Konon, ada banyak metode untuk “memanggil hujan”. Tapi ternyata, cara-cara buat menangkal hujan pun juga tak kalah beragam. Dalam acara Fesmo 2024 yang digelar pertengahan Oktober lalu, saya menyaksikan betapa ramalan cuaca BMKG dibikin meleset oleh sebuah ritual absurd–dan kelihatan tak masuk akal bagi sebagian orang.
Betapa tidak, pada tanggal penyelanggaraan Fesmo 2024, 18-29 Oktober 2024, BMKG memprediksi bahwa area Sleman–tempat digelarnya acara, bakal diguyur hujan. Intensitasnya pun diperkirakan bakal deras.
Tentu itu menimbulkan kecemasan bagi panitia, sebab acara-acara inti dalam Fesmo bakal digelar di area outdoor. Apalagi, sejak pagi langit sudah mendung. Menjelang siang pun, hujan rintik mulai jatuh. Kalau hujan menjadi deras sebagaimana prediksi BMKG, maka acara di hari itu bakal kacau: entah molor atau mungkin terancam ditunda.
Di tengah kecemasan ini, panitia melakukan segala cara buat “mengalahkan” ramalan BMKG tersebut. Upaya-upayanya yang diambil pun cukup absurd. Ia bakal dianggap aneh bagi yang pertama melihatnya. Bahkan dipandang sebelah mata oleh banyak orang.
Mistisme di sebuah acara bukan cerita baru
Sebagai penganut agama Islam yang tumbuh dan besar di tanah Jawa, saya sama sekali tidak asing dengan berbagai aktivitas yang berbau sinkretisme. Yakni, praktik-praktik yang menggabungkan antara ajaran agama dengan budaya–yang berbau klenik ataupun mistis.
Misalnya, saat masih kerap mengikuti kepanitiaan di UNS dulu, aktivitas-aktivitas yang berbau sinkretisme masih sering saya jumpai. Paling membekas adalah ritual menaruh bunga-bungaan di bukit Argo Budaya, yang letaknya berada di belakang venue acara.
“Biar nggak hujan, sebaiknya ijin dulu,” begitu yang selalu saya dengar terkait ritual tersebut.
Selain dipercaya buat mencegah hujan, saya juga sering diwanti-wanti untuk menjaga sikap saat berada di area tersebut. Seperti larangan berkata kasar karena dikhawatirkan menyinggung sosok yang dipercaya sebagai “penunggu”.
Namun, hal yang saya jumpai saat Fesmo 2024 kemarin sedikit berbeda dari yang biasa saya temui. Terutama dalam hal tata cara menjalankan ritualnya.
Fesmo 2024 dan cara unik “mengusir hujan” lewat rokok
Di acara Fesmo 2024, tata cara ritual yang dilakukan mungkin akan terlihat ambigu bagi sebagian orang–termasuk saya sendiri. Karena biasanya, usaha-usaha spiritual ini saya kategorikan berdasarkan jenisnya: kalau nggak ritual agama, ya ritual yang sifatnya mistis/klenik.
Sementara apa yang saya lihat di Fesmi kemarin ini, terlihat seperti gabungan dari dua kepercayaan tersebut. Apalagi sampai ada orang-orang khusus yang mendapat tugas untuk melakukan ritual ini.
Ritual yang harus dilakukan sebenarnya cukup sederhana. Pertama, sebelum acara dimulai, panitia yang bertugas harus naik ke atap venue untuk meletakkan gulungan doa di antara genteng. Gulungan doa ini berisi ayat-ayat beraksara Arab yang dibungkus kain.
Kedua, pada siang harinya, mereka yang meletakkan gulungan tadi hanya harus merokok. Proses inilah yang cukup menarik. Pasalnya, aktivitas merokok ini harus terus dilakukan sampai acara berakhir, tanpa boleh terputus.
Namun, syarat ini tidak berarti bahwa panitia yang bertugas harus terus-terusan merokok. Karena logikanya, hal itu tidak akan sinkron dengan syarat bahwa proses ini tidak boleh terputus.
Artinya ketika rokok mereka hampir habis, mereka harus menyerahkan rokok tersebut ke orang lain untuk dilanjutkan sambil menyulut rokok yang baru. Rokok baru itu pun juga bisa mereka pasrahkan ke panitia lain yang ditugaskan.
Selain ritual menghisap rokok yang tidak boleh terputus, syarat lain dari tata cara ini adalah tempatnya yang diusahakan tepat di bawah langit, tanpa terhalang pohon. Makanya rooftop venue dipilih mengingat kepulan asap bakal langsung menyembul ke langit tanpa ada yang menghalangi. Walaupun memang, syarat ini hanya “berstatus sunnah”.
Ritual di Fesmo 2024 memang terlihat remeh, tapi penuh pengorbanan
Bagi orang-orang yang tidak menjalankan, termasuk saya, tugas ini memang terdengar cukup remeh. Hal itu pun diakui oleh Romeo (20), salah satu panitia yang ditugasi menjalankan ritual tersebut.
Saat pertama kali diwanti-wanti untuk mempersiapkan diri menjalankan tugas khusus ini, Romeo memang beranggapan kalau tugas ini cukup enteng.
“Ah, cuma merokok. Aku sendiri juga perokok,” pikir Romeo saat itu, saat menceritakan pengalaman unik itu kepada saya, Senin (28/10/2024).
Akan tetapi, saat mengetahui detail aktivitas yang harus dilalui, Romeo pun kewalahan juga. Karena selain harus memperhatikan proses merokok dengan segala macam syaratnya, kewajiban awalnya sebagai keamanan bazaar juga tidak berkurang.
“Banyak hal yang harus dipastikan. Saya sendiri harus sering bolak balik area indoor dan outdoor. Selain untuk merokok, tugas saya kan juga untuk menjaga flow dari area panggung ke bazaar,” ungkapnya pada (28/10/2024)
Selain kerepotannya untuk menjalankan dua tugas secara bersamaan, masih ada juga ujian lain yang harus dia hadapi. Yakni fakta bahwa dia harus bertahan dengan rokok tidak enak. Rokok-rokok inilah yang terus menerus, selama tiga hari berturut-turut, harus ia isap.
“Selama tiga hari berturut-turut saya dan teman-teman diharuskan untuk merokok satu jenis rokok yang memang dirasa tidak enak bagi sebagian besar orang tanpa terputus,” ungkapnya.
“Hanya salah satu bentuk ikhtiar menghindari halangan”
Karena penasaran, saya pun berbincang dengan Steering Committee Fesmo 2024, Widodo (34), untuk mengetahui lebih banyak tentang usaha-usaha spiritual yang dilangsungkan saat acara kemarin. Terlebih beliau jugalah yang mengarahkan para panitia untuk melakukan tiap detail proses tersebut.
Menurutnya, hal-hal seperti ini memang bukanlah hal mistis yang tabu untuk dibicarakan atau bahkan dilaksanakan. Karena pada dasarnya, hal ini sama dengan berdoa untuk memohon agar acara berjalan dengan baik.
“Sebagai makhluk Tuhan, yang bisa kita lakukan hanya memohon agar hujan pada hari itu bisa dipindah ke tempat lain. Segala macam ‘ritual’ yang kemarin kita lakukan sebetulnya hanya ikhtiar lebih dari kita untuk mengiringi doa itu,” ujarnya.
Beliau juga menambahkan bahwa proses ikhtiar tersebut juga tidak akan berhasil tanpa usaha dan keyakinan semua panitia Fesmo 2024. Walaupun memang, beberapa keraguan yang dipicu lewat usaha yang Widodo sampaikan sempat muncul di awal-awal. Salah satunya bahkan dari Romeo sendiri.
“Memang awalnya sempat tidak percaya. Tapi sebagai panitia, tentu saya berharap agar semuanya lancar. Kalau melihat hasilnya kemarin juga ternyata lumayan efektif,” pungkasnya.
Selama tiga hari itu, saya menjadi saksi: betapa pun ritual tadi terlihat absurd, tapi nyatanya hujan berhasil ditahan. Entah ini berhubungan dengan ritual yang dijalankan atau tidak, toh, hujan tidak turun dan acara pun berjalan dengan lancar.
Penulis: Dahayu Aida Yasmin
Editor: Ahmad Effendi
Catatan:
Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Program Magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo periode Oktober-November 2024
BACA JUGA Kisah Pawang Hujan Membuat Cuaca di Luar Prediksi BMKG
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News