Sejak dinyatakan punah sejak 1980-an, banyak ekspedisi demi membuktikan bahwa harimau jawa masih ada. Termasuk “Ekspedisi Menjemput Harimau Jawa” di Ujung Kulon yang pulang dengan sejumlah temuan menarik yang memperkuat dugaan eksistensi hewan tersebut.
Ekspedisi Menjemput Harimau Jawa diinisiasi oleh Yayasan Astacala, Kappala Indonesia, Peduli Karnivor Jawa (KPJ), dan sejumlah Mapala dari berbagai kota. Penelusuran berlangsung di Blok Gunung Payung Semenanjung Ujung Kulon pada 27 Juni – 8 Juli 2018 silam.
Selama 10 hari di dalam hutan, tim mencari bukti-bukti eksistensi harimau jawa. Sebelumnya, mereka berangkat berdasarkan kesaksian yang datang dari jagawana atau ranger di kawasan TN Ujung Kulon yang mengaku bertemu karnivor tersebut di area Cidaon.
Fajar Kuncoro (34), salah satu peserta ekspedisi perwakilan dari Bingkai Indonesia yang berbasis di Jogja mengungkapkan ada beberapa temuan bukti penting selama perjalanan membelah belantara.
Temuan-temuan ekspedisi
Tak mudah mencari hewan itu di dalam hutan lebar yang diduga menjadi habitatnya. Pada hari kelima penjelajahan, tim Fajar, menemukan sebuah titik tumpukan ranting dan daun kering yang mirip seperti persinggahan harimau jawa.
“Selain itu sempat juga mencium bau bangkai, tapi kami tidak berhasil menemukan lokasinya. Yang jelas baunya cukup kuat,” terangnya saat Mojok temui, Senin (1/4/2024).
Selain itu, tim ekspedisi menjumpai beberapa bukti berupa bekas cakaran di pohon. Jika melihat dari ukuran cakaran, dugaan mengarah ke sosok hewan yang mereka cari selama ini.
Belum lagi, beberapa kali tim juga bertemu dengan petapa yang sedang melakukan ritus spiritual di area TN Ujung Kulon. Mereka memberikan kesaksian bahwa pernah sekelibat melihat hewan besar dengan loreng di bulunya.
Titik di mana para petapa mengaku melihat karnivora besar itu berada di area Kiara Lawang. Selain itu, menurut Fajar, pada 2010, seorang jagawana bernama Yoyok memberikan kesaksian pernah menemukan bangkai diduga harimau jawa.
“Mitos dari masyarakat setempat juga mengungkapkan kalau lewat Kiara Lawang pengunjung harus berhenti sejenak,” kata Fajar.
Harimau jawa di Cidaon Ujung Kulon
Beberapa bukti temuan paling kuat memang mereka jumpai di area Cidaon. Bahkan, di kawasan itu beberapa anggota ekspedisi memberikan kesaksian langsung melihat sosok harimau jawa.
Namun, kejadian itu, tim lebih dulu menemukan beberapa bukti seperti kotoran dengan dugaan berasal dari harimau jawa. Dua dari lima regu yang dibagi untuk melakukan pencarian, terlebih dulu tiba dan bermalam di Cidaon.
Dua regu itulah yang kemudian kedatangan hewan besar yang diduga harimau jawa. Saat itu, selepas waktu magrib, anggota regu sudah berada di tenda perkemahan. Suara hutan yang biasanya agak riuh dengan berbagai bunyi-bunyian tiba-tiba menjadi sunyi. Keheningan itu berlangsung sekitar lima menit sampai tiba-tiba ada suara yang cukup mengagetkan.
“Suaranya itu grrr… kencang, kalau pernah dengar suara harimau di kebun binatang, ini lebih besar lagi suaranya,” terangnya.
Setelahnya, beberapa di antara anggota regu berpencar untuk mencari sumber suara. Sambil berjalan, lampu senter mereka sorot ke berbagai arah.
“Salah satu anggota kami itu ke pinggir aliran sungai dan kemudian mengaku melihat sorot mata di balik dedaunan pohon talas liar. Dia kaget, terjatuh, nggak sempat dokumentasi. Sekelebat saja terus penampakan itu menghilang,” tuturnya.
Sampai ekspedisi berakhir, momen itulah, Fajar mengaku merasa begitu dekat dengan “Mbah Gembong” -julukan untuk harimau jawa. Temuan tim ekspedisi “Menjemput Harimau Jawa” kemudian diserahkan kepada Dirjen KSDAE KLHK.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Kemunculan Harimau Jawa di Hutan Dekat Permukiman, Warga Desa Tak Perlu Khawatir Seperti Orang Kota
Cek berita dan artikel lainnya di Google News