Refleksi Akhir Tahun: Kisah-kisah Move On dari Cinta yang Kandas

Ilustrasi Refleksi Akhir Tahun: Kisah-kisah Move On Karena Cinta yang Kandas. (Mojok.Co)

Pergantian tahun tinggal menghitung hari. Buat yang belum move on dengan kisah cintanya, ini saatnya memulai lembaran baru. Mojok ngobrol dengan beberapa yang orang yang akan membagikan tips move on, dimulai dengan cerita kebucinan akutnya. 

***

Sebut saja Alex (nama samaran, 23). Dia malu menggunakan nama sebenarnya karena kisah kebucinannya adalah sebuah ketotolan yang pernah ia lakukan sebagai manusia. Mahasiswa Malang ini menjalin pacaran cuma sebulan tapi tidak bisa move on sampai satu tahun.

Proses cepat berakhir juga cepat

Akhir 2021, ia bertemu dengan perempuan yang kelak membuatnya bertekuk lutut dan mau melakukan apa saja. Bagi Alex perempuan tersebut luar biasa cantik dan kalem. Ia jatuh hati dan mereka pendekatan sekitar satu bulan, lalu pacaran.

“Namanya cowok lempar gombalan dan dia menanggapi dengan baik. Baru satu minggu atau dua minggu langsung kuajak keluar ngopi. Dia mau dan aku pikir dia juga ada ketertarikan. Itu proses cepat banget, sih,” kata Alex.

Salah satu momen yang meyakinkan langkah Alex untuk segera nembak si perempuan saat Alex masuk UGD.

“Aku dikasih obat dan diminum sehabis makan. Aku mikir siapa lagi teman atau saudara di Malang, nggak ada. Eh dia datang jalan kaki, eh ini orang perhatian banget. Terus malamnya aku tembak, selesai,” terangnya.

Akan tetapi, kebahagiaan tersebut tak bertahan lama. Dua minggu setelah pacaran, cewek itu tiba-tiba mengutarakan beberapa hal tentang kisahnya yang ternyata beda 180 derajat dari sebelumnya. Alex kaget, tapi ia telanjur bucin nggak ketulungan. Ia tak peduli dengan masa lalu perempuan itu.

“Setelah itu ada momen dia marah dan aku di-slow response dua minggu dan aku diputusin,” katanya.

‘Ojek’ adalah nama tengahku

Perempuan yang ia sika itu sempat memblokir empat bulan pesan-pesan Alek. Namun, itu tak menyurutkan perasaan Alex yang menggebu-gebu pada sang perempuan. Saat Idulfitri ketika blokiran sudah dibuka, ia dengan berani minal aidzin wal faidzin sebagai pembuka, walau ujung-ujungnya minta balikan. Tentu saja, perempuan itu menolak.

“Dia bilang kita temanan aja. ‘Eh aku nggak mau temanan, aku maunya pacaran’,” ujarnya menegaskan perasaan kala itu.

Meski awalnya menolak label ‘temanan aja’, Alex tak bisa berkutik. Hubungan keduanya membaik dan mereka mulai keluar bersama dengan teman-teman lain. Kebetulan ia dan mantannya satu tempat kerja, sama-sama jadi penyiar.

Dari yang tidak mau Alex antar sampai jadi ojek harian. Begitulah kisah Alex selama tujuh bulan berikutnya.

“Aku disuruh antar jemput dan aku senang. Aku merasa ada gunanya dalam hidupnya, ternyata aku ojekan. Kalau mau apa-apa dia kabari, siapa yang nggak baper digituin. Aku kira istimewa ternyata tidak,” katanya sambil tertawa sarkas.

Masalahnya bukan hanya antar jemput, Alex juga senantiasa menemani saat mantannya itu mengajak jalan-jalan ke tempat yang jaraknya 1 jam dari kota di kala akhir pekan. Padahal akhir pekan adalah jadwal Alex pulang ke Pasuruan. Demi pembuktian keseriusan, apapun Alex lakoni.

Ada beberapa hal yang kalau Alex pikir sekarang, tololnya kelewatan. Ia pernah inisiatif jauh-jauh dari Pasuruan hanya untuk menemani sang pujaan hati beli oleh-oleh.

“Dia bilang besok mau pulang kampung dan mau beli oleh-oleh. Di situ aku langsung balik Malang untuk ngantarin beli oleh-oleh. Dia nggak minta tapi aku effort banget. ‘Kamu nggak nyuruh aku tetap berangkat,” katanya.

Ia sampai bikin alasan segala ke orang tua yang penting bisa kembali ke Malang padahal jatahnya sedang waktu bersama keluarga.

“Aku mau ke sini, ok otw. Jemput lalu antarin, pulangnya jemput lagi. Dulu ojek adalah nama tengahku,” pungkas Alex yang tak habis pikir dengan kelakuannya sendiri.

Doa yang membuat move on

Konon, jangan pernah menasehati orang sedang jatuh cinta. Teman dan orang tua sudah memberi wejangan kepada Alex tapi semua mental.

Pikiran Alex sudah menerjang batas masa depan meski status tak jelas. Tiap kali lihat video keluarga bahagia di media sosial, ia lantas membayangkan masa depannya bersama si mantan.

Suatu waktu perempuan itu minta waktu untuk kejelasan hubungan mereka. Alex mengira hubungan mereka pasti diperjelas menjadi pacaran alias balikan setelah semua kedekatan selama tujuh bulan belakangan. Namun, pupus, karena nyatanya si mantan tetap ingin temanan saja.

“Aku masih gagal move on, aku tanya ke temanku yang sudah putus dua tahun dan bisa balikan. Ada amalan baca qulhuallah (al-ikhlas),” ujarnya yang kekeuh mau balikan.

Tekad kuat Alex untuk balikan segera mempraktikkan amalan tersebut. Membaca surat al-ikhlas 1.000 kali setiap selesai salat. Tak hanya salat wajib, ia juga menyempatkan salat sunnah agar makin banyak hitungan al-ikhlas yang dibaca. Kali aja bisa makin cepat baliknya.

“Aku praktikkan setiap hari habis salat, 1.000 kali, 5.000 kan sehari dan itu belum sunnah. Sampai kering (mulutku),” katanya.

Anehnya, ia justru tak balikan tapi malah move on. Alex hanya sanggup mengamalkan selama dua hari sambil membayangkan wajah si mantan seraya menyebut namanya. Sederhana saja alasan move on tersebut, CAPEK.

Pacar selingkuh, tapi rela kembali

Betul kan kata pepatah, jangan menasehati orang kasmaran. Nah, begini misalnya, kedua perempuan ini adalah mereka yang terjebak dalam toxic relationship. Gaslighting, guilt tripping, posesif, dan tukang selingkuh mendefinisikan hubungannya. Namun, keduanya tetap sayang dan menerima kembali.

selingkuh
Ilustrasi selingkuh. (Mojok.co)

Emi (mahasiswa, 21), pacaran tiga tahun dengan mantannya. Pacarnya selingkuh saat ia sedang sibuk magang di Juli lalu. Kata mantannya, ia kesepian dan terjadilah perselingkuhan yang ia dapatkan dari aplikasi kencan. Parahnya lagi, pacarnya mengaku baru jalan dua minggu ternyata sudah dua bulan. Emi disembunyikan dari semua postingan media sosialnya.

“Lucunya ketahuannya di Twitter yang mutual sama aku. Dia interaksi sama selingkuhannya. Ketika aku sudah free magang dan sudah mulai luangin waktu, aku stalk akun dia, dia reply romantis sama orang lain. Pas aku tanya kenapa selingkuh terang-terangan, jawabannya biar aku tahu,” kata Emi.

Mantan Emi bilang ingin balikan tapi juga tak bisa meninggalkan selingkuhannya. Setelah putus, Emi merasa hatinya masih setengah move on. Sesekali stalk akun media sosial si mantan yang membuat Emi tahu bahwa dia sudah putus dengan selingkuhannya.

“Di bulan September, dia putus sama selingkuhannya dan aku nge-treat dia dengan baik, dia nge-flirt kayak I love you, I love you juga ke aku dan aku merasa bodoh pengen balikan, taunya di sana dia juga dekat dengan dua orang sekaligus dari dating apps,” terangnya.

Emi memutuskan untuk tidak jadi balikan dengan mantannya. Ia lebih memilih untuk move on dan meninggalkan kisah cintanya.

Hobi kok selingkuh

Cerita Marwah (nama samaran, 24) tak jauh beda. Polemik selingkuh menghancurkan kepercayaan Marwah pada hubungan yang pernah ia jalani. Tetapi jalan putus itu tak ia ambil sejak awal. Hubungan terus berlanjut sampai ia menemukan bukti perselingkuhan kedua.

Sejak semula hubungan mereka memang tak baik-baik saja. Si mantan kelewat sayang sampai posesif dan sering cemburu tak jelas. Chat balasnya lama saja bisa timbul huru-hara.

“Seminggu itu mungkin cuma satu hari nggak berantem, sisanya berantem. Tapi aku yang selalu memohon buat minta maaf. Aku yang paling takut kesannya,” ujarnya.

Suatu waktu saat Marwah sedang menunggu masa kuliah hari pertama ia iseng menghidupkan ponsel lamanya. Dulu pernah ia pinjamkan pada pacarnya. Ia kemudian menemukan bukti perselingkuhan dari obrolan Line. Padahal lima bulan sebelumnya, lelaki tersebut juga kedapatan selingkuh.

“Dulu (selingkuh pertama) aku terima lagi karena dia nangis, minta maaf. Dia putus di hari yang sama sebelum aku tanyain kebenarannya. Mungkin dia udah rasa kalau aku curiga. Mereka sampai jadian. Dia janji nggak akan begitu lagi, aku percaya dengan bodohnya,” jelasnya.

Bucin setengah mati 

Membelikan barang adalah jenis kebucinan yang Emi lakukan. Ia gampang sedih dan kasihan kalau mantannya menceritakan keadaan ekonomi dan keluarga.

“Beberapa kali aku bantu dan itu masih pakai duit orangtuaku. Paling banyak buat makan. Aku membelikan barang yang ada wishlist-nya. Nggak dipaksa tapi aku merasa bertanggungjawab atas segala kesedihanny. Nominal duit yang habis dari kerjaan ditambah duit bulanan lumayan banyak. Ini terjadi hingga Oktober kemarin,” kata Emi.

Kalau Marwah setiap hari jemput mantannya untuk pergi sekolah. Menempuh perjalanan 27 kilometer dari rumahnya ke rumah si mantan, lalu ke sekolah. Ia selalu menutupi hal ini dari orang tua.

Pagi itu mereka janjian lebih pagi. Rencananya Marwah mau mengembalikan kostum tari yang searah dengan sekolah. Tetapi si pacar saat itu telat bangun. Marwah kesal dan justru cowoknya saat itu balik memarahinya.

“Dia ngebut parah, posisinya pakai motorku. Kita kecelakaan, motor rusak 70 persen. Aku nggak sadarkan diri beberapa jam, mukaku bonyok. Dia juga sakit, perutnya memar. Bodohnya aku masih tetap kembali, masih menyayangi dia,” terangnya.

Tips move on dari korban perselingkuhan

Emi dan Marwah sama-sama tidak memutuskan pacarnya di perselingkuhan pertama. Alasannya sederhana karena masih sayang. Namun, keduanya memutuskan untuk meninggalkan pacarnya ketika tindakan perselingkuhan itu terulang kembali.

Emi memberi tips move on di antaranya: puasin-puasin chat dengan orang bersangkutan sambil menemukan titik dia tidak lagi berharga, lalu hapus obrolan, menghindari percakapan rayu-rayuan, menjadi dry texter, dan mengurangi sikap perhatian.

Setelahnya Emi menyarankan untuk menulis jurnal atau sambat di Twitter. Di tahap ini Emi permisif pada dirinya kalau masih ingin stalk asal tidak berlebihan sebelum melakukan unfollow. Lalu deaktivasi akun media sosial untuk mencari ketenangan. Terakhir, menanamkan prinsip bahwa dia tak perlu bertanggungjawab atas hidup si mantan dan tidak memaksakan sesuatu yang seharusnya sudah berhenti.

Beda dengan Marwah yang sejak memutuskan mengakhiri hubungan sekaligus memutuskan koneksi. Ia langsung tak mau tahu kehidupan mantannya.

“Awal sedih, pasti. Itu bagian dari proses. Cara move on-ku, aku menghindari bertemu dia di acara alumni maupun teman menikah. Circle kami sama, aku mending nggak datang daripada ketemu. Alhamdulillah semesta mendukung, aku nggak pernah ketemu sampai sekarang,” katanya.

Hal-hal buruk tentang lelaki tersebut Marwah kenang-kenang terus untuk memperkuat penolakannya. Tidak sampai enam bulan, perasaannya sudah tuntas.

Ia meyakinkan agar orang-orang yang diselingkuhi dan sudah tahu keburukan pasangan tak perlu menolak kenyataan alias denial. Meski sangat cinta, ada baiknya mendengar perkataan orang sekitar.

“Kamu tetap bisa hidup, kok, tanpa dia,” tegasnya.

Rumitnya HTS yang minta kepastian

Kiara (26), seorang content writer bebeberapa bulan lalu bertemu seseorang melalui kegabutan main nearby Telegram, tetangganya sendiri. Ia jatuh hati tetapi hubungan tanpa status tersebut harus diakhiri karena tak ada tanda-tanda ke arah serius.

“Dari perkenalan di Telegram aku tertarik sama dia dan keahliannya. Dia anak seni, bisa main musik (saxophone, gitar, dan lain-lain)” katanya.

Obrolan beralih ke Whatsapp. Kiara semakin terpikat karena ternyata lelaki tersebut bisa melukis, seorang guru seni, dan penggerak seni tradisional di Kediri. Keduanya sempat bertemu dan semakin intens memberi kabar, saling kirim stiker love, dan saling pap.

“Terus, pas aku minta pendapatnya soal nikah, balasannya lama banget. Dari situ mikir ‘oh berati dia dekatin aku bukan karena pengin serius, penginnya main-main,” ujarnya.

Saat mempersiapkan diri karena bakal di-ghosting. Beberapa hari kemudian gebetan Kiara balas pembahasan yang sebelumnya. Beberapa kali ia sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, beberapa kali juga lelaki itu datang dan menaruh harapan kembali.

Ia datang ke rumahnya dan setelahnya hubungan tampak membaik. Saat ia mencoba meminta mendapat pandangan soal anak, kembali cowok itu cuek. Ia merasa kecewa karena lelaki tersebut tampak selalu menghindar dari percakapan serius. Hubungan berakhir saat Kiara tak pernah lagi membalas pesan Whatsapp-nya.

Melewati fase move on dengan cepat 

“Kebodohanku adalah HTS kok minta kepastian,” katanya sedikit tertawa. Kiara lantas membagikan tips move on yang ia lakukan. Langkah pertama adalah, nangis (seperti orang-orang pada umumnya), memutar lagu galau (walau malah bikin galau), bikin kata-kata puitis di catatan untuk menguatkan diri kalau keputusan ini benar. 

Mencari sisi positif dari perpisahan, meyakinkan diri untuk lebih tegas (kalau sudah ya sudah, nggak usah lanjut lagi hubungannya). Mencari sisi positif ketika mengenal dia. Menjalankan kesenangan yang sudah jarang dilakukan (nonton film, drakor, bikin kue). Ngaji biar hati makin tenang.

Memegang teguh prinsip coach cinta, “dekat belum tentu jadian, jadian belum tentu ke KUA. Cinta harus pakai logika”. Menyembunyikan seluruh story media sosial dia biar nggak kepikiran

Adapun usaha move on yang dilakukan Kiara adalah dengan memutuskan menjauh termasuk menyembunyikan status Whatsapp, menangis beberapa hari sembari mikir kenapa bisa dibodohi sambil setel lagu galau. Beli es krim kesukaan, beli di Indomaret atau Mixue aja, dan tak lupa cerita kepada orang terpercaya agar lega.

“Berkat kegalauan ini, akhirnya aku bisa menjalankan wacanaku buat ikut kelas baking. Aku juga ikut webinar kelas cinta gratis, biar nggak bodoh kalau lagi bucin, soalnya sekarang aku lagi mencari pasangan hidup yang punya tujuan sama, kalau ngajakin main-main aja aku mundur. Lalu jadi rajin jogging, pas jogging sambil mikir positifnya menjauhi dia,” jelasnya.

Penulis: Sara Salim
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Derita dan Tawa Patah Hati: Nangis-nangis Dahulu, Merayakan Kemudian

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version