahasan privilege mendapat beasiswa. Seperti twit salah satu netizen bernama Ardy Kurniawan ini:

Mereka kuliah di MIT lewat jalur beasiswa kan, Mba? Jadi terbuka jalan bagi kelas mana pun buat kuliah di sana asalkan pintar? Apa harus punya privilege lebih dari sekedar pintar?

Membaca twit tersebut malah membuat saya tertawa. Jelas, Mas, punya modal pintar saja nggak cukup buat dapetin beasiswa, apalagi beasiswa untuk kuliah di MIT. Lah, yang bukan beasiswa ke MIT saja bermodal pintar pun nggak cukup.

Saya dulu punya kenalan, sebut saja namanya Ahmad. Ahmad ini cukup terkenal karena ia merupakan mahasiswa berprestasi di kampus saya. Selain berprestasi, selama kuliah ia mendapat enam beasiswa dalam negeri. Saya juga sama seperti kalian yang terkagum-kagum ketika mengetahui bahwa Ahmad ini selama kuliah mendapat enam beasiswa sekaligus.

Singkat cerita, Ahmad berasal dari daerah 3T. Daerah 3T adalah daerah tertinggal, terluar dan terdepan. Di daerah itu, akses untuk mendapat informasi sangat terhambat, kondisi sekolah memprihatinkan, ekonomi keluarga pas-pasan, dan masih banyak hal lain yang bisa menjadi alasan bagi Ahmad untuk tidak usah melanjutkan pendidikannya.

Selain memang dia pintar, beruntungnya Ahmad memiliki kedua orang tua yang bisa menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saya ingat sekali dengan cerita di salah satu postingan Instagramnya. Ahmad pernah menuliskan bahwa orang tuanya selalu menanamkan budaya untuk membicarakan hal-hal besar yang harus dicapai dalam hidup. Dari hal-hal besar itulah yang membentuk karakter dan pola pikirnya sampai saat ini.

Bisa disimpulkan dari cerita singkat tentang Ahmad bahwa ia bisa mencapai ini semua juga tak luput dari dukungan dan didikan dari orang tuanya. Coba saja jika kedua orang tua Ahmad termasuk orang yang mudah putus asa, alih-alih menyuruhnya melanjutkan pendidikan mungkin si Ahmad malah disuruh membantu orang tuanya bekerja.

Dari sepenggal kisah di atas kalian bisa menyimpulkan sendiri, kan, bahwa prilivege datang dari banyak jalan. Privilege tidak melulu soal hak istimewa yang didapat seseorang yang lahir di kalangan keluarga elite. Menurut saya, memiliki orang tua seperti orang tuanya Ahmad juga privilege karena belum tentu semua anak memiliki orang tua seperti dia.

Selain itu, memiliki lingkungan sosial yang bisa mendukung untuk mencapai sesuatu yang baik juga termasuk privilege. Misalnya, memiliki teman, saudara, sekolah yang mendukung, dan masih banyak hal lain yang bisa dijadikan privilege dalam hidup. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang selebriti sekaligus pengusaha Amerika, Oprah Winfrey, bahwa memiliki hak untuk menentukan sendiri jalan yang kita pilih adalah sebuah privilege yang sakral. Jadi, selagi masih memiliki kemerdekaan dalam menjalani hidup, bukankah itu termasuk hal yang pantas untuk disyukuri?

Oh ya, sebagai penutup, mungkin twit dari seorang netizen bernama Astari ini bisa mencerahkan orang-orang yang masih berpikiran seperti mas Ardy Kurniawan:

Mas, untuk modal beasiswa apalagi macam ke MIT gini nggak cuma modal pintar tapi juga akses, networking, modal buat daftar beasiswa, test IELTS yang nggak murah juga. Belva sendiri kalau googling memang dari beasiswa tapi background-nya keluarga mampu, SMA swasta mahal. Untuk lebih ada gambaran gimana banyak faktor untuk bisa dapat beasiswa nggak sekedar otak aja, jangan lupa privilege itu termasuk dukungan dan didikan orang tua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *