Beratnya jadi sopir bus pariwisata
Meski ada sisi menyenangkan, Fajar berujar kalau membawa rombongan study tour memang perlu servis ekstra. Ia menyebut bahwa mereka cenderung lebih banyak komplain ketimbang penumpang bus-bus biasa.
“Beda dengan AKAP, penumpangnya kan gonta-ganti. Pariwisata kan penumpangnya satu dan langsung berhubungan dengan manajemen,” keluhnya.
Keluhan yang ia terima cukup beragam. Tapi kebanyakan memang urusan kecepatan membawa bus. Kalau terlalu cepat dan salip-salipan, penumpang kerap merasa khawatir dan tidak nyaman. Tapi jika terlalu lambat juga rawan mendapat keluhan.
“Pokoke kudu pas wae. Nyopirnya itu alus,” cetusnya.
Sopir bus pariwisata lain yang saya temui, Arif (32), bercerita kalau kenyamanan penumpang di bus pariwisata harus benar-benar diperhatikan. “Ya memang permintaan penumpang itu macam-macam. Tapi asal bisa menyikapinya dengan pas ya oke-oke saja,” tutur sosok yang mengaku sudah empat tahun jadi sopir tetap di sebuah PO bus pariwisata ini.
Ia mengaku punya cara khusus untuk membuat penumpang senang penumpang. Membuat mereka nyaman dan terlena selama perjalanan.
“Kuncinya kalau saya cuma satu. Sepanjang perjalanan full musik dan audio-nya yang jos. Sudah itu penumpang pasti senang,” ujarnya terkekeh.
Proses antar jemput lebih ribet
Alih-alih soal permintaan dan komplain penumpang, tantangan terberat menurut Arif justru saat proses antar jemput. Saat menjemput, biasanya ia harus membawa kendaraan ini melintas di gang-gang kecil. Sesuatu yang jadi momok bagi para sopir. Konsentrasi penuh mereka butuhkan.
“Sebab di sekitar ya ada pohon, kabel, inilah yang paling susah,” keluhnya.
Terlepas dari persoalan itu ia mengaku senang menjalani pekerjaan ini. Setiap singgah di kantong-kantong parkir, ia bisa berkumpul bersama rekan senasib di kota-kota lain. Kota yang jauh dari asalnya.
Bagi para sopir bus pariwisata ini, keselamatan adalah tujuan utama. Di jalanan, mereka juga perlu memperhatikan apa yang membuat penumpang nyaman. Mau cepat, lambat, dengan musik yang menggelegar, bisa mereka sesuaikan.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News