Pandemi Covid-19 tak membuat Rahma Aldina mengurungkan niatnya mendaki Gunung Rinjani pada tahun 2022. Gunung yang terletak di Lombok, Nusa Tenggara Barat, itu santer dibicarakan para pendaki Rinjani.
Di sana mereka dapat melihat Danau Segara Anak dengan warna air yang membiru. Selain pemandangannya yang eksotis, ia menjadi gunung berapi aktif tertinggi kedua di Indonesia. Puncaknya mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Rahma sendiri mengatakan Gunung Rinjani menjadi salah satu tempat yang berkesan baginya, setelah mendaki puluhan gunung lainnya. Selain karena jalurnya yang panjang, mentalnya terbentuk jadi lebih kuat.
“Rill Jurassic Park-nya Indonesia. Pas di jalan pun juga masih ketemu warga lokal yang membangun pos di Torean,” kata Rahma kepada Mojok, Sabtu (14/11/2024).
Ojek membantu menghemat energi pendaki
Waktu menunjukkan pukul 07.30 WITA saat Rahma dan lima orang temannya bersiap menaiki ojek motor dari penginapan. Ojek itu akan mengirim mereka untuk check in di gerbang awal pendakian Gunung Rinjani via Sembalun.
Sebelum ke gerbang awal, mereka akan tiba di pos 1. Jarak dari pos 1 ke gerbang awal adalah 3,7 kilometer. Perjalanannya sekitar 15 menit. Setelah tiba di gerbang awal pendakian, mereka diminta menyerahkan daftar barang bawaan.
“Malamnya kami sudah klasifikasikan, supaya nggak berpotensi menjadi sampah. Di Rinjani juga nggak boleh bawa tisu basah,” ucap Rahma.
Setelah check in, mereka harus mengganti kendaraan menuju ke Pos 2, dari yang mulanya menyewa tukang ojek biasa ke tukang ojek gunung. Ada juga fasilitas untuk rombongan seperti pick up.
“Aku pilih ojek untuk menghemat energi sebelum mendaki,” ujar pendaki Gunung Rinjani itu.
Pertama kali naik ojek Gunung Rinjani
Gerimis mulai menyertai perjalanan Rahma dan teman-temannya ke Pos 2. Namun, keahlian tukang ojek gunung tak dapat mereka ragukan. Mereka tetap ngebut melewati jalan yang berkelok di tengah jalanan yang becek karena hujan.
“Jujur, anak-anak juga bilang agak takut, tapi sensasinya oke sih. Pengalaman pertama naik ojek gunung nggak bikin menyesal karena masih tetap bisa menikmati keindahan sabananya Rinjani, meskipun agak mendung,” cerita Rahma.
Setelah menempuh perjalanan sejauh 1,4 kilometer dengan ojek gunung, mereka akhirnya tiba pukul 09.15 WITA. Dari sini, para pendaki wajib berjalan kaki.
Mereka harus menempuh perjalanan 1,7 kilometer dari Pos 2 Tengengean ke Pos 3, lalu ke Pelawangan dengan jarak 3,9 kilometer, dan menuju puncak dengan jarak 7,7 kilometer.
Dalam perjalanan kali ini, Rahma dan teman-temannya ingin melanjutkan perjalanan sampai ke Danau Segara Anak, sehingga harus menambah jarak 7,6 kilometer dari puncak Gunung Rinjani.
Bertemu babi ganas di Pos 3
Tiba di Pos 2 Tengengean, Rahma dan teman-temannya mengonfirmasi ulang rombongan mereka ke petugas sebelum melanjutkan tracking. Mereka pun menuju Pos 3 pukul 9.30 WITA.
“Jalanan dari pos 2 ke pos 3 ini bisa dibilang masih oke lah, ibarat kata masih pemanasan, nggak berat. Masih imbang antara tanjakan, landai, dan turunan,” ujar Rahma yang juga anggota mahasiswa relawan siaga bencana di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Mereka pun tiba di Pos 3 Padabalong pukul 10.35 WITA dan rehat sebentar selama 15 menit. Lalu, melanjutkan ke Pos 4 Cemara Siu dan tiba pukul 12.05 WITA.
Rahma mengaku perjalanan mulai dari pos 1 ke pos 4 belum ada hambatan. Dia merasa jalurnya masih belum terjal. Namun, mereka tetap harus berhati-hati, karena di Pos 4 Cemara Siu mereka sempat menjumpai babi ganas (Bagas).
“Jujur ini juga pengalaman pertama bagiku ketemu si Bagas. Gara-gara dia, kami semua yang ada di pos 4 mendadak ngumpul di dua gazebo berbeda,” kata pendaki Gunung Rinjani itu. Beruntung, babi itu hanya lewat dan segera pergi.
Menaklukkan bukit penyesalan
Pukul 13.00 WITA, Rahma dan teman-temannya melanjutkan pendakian dari jalur Pos 4 Cemara Siu ke Pelawangan. Menurut sebagian pendaki, jalur inilah yang paling menantang.
“Kalau kata orang ‘let’s the game begin’ alias mari melewati tanjakan penyesalan,” ucap Rahma.
Bagaimana tidak, selama mendaki jalurnya selalu naik. Rahma berujar kurang lebih ada 8 bukit ‘penyesalan’ yang harus mereka lewati. Jumlah itu belum pasti, karena dia tidak konsentrasi menghitung.
“Definisi menyesalnya karena tiap mau selesai puncak bukit, ternyata ada bukit lagi di depan mata, dan itu terus-terusan,” keluh pendaki Gunung Rinjani itu.
Namun, jerih payah mereka selama tiga jam menuju Pelawangan 1 terbayarkan saat tiba di dua bukit terakhir, karena bisa menengok puncak Gunung Rinjani–tujuan selanjutnya.
Saat itu, Rahma masih senang, sebelum dia menyadari jalur menuju puncak rupanya lebih melelahkan.
Gunung Rinjani menguji mental
Pukul 16.00 WITA, Rahma dan teman-temannya memutuskan menginap di Pelawangan 3. Mereka memasang tenda dan beristirahat sampai pukul 03.00 WITA.
Jujur saja, Rahma perlu menguatkan mentalnya sedikit lama, tak hanya fisik. Sebab, sebelum sampai ke puncak dia harus melewati Punggungan yang medannya terus naik.
“Menurutku perjalanan ke puncak ini yang menguji nyali sesungguhnya. Rintangannya campur antara tanah dan akar-akar pohon di awal,” ujarnya.
Setelah dari Punggungan, Rahma harus menapaki tanah berpasir dan berkerikil. Perlu teknik jitu untuk melewati rute tersebut. Rahma pun memilih mengikuti jejak kaki orang yang ada di depan.
“Kalau jalan nggak benar, pasti naik satu langkah sama saja kayak jalan setengah langkah, alias merosot,” ujar pendaki Gunung Rinjani itu.
Tiba dipuncak Gunung Rinjani
Selain tanah berpasir dan berkerikil, Rahma harus menjumpai medan yang menjadi “momok” para pendaki. Medan itu terkenal dengan sebutan Letter E Rinjani.
Rahma mengakuinya. Dia hampir saja menyerah di trek tersebut karena jaraknya terasa jauh. Mental dan fisiknya benar-benar diuji.
“Di momen itu aku sudah bilang berkali-kali ke teman-teman kalau aku nggak kuat, tiap ditanya ‘mau turunkah? Tunggu di sini saja ya?’ selalu aku jawab nggak mau dan terus jalan,” tutur pendaki Gunung Rinjani itu.
Dalam hatinya, dia hanya mengingat pesan sang ibu saat meminta izin mendaki: Banyak dzikir!
“Sambil aku ngebatin juga ke diri sendiri ‘sekali saja ke sini, tuntasin Rahma,” ucapnya.
Akhirnya, setelah menempuh pendakian 8 jam dari Pelawangan, Rahma berhasil mencapai puncak. Dia tak kuat menahan haru karena usaha dan dukungan dari teman-temannya.
“Ya meskipun nggak dapat pemandangan danau, tapi aku tetap bangga banget bisa di sini. Makasih buat semua doanya untuk orang-orang yang sudah aku pamiti,” kata dia.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: “Sewa Teman Mendaki”: Bisnis Menjanjikan Karena Banyak Orang FOMO Naik Gunung Jelang Tahun Baru “Sewa Teman Mendaki”: Bisnis Menjanjikan Karena Banyak Orang FOMO Naik Gunung Jelang Tahun Baru
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News