Kisah bupati yang mengondisikan preman
Bahkan, Bupati Wonosobo 2005-2015, Kholiq Arif mengakui bahwa di awal menjabat, daerahnya identik dengan daerah yang kurang aman karena premanismenya. Kholiq pernah bercerita bahwa mendapat tips khusus dari Gus Dur untuk membuat daerahnya kondusif.
“Gus Dur menyampaikan kepada saya, ‘Kholiq kalau mau Wonosobo aman maka bikinlah kuburan-kuburan menjadi bagus’, saya waktu itu tidak berfikir ini masuk akal atau tidak. Modalnya hanya percaya,” katanya pada Rakernas Lakpesdam NU 2015 silam.
Kholiq lantas berkelakar dengan membuat kuburan orang saleh di wilayahnya menjadi bagus, preman di terminal hingga pasar berpindah ke kuburan. Cara ini, merupakan langkah kultural yang Kholiq sebut sebagai local genuine approach.
Mereka bilang ingat mati. Baru saya tahu jawabannya dari amanat Gus Dur. Boleh jadi ini tidak rasional awalanya tapi fakta empiriknya Wonosobo jadi aman. Kalau sudah empirik yah berarti rasional,” kelakarnya.
Selain itu, Kholiq punya beberapa cara cukup unik dalam rangka mengondisikan preman. Ia melibatkan para preman dalam kegiatan keagamaan. Sebab, pada medio 2014-2010, menurut catatan Majalah Tempo, angka kriminalitas hingga kerusuhan antarkampung di Wonosobo cukup tinggi.
Namun, Kholiq memilih merangkul preman dengan cara yang manusiawi. “Mereka tidak dibuang kecuali melanggar hak orang lain,” paparnya melansir Majalah Tempo.
Kini citra Wonosobo sebagai wilayah preman perlahan berkurang. Kendati begitu, sesekali ada persoalan yang diduga melibatkan preman seperti tercatat masih terjadi.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Dieng, Dataran Tinggi Indah yang Sering Memicu Perdebatan Orang Wonosobo dengan Banjarnegara
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News