Sampang dan Bangkalan, Pusat Keonaran Tiap Pemilu di Madura

Ilustrasi - Sampang dan Bangkalan jadi pusat keonaran tiap Pemilu. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Sampang menjadi daerah yang selalu identik dengan kecurangan di setiap Pemilu. Tidak terkecuali di Pemilu Presiden 2024 ini. Tidak sendiri, berdasarkan penelusuran Mojok, Bangkalan pun turut menemani Sampang sebagai daerah di Madura yang terkenal dengan “tradisi” curang dalam setiap Pemilu. Entah Pemilu Presiden, lebih-lebih Pilkades.

***

Sejak pagi-pagi sekali, Rabu, (14/2/2024), kontak WhatsApp di HP saya sudah ramai story teman-teman dan saudara yang tengah antre di TPS untuk nyoblos. Di warung soto yang agak jauh dari Akamedi Bahagia, juga riuh oleh warga setempat yang baru atau hendak pergi ke TPS.

Seperti Pemilu-Pemilu yang telah lalu, Pemilu 2024 ini pun saya tidak pulang untuk menyoblos. Dalam hati saya, ada lah kecondongan pada paslon yang mana. Saya hanya tak punya hasrat untuk menyoblosnya.

Oleh karena itu, saya pun menikmati Pemilu 2024 ini dengan scroll-scroll media sosial, menyimak cerita-cerita dari orang-orang di luar sana.

Rumah Ketua KPPS di Sampang nyaris dibakar warga

Di daftar trending topik di media sosial X saya, “Kecurangan” berada di urutan paling atas. Setelah saya klik, konteks yang muncul paling atas adalah video yang memperlihatkan keributan yang disebut terjadi di kediaman Ketua KPPS di Sampang.

Setelah saya telusuri lagi, usut punya usut keributan itu terjadi tepatnya di Desa Gunung Rancak, Kecamatan Robatal, Sampang. Pada Senin, (12/1/2024) malam, sekelompok warga menggeruduk kediaman Ketua KPSS desa setempat lantaran adanya dugaan kecurangan.

Warga disebut tak menerima surat suara untuk pencoblosan sampai jelang pelaksanaan Pemilu 2024 pada Rabu, (14/2/2024). Namun, ketika dicek, ternyata surat suara sudah tercoblos 02.

Sontak saja warga setempat marah. Bahkan nyaris saja membakar kediaman si Ketua KPPS. Beruntungnya, situasi bisa segera terkendali, sehingga tindakan nekat itu belum sempat terjadi.

Mayoritas orang Madura memilih AMIN

Saya lantas menghubungi seorang teman, Imam Fawaid (24), pemuda asli Madura yang saat ini berprofesi sebagai presenter di sebuah stasiun tv swasta untuk liputan daerah di Jawa Timur. Kebetulan ia memang memiliki ketertarikan terhadap isu-isu politik baik regional maupun nasional.

“Jadi ketika menyangkut paslon yang mereka (orang Madura) tidak senangi, lebih-lebih sudah tercoblos, maka tentu akan luar biasa kemarahan orang Madura,” ujar Imam.

Menurut Imam, mayoritas masyarakat Madura pada Pemilu 2024 memilih paslon 01 (AMIN, Anies-Cak Imin). Hal ini juga bisa dilihat dari survei Poltracking yang menunjukkan bahwa suara AMIN di Madura unggul dari paslon 02 dan 03.

Imam baru-baru ini juga sempat mengecek dengan bertanya pada beberapa saudara dan tetangganya di Madura. Dan mayoritas memang memilih AMIN.

Dengan kata lain, menurut Imam, kemarahan sebagaimana video viral yang saya temukan tersebut bukan semata karena “kecurangan” belaka. Melainkan karena kecurangan tersebut datang dari 02. Seandainya surat suara yang sudah tercoblos adalah 01, wallahu a’lam kalau itu. Ceritanya mungkin bisa berbeda.

Sami’na wa atho’na, alasan orang Madura pilih Amin

Lebih lanjut, Imam membeberkan alasan kenapa orang Madura mantap memilih AMIN. Hal tersebut tidak lepas dari prinsip sami’na wa atho’na pada ulama, ikut apa kata ulama.

Sementara memang AMIN menjadi paslon yang, dalam penilaian Imam, memang cukup massif dalam melakukan pendekatan-pendekatan terhadap para ulama, terutama ulama dari kalangan NU di Jawa Timur. Sebab, Madura, NU, dan ulama adalah entitas yang tidak bisa terpisahkan.

“Madura kalau bicara soal ulama, kalau ulama (pilih) 01, ya (masyarakat pilih) 01,” tutur Imam.

“Kenapa kok nggak pilih 03 yang ada Mahfud? Kan Mahfud orang Madura? Pertama, pendekatan ke ulama tak semassif 01. Kedua dan yang paling utama, Mahfud gabung PDIP. Banyak orang Madura sekarang nggak suka PDIP,” imbuhnya.

Apa yang Imam sampaikan tersebut sebelumnya juga pernah oleh Peneliti Utama Poltracking Indonesia, Masduri Amrawi, ungkapkan.

Masduri menyebut, salah satu faktor keunggulan Anies di Madura adalah karena Madura basis PKB. Menurut Masduri, Anies mengambil langkah tepat dengan menggandeng Cak Imin (Ketum PKB), di samping juga melakukan pendekatan secara intens kepada para ulama.

“Faktor Anies yang berhasil memikat pemilih Madura lewat kedekatan dengan ulama, kiai, dan termasuk pilihan pasangan dengan Muhaimin ini mempengaruhi sekali elektabilitasnya di Madura,” ujar Masduri seperti dikutip dari Detik.com.

Sampang dan Bangkalan: pusat keonaran tiap Pemilu di Madura

Imam mengaku tak terlalu kaget saat mendengar bahwa tengah terjadi keributan di Sampang pada Pemilu 2024 ini. Pasalnya, menurut Imam, Sampang menjadi salah satu daerah di Madura—selain Bangkalan—yang selalu saja menyajikan keributan di setiap momen Pemilu.

“Aku kurang tahu apa faktornya. Sebenarnya di daerah lain, seperti Pamekasan misalnya, juga pernah terjadi keributan (saat Pemilu). Tapi nggak sesignifikan yang terjadi di Sampang dan Bangkalan,” beber Imam.

Sampang dan Bangkalan, Pusat Keonaran Tiap Pemilu di Madura MOJOK.CO
Ilustrasi – Kerusuhan di Sampang dan Bangkalan terjadi tiap momen Pemilu (Hasan Almasi/Unsplash)

Hanya saja, menurut Imam, level keonaran atau keributan di Pemilu Presiden tak separah saat Pilkades. Sebab, bagi orang Madura, Pilkades adalah pertaruhan harga diri, pertarungan hidup dan mati.

Sehingga, ketika hasil Pilkades tak sesuai yang diharapkan oleh pendukung calon tertentu, maka bisa berujung saling carok (pertumpahan darah).

“Ada slogan yang sejak dulu tertanam di orang Madura, yakni ‘Lebih baik putih tulang daripada putih mata’, lebih baik mati daripada menanggung malu,” jelas Imam.

Slogan tersebut, menurut Imam, bisa jadi turut memengaruhi sensitivitas orang Madura. Tidak hanya dalam soal Pemilu, tapi juga dalam banyak hal yang lain.

Kalau dalam konteks Pemilu—entah Pilpres atau Pilkades—daripada menanggung malu karena paslon dukungan kalah, maka lebih baik carok saja!

Tradisi kecurangan yang mendarah daging sejak 1977

Kecurangan—yang kemudian berimbas pada kerusuhan—di setiap Pemilu di Madura ternyata sudah terjadi sejak 1977.

Merangkum dari NU Online, kira-kira berikut gambaran umum rangkaian kecurangan yang pernah terjadi di Sampang setidaknya hingga 2014 silam:

  1. Kecurangan pada Pemilu 1997 yang terjadi di beberapa TPS di Sampang, selain harus melakukan pemilihan ulang juga mengakibatkan kerusuhan massal pada 29 Mei 1997 yang mamakan korban luka bahkan nyawa.
  2. Pada Pemilu 2004, Mahkamah Konstitusi memerintahkan penghitungan ulang di enam kecamatan di Sampang. Pasalnya, ada laporan dari PKB terakait temuan penggelembungan suara di Kabupaten Sampang
  3. Terjadi kecurangan dalam Pilkada Jawa Timur tahun 2008 di Sampang yang membuat pemilihan gubernur harus berlangsung sampai tiga putaran.
  4. Ada temuan penggelumbungan suara DPD dalam Pemilu DPRD I/DPRD II/DPR dan DPD tahun 2009
  5. Di tahun 2013, saat pelaksanaan Pilgub Jatim, tim pasangan Khofifah Indar Paranwasa dan Herman menemukan kecurangan, yakni undangan pada pemilih tidak tersebar secara merata, terutama di kantong-kantong pendukung pasangan ini.
  6. Saat pelaksanaan Pemilihan Legislatif di tahun 2014, indikasi kecurangan membuat TPS di salah satu desa di Sampang harus melakukan pemungutan suara ulang sampai 19 kali.

Reporter: Muchamad Aly Reza

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Jika Prabowo Presiden Buku-buku Sejarah Dilarang? Satu Penulis Diisukan dalam Pengawasan

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version