Mengenang Sepatu Bata, Temani Emak-emak Kabupaten dari Remaja sampai Belikan untuk Anaknya, Sedih Kini Pabriknya Tutup

Ilustrasi gerai Sepatu Bata (Ega/Mojok.co)

Sepatu Bata pernah jadi primadona. Andalan warga kota hingga desa. Kini, mantan pengguna setianya di Jogja hingga Banjarnegara hanya bisa mengenang sepatu yang nasibnya di ujung tanduk setelah pabrik di Purwakarta tutup.

Produsen sepatu yang ikonik di Indonesia ini sudah mengalami guncangan sejak beberapa tahun silam. Di masa pandemi, puluhan gerai fisiknya di berbagai kota pun tutup. Sampai puncaknya pabrik di Purwakarta berhenti beroperasi.

Saat ini, gerai-gerai yang masih buka di Jogja pun terlihat sepi. Salah satunya gerai Sepatu Bata di Jalan Affandi, Caturtunggal, Depok Sleman. Toko itu punya koleksi sepatu dan sandal Bata cukup lengkap. Etalasenya masih penuh dengan beragam variasi.

Namun, saat saya menengoknya pada Kamis (6/6/2024) sekitar pukul 14.30 siang tak ada aktivitas pembeli di gerai tersebut. Lengang bahkan tak ada kendaraan yang parkir di halaman kecuali di bagian agak dalam, yang tampak seperti kendaraan milik karyawannya.

gerai sepatu bata yang pabriknya di purwakarta tutup.MOJOK.CO
Suasana lengang di gerai Sepatu Bata Jogja (Hammam/Mojok.co)

Padahal, ada plang bertuliskan promo besar-besaran hingga 50 persen. Situasi ini diduga tidak hanya terjadi di gerai ini saja tapi juga di berbagai gerai Sepatu Bata lain di Indonesia.

Mengenang Sepatu Bata, kokok dan awet, jadi buruan saat Lebaran

Di mata generasi 90-an, Sepatu Bata jadi salah satu merek paling diburu. Tirah (47) adalah salah satu pelanggan setianya di masa lalu.

Pada masa kejayaannya, gerai merek ini tidak hanya ada di kota-kota besar. Di Banjarnegara, tempat Tirah tinggal, bahkan ada gerai yang dibuka di kecamatan wilayah pegunungan.

“Kalau dulu saya ingat, salah satu tokonya ada di dekat Polres Banjarnegara. Itu dulu jadi tempat saya sering beli,” kenangnya saat saya hubungi Kamis (6/6/2024).

Pada masa SMP, SMA, bahkan hingga kuliah ia pernah membeli produk sepatu dan sandal merek tersebut. Bahkan ketika sudah berkeluarga, saat anaknya masih belia, ia beberapa kali membelikan produknya.

“Ya dulu Bata jadi incaran dan pilihan karena awet bertahun-tahun, buat ukuran zaman itu juga modelnya bagus,” ungkapnya.

Di Banjarnegara, Tirah sudah tak melihat lagi ada gerai Sepatu Bata. Baginya, saat ini sepatu juga semakin banyak pilihan sehingga maklum beberapa merek lama sulit bersaing.

“Sempat dengar ada pabriknya tutup. Ya, agak sedih tapi memang wajar karena persaingannya semakin sulit,” kata dia.

Kisah tutupnya pabrik sepatu yang awalnya dari negara Cekoslowakia

Baru-baru ini, kabar tutupnya pabrik Sepatu Bata memang sempat menghebohkan. Pabrik yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat itu resmi berhenti beroperasi per 30 April 2024 silam.

Setidaknya, ada 233 karyawan yang terkena PHK imbas dari penutupan pabrik itu. Sejumlah pendapat menilai penutupan ini tak terhindarkan karena perusahaan yang terus mengalami penurunan penjualan selama beberapa tahun terakhir.

Pada Januari-September 2023 saja tercatat Bata alami kerugian hingga Rp80,65 miliar. Tren kerugian ini sudah terjadi sekitar 4 tahun terakhir. Meski statusnya belum resmi gulung tikar, namun kondisi yang terjadi belakangan menandakan tren yang begitu buruk.

Padahal merek sepatu ini terbilang legendaris. Jika banyak orang yang mengira Bata merupakan merek asli Indonesia, ternyata awalnya Bata berasal dari Cekoslowakia. Tepatnya beridiri pada 21 September 1894 di Kota Zlin.

Bata mulai masuk ke Indonesia pada 1931 dengan mekanisme impor. Lalu, pada 1940 mulai diproduksi di dalam negeri lewat sebuah pabrik di Kalibata, Jakarta Selatan.

Merek ini kemudian tumbuh pesat di tanah air hingga akhirnya pada 1982 melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada 1994, pabrik di Purwakarta yang baru-baru ini tutup mulai beroperasi.

Bata tercatat baru gencar melakukan penjualan secara online pada 2020 setelah 50 gerainya tutup. Pada 2021 mendirikan Sepatu Bata Online untuk menggenjot penjualan di lewat internet.

Namun, proses transisi itu tidak berjalan dengan sempurna. Sebelum akhirnya melakukan penutupan pabrik, Kantor Graha Bata di Jalan TB Simatupang Jakarta Selatan juga dijual seharga Rp64 miliar. Kini, merek sepatu legendaris ini di tengah-tengah situasi kritis. Toko di Jogja pun semakin sepi pembeli.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Krisis Tupperware Membuat Emak-emak Khawatir, Stok Botol Baru Masih Banyak di Gudang

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version