Kolaborasi Indomie dan Warmindo yang Mengubah Dunia Kuliner Mahasiswa, Anak Kos Melarat di Semarang Bisa Makan Gratis Sebulan

Ilustrasi Indomie di warmindo (Mojok.co)

Indomie secara tidak langsung telah mengubah hidup mahasiswa di Jogja, Semarang, dan berbagai kota lain dengan warmindo. Perlahan, menggeser kebiasan dan corak kuliner yang telah terbangun selama puluhan tahun.

***

Saat bertanya ke perantau generasi lama yang sudah lebih dari satu dekade di Jogja, hingga sekarang mereka masih terbiasa menyebut warmindo dengan julukan “burjoan”.

Salah satunya Nimal (25). Ia pergi menempuh pendidikan di Jogja, sejak sekolah menengah pada 2011 silam. Salah satu tempat makan yang langsung familiar di matanya adalah jaringan warung dengan corak merah dan kuning. Ada logo Indomie di sudut-sudut bannernya.

“Tapi aku dulu menyebutnya dengan burjoan. Bukan warmindo,” kata dia.

Burjo merupakan akronim dari bubur kacang hijau. Pada 2011, seingatnya sudah tidak begitu banyak warmindo yang menjual bubur kacang hijau. Ada tapi segelintir saja.

“Sampai sekarang namanya semakin terkenal dengan sebutan warmindo tapi aku nyebutnya masih burjoan. Walaupun ya nggak semuanya juga jual bubur kacang hijau,” terangnya.

Pada awal 2023 lalu, saya masih menemukan warung serupa dengan label “burjoan”. Meski, corak desainnya sudah mirip warmindo. Burjoan Babarengan namanya, terletak di sebuah gang daerah Condongcatur, Sleman.

Melihat namanya, saya langsung bergegas menghampiri dan mencoba memesan seporsi bubur kacang hijau. Namun, meski namanya burjoan ternyata tidak menjual bubur kacang hijau.

“Waduh Mas, sini nggak jualan burjo,” kata Ari (25), lelaki asal Kuningan pengelola warung tersebut.

Kendati tidak menyediakan menu bubur tersebut, warung ini tetap mendapat label warung burjo lantaran aspek historisnya. Pada awal perkembangannya di Jogja, warung semacam ini memang hanya menjual dua menu makanan yakni mie instan Indomie dan bubur kacang hijau.

Bagaimana Indomie mengubah burjoan dan hidup mahasiswa Jogja

Kerja sama dengan warung-warung ini jadi salah satu strategi pemasaran Indomie. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mensponsori banner-banner di warung milik para perantau dari Jawa Barat tersebut.

Saking masifnya, lama-lama nama burjoan pun pudar. Beralih menjadi warmindo, karena Indomie lebih identik dengannya.

Namun jangan salah, kerja sama antara Indomie dengan warmindo ini memang unik. Sifatnya bukan waralaba.

warmindo di Jogja.MOJOK.CO
Sebuah warmindo di Jogja (Hammam/Mojok.co)

Hal ini pernah menjadi sorotan dari PT Indofood lantaran ada pihak yang menawarkan paket kerja sama pembuatan warmindo dengan mengatasnamakan perusahaan produsen Indomie tersebut. Padahal, kerja sama antara produsen Indomie dengan mamang-mamang Sunda itu tidak bersifat perjanjian waralaba.

“Hati-hati penipuan, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) tidak pernah menjual franchise atau paket usaha Warmindo. Jika ada pihak yang mengatasnamakan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) meminta uang untuk franchise atau paket usaha Warmindo, mohon untuk tidak melakukan transaksi karena di luar tanggungjawab kami,” tulis akun resmi PT Indofood pada 2023 lalu.

Baca halaman selanjutnya…

Indomie membantu Aa’ warmindo, warmindo membantu mahasiswa yang kelaparan bisa makan gratis sebulan

Kerja sama unik, bantu mamang-mamang Sunda mudik Lebaran

Salah satu bentuk kerja sama antara produsen Indomie dengan warmindo, selain lewat bantuan banner usaha juga lewat program mudik. Setiap tahun, belasan ribu pekerja warmindo difasilitas kendaraan untuk mudik gratis.

Pada Lebaran 2023 ini misalnya, ada 194 bus yang diberangkatkan dari Jabodetabek, Bandung, Jogja, dan Malang untuk mengantar para penjual warmindo mudik ke kampung halaman. Totalnya, ada 11.275 orang yang ikut program tersebut.

Kepala Cabang PT Indofood CBP Sukses Makmur TBK Divisi Noodle Semarang, Devie Permana mengatakan bahwa program ini jadi bentuk menjalin kedekatan dengan mitra. Pemberian fasilitas mudik ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun.

“Bagi kami pengusaha warmindo bukan hanya sebagai mitra, tapi sudah jadi bagian keluarga besar Indomie,” terang  Devie melansir dari Antara.

Kerja sama antara Indomie dengan warmindo memang unik. Sebab, warung ini begitu dekat dengan kehidupan mahasiswa dan anak kos. Bahkan, jadi saksi peliknya kehidupan anak muda di Jogja hingga Semarang.

Saya pernah berbincang dengan beberapa orang yang hidupnya pernah terselamatkan berkat warmindo. Salah satunya Ikki (32), alumnus Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA) Semarang.

Warmindo selamatkan mahasiswa melarat di Jogja hingga Semarang

Dulu, pada tengah malam yang sedang hujan, ia sedang menyantap Indomie yang diolah menjadi mie dok-dok khas warmindo. Tidak ada yang aneh saat ia dan seorang rekannya sedang makan.

Sampai saat hendak membayar, tiba-tiba rekan Ikki kebingungan mencari dompetnya. Ia bertanya, apakah Ikki menyimpan dompet itu sebab tadi sang rekan merasa meletakannya di meja. Sedangkan Ikki merasa bahwa sang rekan membawa dompet itu saat memesan.

Situasi itu masih tergambar jelas di ingatan Ikki. Wajah sang kawan memerah, nyaris menitikkan air mata. Ia bingung sekaligus pasrah, tanggal kiriman uang masih lama, sedangkan nyaris semua uang jajan sisanya tersimpan di dompet itu.

Ikki mencoba membantu menenangkan dan sedikit bertanggung jawab karena lalai mengawasi meja. Ia menawarkan untuk membayar semua makanan yang rekannya pesan malam itu. Namun tiba-tiba Aa warmindo menyela.

“Udah ikhlasin saja uangnya. Nanti masnya yang kehilangan dompet kalau makan ke sini saja. Saya gratisin, sampai akhir bulan nunggu kiriman uang lagi,” kata Ikki, menirukan ucapan sang Aa warmindo.

Mendengar itu, wajah sang rekan yang tadi sudah memerah, malah justru pecah air mata. “Saya terharu di situ. Malah ikutan nangis,” kata Ikki.

Selama sisa bulan itu, Aa warmindo berbadan agak gempal itu memberikan makan gratis setiap mahasiswa itu datang. Ikki tentu tidak ikut makan gratis. Tapi ia sempat menjadi saksi saat beberapa kali menemani sang rekan menikmati nasi telur dan indomie tanpa perlu mengeluarkan sepeser uang pun.

Setelah kiriman uang datang, sang rekan sempat menghampiri Aa warmindo untuk mencoba membayar segala hal yang pernah ia berikan secara gratis. Tapi Aa itu tak mau menerimanya. Ia ikhlas dan memberi pesan agar lebih hati-hati menjaga barang saat makan.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Kisah Kebaikan Warmindo Menyelamatkan Hidup Mahasiswa yang Kehabisan Uang

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version