Wejangan dari Mbah Parni, Nenek yang Mengaku Berusia 136 Tahun dari Kulonprogo

Ilustrasi Wejangan dari Mbah Parni, Nenek yang Mengaku Berusia 136 Tahun dari Kulonprogo. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Tahun 2021, Mbah Parni ketabrak mobil. Belum sembuh benar dari luka-lukanya, kembali ketabrak motor. Tahun ini, sesuai pengakuannya usianya sudah 136 tahun, ia masih lincah berjalan kaki. 

***

Pagi menjelang siang (Rabu 26/7/2023), saya menyambangi rumah Mbah Suparni di Pedukuhan Sadang, Kalurahan Tanjungharjo, Kapanewon Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta. 

Rumah atau gubuh sederhana berukuran sekitar 3 x 3 meter itu dalam keadaan kosong. Pintu dibiarkan terbuka. Di dalam kelihatan tempat tidur sederhana. Pada bagian sudut terdapat meja yang di bawahnya terdapat kardus berisi pakaian.

Sedangkan rumah Tukiyem (66), anak pertama Mbah Parni di sebelahnya, pintunya tertutup. Jemuran tanaman ciplukan yang menjadi bahan jamu memenuhi halaman rumahnya. Seorang tetangga yang rumahnya berseberangan, Jalan Nanggulan – Pengasih mengatakan Mbah Parni bersama Tukiyem sedang ke rumah cucunya.

Setelah menunggu sekitar 15 menit, dari arah timur terlihat seorang perempuan tua berambut putih berjalan kaki ke arah barat. Berjarak sekitar 200 meter dari tempat saya berdiri.

Perempuan tersebut berjalan dengan cik-cak atau lincah meskipun menggunakan tongkat kayu. Hanya berjalan kaki dalam waktu sekitar 10 menit sudah ada di depan saya. Perempuan tua itu Mbah Parni. 

Terakhir saya berbincang dengannya tahun 2017 silam. Saat itu ia masih keliling kampung menjual jamu dan kain dari hasil kulakannya di Pasar Beringharjo. Ia juga membuat tampar atau tali dari daun gebang.

Selamat dari dua kecelakaan beruntun

Begitu melihat saya, tanpa basa-basi Mbah Parni langsung mengajak duduk di depan kamar tidurnya. Ia baru saja dari rumah cucunya. Sengaja pintu rumah tidak ditutup karena kepergiannya hanya sebentar.

Kesehatannya sudah pulih kembali akibat kecelakaan yang dialami tahun 2021. Suaranya masih lantang memberikan banyak nasehat dari pengalaman perjalanan hidupnya.  

Mbah Parni, mengaku berusia 136 tahun, banyak beri wejangan menjalani hidup. MOJOK.CO
Mbah Parni, mengaku berusia 136 tahun, banyak beri wejangan menjalani hidup. (Agussutata/Mojok.co)

Mbah Parni, -panggilan akrab Mbah Suparni-, yang sempat viral di media sosial itu mengalami kecelakaan beruntun. Di tengah kesibukan membuat tampar tertabrak mobil. Membuat tampar menjadi kegiatan keseharian di pinggiran Jalan Nanggulan – Pengasih di Pedukuhan Sadang, Kalurahan Tanjungharjo, Kapanewon Nanggulan, Kulonprogo.

Pada bagian tulang selangka dan mengalami cidera pada bagian pinggul. Nenek yang mengaku tahun ini berusia 136 tahun itu harus menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Belum juga sembuh total, ia yang mulai kembali menekuni pembuatan tampar, tertabrak motor.

Anak dan cucu Mbah Parni bersyukur karena pemilik mobil dan pemuda pengendara motor yang menabrak bertanggung jawab. Menanggung semua pembiayaan pengobatan dan perawatan sampai sembuh. 

Mbah Parni tak lagi keliling jualan

Sejak kejadian itu keluarga pemilik mobil dan motor sudah seperti saudara sendiri. Mbah Parni sudah pulih kembali normal akibat dari kecelakaan. Sejak sembuh dari kejadian tersebut tidak lagi membuat tampar. Jalan Nanggulan –Pengasih di depan rumahnya semakin ramai kendaraan sehingga rawan terjadi kecelakaan.

“Wong sing nabrak nganggo mobil apik banget, wis kaya sedulur dewe.  (Orang yang menabrak menggunakan mobil baik sekali, sudah seperti saudara sendiri),” tuturnya, menunjukkan pundak kiri yang tulang selangka patah.

Anak pertama Mbah Parni, Tukiyem (66) tidak ingat waktu kejadian kecelakaan beruntun ibunya tertabrak mobil dan motor. Kebetulan dari dua kejadian tersebut sedang mencari dagangan daun juruk di luar daerah.

“Tahu tertabrak mobil setelah pulang ke rumah. Pemilik mobil bertanggungjawab membiayai pengobatan sampai sembuh. Belum lama dari peristiwa kejadian itu, tertabrak bermotor,” tutur Tukiyem.

Mbah Parni memang tidak mau berdiam diri saja di rumah. Ibunya juga tidak mau tinggal di dalam rumahnya. Malah memilih tinggal di gubuk. Sekarang, setelah kecelakaan Mbah Parni sudah tidak berjualan dan membuat tampar. Kesehariannya main ke rumh cucu dan saudara dengan jalan kaki.

Wejangan Mbah Parni

Tahun 2017 saya dapat wejangan yang jadi salah satu kuncinya mengapa ia berumur panjang. Ia saat itu menyampaikan untuk hidup sederhana, nrimo ing pandum, berpikir jernih, nggak berpikir pekok. Badan sehat dan bisa makan bagi Mbah Parni sudah merupakan kekayaan. 

Hidup dengan pikiran yang jernih, jadi salah satu resep panjang umur Mbah Parni. (Agussutata/Mojok.co)

Kemarin, Mbah Parni mengatakan segala permasalahan hidup harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Nasehat yang ia selalu sampaikan kepada siapapun yang berkeinginan umur panjang. 

Terkait makanan, katanya menu apa saja ia masih makan, kecuali tidak makan daging kambing karena bisa menaikan tekanan darah.

“Wong urip aja digawe pening. Kabeh persoalan diadepi kanthi sabar. Menawa krasa abot, wis ora kuat, metu golek hiburan. (Orang hidup jangan dibuat pusing. Jika terasa berat, tidak kuat lagi, keluar mencari hiburan),” tutur Mbah Parni.

Tahun 2017, saya melihatnya masih nginang dan merokok lintingan yang buat sendiri. Namun, sekarang kebiasaan merokok sudah ia tinggalkan. Hanya saja, kalau ada orang yang bikin konten memintanya merokok, kadang ia masih melakukan.

Pengakuan umur 136 Tahun

Mbah Parni yang tahun ini mengaku berusia 136 tahun, cukup mengundang banyak perhatian. Pada tahun 2017 saat saya mewancarainya, ia mengaku berusia 117 tahun. Berapa usia sebenarnya tidak ada yang tahu pasti.

Jika usia sekarang 136, nenek yang berasal dari wilayah Tlogoguwo, Kecamatan Kaligesing ini berarti lahir tahun 1887. Jika berusia 117 tahun sesuai yang ia sampaikan pada 2017, berarti Mbah Parni kelahiran tahun 1900.

Karena penasaran, saya berkunjung ke Kalurahan Tanjungharjo. Berdasarkan data administrasi kependudukan di Kalurahan Tanjungharjo, Mbah Parni kelahiran tahun 1927 sehingga tahun ini berusia sekitar 96 tahun. 

“Mengatakan umur berapa, ya diiyakan saja karena sudah tua,” tutur seorang Pamong Kalurahan Tanjungharjo, Kamis (27/7) yang tak mau disebut namanya.

Sebelumnya Mbah Parni mengungkapkan setelah menikah dengan Rabin alias Karto Pawiro, menetap tinggal di  tinggal di Tanjungharjo di 1945. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak masing-masing Tukiyem dan Paino.

Sejak kepergian Karto Pawiro merantau di daerah Metro, Sumatera, sejak 1965, Mbah Parni memilih berstatus janda sampai sekarang. Suami merantau, ketika anaknya pertama baru berumur sekitar 6 tahun.

Reporter: Agussutata
Editr: Agung Purwandono

BACA JUGA Mbah Asih, Juru Kunci Merapi Era Digital dan Pesan Khusus dari Mbah Maridjan 

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version