Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

PPG Jadi Syarat Wajib Guru Daftar CPNS: Alih-alih Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Malah Menyulitkan Guru Meraih Kesejahteraan

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
3 April 2024
A A
PPG Jadi Syarat Wajib Guru Daftar CPNS: Alih-alih Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Malah Menyulitkan Guru Meraih Kesejahteraan

PPG Jadi Syarat Wajib Guru Daftar CPNS: Alih-alih Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Malah Menyulitkan Guru Meraih Kesejahteraan

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

PPG dianggap jadi salah satu solusi peningkatan kualitas guru. Ini dianggap jadi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Tapi, ketika PPG jadi syarat utama untuk guru bisa daftar CPNS, barulah ini jadi masalah yang perlu dibahas.

***

Pembicaraan tentang guru biasanya berputar pada hal-hal seperti PPG, kesejahteraan guru honorer, minimnya apresiasi guru, serta beratnya administrasi yang harus diselesaikan guru yang bikin mereka susah mengajar.

tapi, ada satu hal yang kerap luput dari pembicaraan: ternyata, jumlah guru di Indonesia masih amat kurang.

Dilansir dari ANTARA, Indonesia masih kekurangan sekitar 1.3 juta guru. Angka yang jelas tidak sedikit, dan butuh segera diatasi. Sebenarnya sudah banyak fakultas pendidikan yang berdiri. Sekiranya, masalah tersebut harusnya bisa segera selesai dalam beberapa tahun saja. Seharusnya begitu.

Nyatanya, hal itu sepertinya belum akan terjadi, setidaknya dalam waktu dekat.

Menurut PPDikti, pada Februari 2023, ada 1.371.105 mahasiswa yang kuliah di jurusan pendidikan. Masalahnya, tak semuanya jadi guru. Bahkan punya keinginan jadi guru saja mungkin tidak. Penyebabnya banyak, salah satunya adalah nominal gaji.

OECD menaruh Indonesia sebagai negara dengan gaji guru terendah nomor dua. Realitas lapangan menguatkan apa yang OECD paparkan. Cerita tentang gaji guru honorer yang hanya ratusan ribu per bulan, itu pun dirapel, sudah sering terdengar. Ia bahkan lebih abadi ketimbang hujan di negeri ini.

Lalu, entah dari mana, muncullah isu bahwa guru fresh graduate wajib PPG agar bisa mendaftar CPNS. Kebijakan ini, dilihat sekilas, akan sulit membuat jumlah guru yang kurangnya masih banyak bisa terpenuhi.

Tapi, untuk hal ini, (calon) gurulah yang harusnya bersuara. Tak bisa dimungkiri, bahwa mereka-mereka inilah “korban” kebijakan tersebut.

Kebijakan yang bagus, tapi…

“Rodo slow respon yo, Mas, aku isih meh motoran.”

Pesan yang Arif kirimkan membuat saya harus menunggu untuk beberapa lama. Tak masalah.

Sedikit latar belakang, Arif adalah mahasiswa PPG yang sudah mendapat serdik. Dulunya, dia adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris. Kebijakan ini, tentu memudahkannya dalam urusan CPNS. Tapi, apa yang terlihat mudah, tak pernah benar-benar mudah.

Tapi tak butuh waktu lama, sekitar 15 menit kemudian, dia menjawab pertanyaan saya.

Iklan

“Kalau aku untuk kebijakan pemerintah bagus, Mas, karena lebih terarah. Dan sudah pasti tersaring sik yakin dadi guru karena sudah diseleksi di awal dan siap ditempatkan di mana saja sesuai dengan plottingan dari pemerintah. Contohnya semisal tahun 2023, kemarin kan yang anak PPG prajab diarahkan untuk daftar P3K. Tapi, plotting-nya bisa dikatakan tidak sesuai yang diharapkan, otomatis kan banyak yang mundur. Jadi, mungkin pemerintah mengevaluasi seko iku mas nggo kebijakan PPG ke depan. “

“Dan nggak harus PNS, Mas, kebanyakan saiki do diarahkan nang P3K.”

Yang penting sejahtera

“Tapi dari sisi lain, kalau dari sisi mahasiswa sik lulusan PPG dan sudah dapat serdik duluan kalau tujuannya adalah kesejahteraan guru yo tergantung kebijakan ke depan. Semisal masih diberikan afirmasi 100% nggo nilai teknis seleksi ASN ya nggak apa-apa.”

“Tapi kalau semisal begitu punya serdik, langsung tidak diperhatikan oleh pemerintah dan harus mencari sekolah sendiri nggo pengabdian dan pencairan TPP yo agak repot.”

“Tapi iki terlepas seko pemerataan pendidikan yo, Mas.”

Apa yang dikatakan Arif jelas masuk akal. Tidak semua akan cocok dengan penempatan yang disediakan pemerintah. Terlepas itu dianggap menyia-nyiakan kesempatan, tapi manusia tentu punya pertimbangan tersendiri atas keputusan yang mereka buat.

Ketika mahasiswa lulusan PPG bisa menentukan di mana mereka akan mengabdi, tentu lebih memudahkan mereka. Setidaknya, mereka tak dilepas begitu saja oleh pemerintah.

Tapi, tentu saja ini masih tidak menjawab masalah yang ada: bagaimana dengan kekurangan jumlah guru yang sebegitu besar? Arif punya alternatif yang lebih baik.

Jadi ASN dulu, baru wajib PPG

Menurut Arif, harusnya bukan wajib PPG baru bisa daftar CPNS. Harusnya jadi ASN, baru cari serdik, seperti zaman dulu. Ini lebih adil karena tidak bikin kesenjangan waktu tes. Misal ada yang sudah PPG duluan dan dapat keunggulan, itu beda cerita. Tapi, baiknya jadi ASN dulu, baru PPG.

Jika memang seperti ini kebijakannya, ini bisa mengatasi dua masalah sekaligus: menutup jumlah kekurangan guru serta memperbaiki mutu guru yang ada. Bahkan mungkin sekaligus menyelesaikan masalah kesejahteraan guru yang selama ini jadi borok yang tak segera mengering.

Tapi, apakah harus PPG?

Muncul pertanyaan yang tak boleh diabaikan juga: kenapa mahasiswa jurusan pendidikan harus ambil PPG? Apakah kemampuan mereka selama kuliah 4 tahun belum cukup jadi modal?

Baca halaman selanjutnya

Pedagogi adalah kunci

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 5 April 2024 oleh

Tags: CpnsgurukesejahteraanPendidikanPPG
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Hobi main game dan suka nulis otomotif.

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO
Ragam

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Guru tak pernah benar-benar pulang. Raga di rumah tapi pikiran dan hati tertinggal di sekolah MOJOK.CO
Ragam

Guru Tak Pernah Benar-benar Merasa Pulang, Raga di Rumah tapi Pikiran dan Hati Tertinggal di Sekolah

8 November 2025
Pemkot Semarang dorong dukungan finansial layak untuk guru agama, marbot, hingga pemandi jenazah MOJOK.CO
Kilas

Mendorong Dukungan Finansial Layak untuk Guru TPQ, Marbot, hingga Pemandi Jenazah: Selama Ini Berkontribusi Nyata tapi Terabaikan

23 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.