Rental PS di Jogja ternyata masih digandrungi. Salah satu pemilik rental membayangkan bisa ikut jadi bagian tim Esports Indonesia yang baru Juara Piala Asia. Pasalnya, dulu ia pernah aktif di kompetisi amatir.
Sebelumnya, tim Esports Indonesia berhasil mengandaskan Jepang di partai final. Tim yang digawangi Rizky Faidan, Elga Cahaya Putra, dan Akbar Paudie memang tampil mengesankan sejak awal kompetisi. Di media sosial, warganet menyebut bahwa kesuksesan ini salah satunya berkat keberadaan rental PS yang ada di setiap sudut kampung.
Meski banyak yang menganggap rental PS kini sudah di ujung tanduk karena perkembangan beragam moda gim, nyatanya di Jogja eksistensinya terus terjaga. Salah satu titik rental PS paling ramai di Jogja ada di Jalan Perumnas, Condongcatur, Sleman. Di sana berderet kios rental yang dari pagi sampai pagi tak pernah kehilangan pengunjung.
Salah satu kios yang paling ramai adalah Venom Esports Jogja, tempat rental PS3, PS4, hingga PS5. Di kios itu, saya dan beberapa kru Mojok juga kerap melepas penat di hari Jumat setelah melewati pekan yang berat.
Beruntung, pada Rabu (7/2/2024) saya berhasil berjumpa dengan Rio Rizky (29), pemilik rental PS Venom. Ternyata, ia juga pernah menekuni jalan mengikuti kompetisi amatir gim Pro Evolution Soccer (PES). Bahkan, ia sempat mengikuti kompetisi di luar Jogja meski ya belum sampai level profesional apalagi Piala Asia yang baru gelaran pertama.
“Karena hobi itu, kepikiran buat bikin rental PS. Biar menghasilkan sesuatu,” kata Rio.
Rahasia rental PS selalu ramai
Rio mulai membuka Venom sejak 2019 silam. Namun, itu bukan kali pertama ia membuka usaha berlatar hobi masa kecilnya. Saat masih kuliah di Universitas Amikom, ia pernah membuka rental di Jalan Selokan Mataram.
Selanjutnya, pernah membuka juga di Jalan Perumnas namun belum di kios yang sekarang. Sampai akhirnya ia berhasil membuka di titik strategis pada 2019. Tempat yang akhirnya ramai dan jadi rujukan muda-mudi yang ingin main PS.
Pada 2019, ia menyewa kios satu kios dengan modal awal 10 televisi LED dan 10 PS. Berjalan sekitar empat bulan, ia sudah yakin bahwa tempat ini membawa hoki. Akhirnya, beberapa waktu berselang ia menyewa kios di sebelahnya. Sekarang, total ada belasan PS yang tersedia.
Ia berani menambah kios karena baginya rental PS harus punya ruang yang lapang. “Ini kunci. Sebab di rental itu banyak yang merokok, jadi jangan sampai tempatnya minim sirkulasi udara,” katanya.
Selain itu, ia berupaya mengubah stigma tempat main PS yang kotor. Sehingga, ia punya aturan ketat soal kebersihan. Bukan hanya di area rental melainkan juga di toilet hingga musala.
“Dan satu hal lain, kuncinya adalah joystick. Pokoknya jangan sampai ada yang rusak, siapkan banyak back up,” jelasnya.
Hingga sekarang, setiap hari terutama sore hingga dini hari, tempat rentalnya selalu ramai. Momen sepi biasanya terjadi ketika ada pertandingan bola besar seperti laga timnas Indonesia, big match Liga Champions, hingga Piala Dunia.
“Karena memang penyewa rental PS ini kebanyakan penyuka bola. Bahkan pas hari PSS atau PSIM main saja kerasa sepi, karena ya banyak fans tim lokal yang jadi pelanggan sini,” paparnya.
Bertahan di gempuran gim android
Namun, di sisi lain ada risiko yang harus dipersiapkan para pengusaha rental PS yakni potensi kehilangan. Rio mengaku sejauh ini pernah sekitar lima kali kehilangan PS saat disewa sistem bawa pulang.
“Ada yang mengaku karena kemalingan tapi ada juga yang memang niat mencuri,” curhatnya.
Syarat menyewa PS memang sederhana, cukup menyerahkan kartu identitas. Celah ini kadang dimanfaatkan oknum maling. Kendati begitu, ia berusaha selalu memperbaiki sistem.
Menurutnya, hal itu merupakan risiko yang juga sering pengusaha rental lain alami. Selain risiko ini, para pengusaha rental PS memang harus bisa menggarap ceruk pelanggan yang semakin tergerus gim android hingga gim online lainnya.
Tempat milik Rio, pelanggan tetapnya berasal dari kalangan mahasiswa dan pekerja. Hal itu lantaran lingkungan sekitar memang didominasi kos dan rumah kontrakan pendatang.
“Kalau mau lihat bagaimana anak-anak gandrung main PS itu ya di rentalan kampung,” katanya.
Di rental PS dalam perkampungan, biasanya mayoritas pelanggan merupakan anak-anak. Menurut Rio, Rizky Faidan dkk yang berhasil menang Piala Asia berawal dari kultur tersebut. Namun, tentunya berlanjut dalam pelatihan-pelatihan yang profesional.
“Ya mungkin berangkat dari rental, tapi paling penting memang harus terlatih di kompetisi. Main di level Piala Asia itu bukan sekadar senang-senang, pasti memang mendalami skil secara serius,” katanya.
Dari rental PS di kampung-kampung itulah, bakat-bakat mengocek si kulit bundar secara virtual terasah. “Sayang ya Mas, coba nek aku tu tumbuh di zaman sekarang, ekosistem kompetisi main PES sudah bagus. Siapa tahu aku yang jadi juara Piala Asia,” kelakarnya menutup obrolan.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Kisah Kampung “Gali” di Dekat Tugu Jogja yang Dulu Ditakuti Sampai Maling Tak Berani Masuk
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News