Mie Ayam Pak Pendek ‘Naryo’, Berkah dari Badan Tertutup Gerobak

Nampak depan Mie Ayam Pak Pendek timur Gembira Loka. (Hammam Izzudin/Mojok.co)

Ada banyak Warung Mie Ayam dengan nama Pak Pendek di Yogyakarta. Salah satunya adalah mie ayam milik Naryo. Nama ini tercetus berkat celoteh dari pelanggannya.

***

Para pembeli hilir mudik. Silih berganti datang memadati sudut ruang. Meja kosong yang baru ditinggal pergi langsung terisi kembali. Tengah hari begini jadi prime time-nya Warung Mie Ayam Pak Pendek yang terletak di sebelah timur Gembira Loka.

Siang itu, Jumat (3/4/2022) saat cuaca sedang panas, teriknya sinar matahari sedikit terhalang oleh rindang pepohonan. Saya menikmati seporsi mie ayam yang istimewa dengan seksama.

Kuah pertama-tama saya cicipi dulu. Warnanya coklat kehitaman. Cita rasanya manis. Setiap porsi mie-nya ditumpuki potongan pangsit goreng yang gurih dan renyah. Potongan sawi tersembunyi di bawahnya.

Selanjutnya mie saya ganyang. Teksturnya kenyal. Dimasak dengan tingkat kematangan yang pas. Meski potongan ayamnya tak dipisah dari balungan, namun ketika digigit, tulang terasa empuk. Pasti direbus lama.

mie ayam pak pendek naryo mojok.co
Seporsi mie ayam biasa di Pak Pendek. (Hammam Izzudin/Mojok.co)

Selesai menikmati mie ayam yang rasanya enak ini, saya membuka Instagram @mieayam.pakpendek. Ada beberapa foto seorang pria di sana. Saya menyadari bahwa itu adalah pria yang sama dengan sosok yang dari tadi duduk di meja kasir.

“Ini dia! Kayaknya ini orang yang punya warung,” ucap saya dalam hati.

Saya merasa tenang. Tugas untuk membuat liputan yang tenggatnya tinggal kurang dari dua hari sudah dalam genggaman. Saya nyalakan sebatang rokok untuk merayakan.

Namun baru beberapa hisapan, pria itu beranjak pergi, berpamitan dengan karyawannya. Ia berjalan pelan ke parkiran di seberang jalan. Sontak saya berdiri. Berjalan cepat menuju tempat karyawan yang sedang meracik mie.

“Mas, itu betul pemilik warung ini njih?” tanya saya terburu-buru.

“Njih betul, Mas, itu Pak Naryo,” jawabnya.

Saya berlari ringan. Mencoba mengejar pria berambut gondrong terkucir dengan tinggi badan sepundak saya ini. Saya ucapkan permisi dan izin untuk berbincang.

“Besok saja, Mas, saya mau ada urusan,” katanya.

Saya lalu menawarkan esok siang. Namun ia juga tak bisa. Akhirnya kami sepakat untuk berbincang Sabtu (5/6/2022) malam. Ia pun langsung pergi dengan motor matic-nya.

Secarik kertas dari saudara

Esok harinya, kami bertemu. Sambil menjaga meja kasir, Sunaryo (35) atau biasa disapa Naryo, menceritakan perjalanan warung mie ayam miliknya.

Semua bermula di tahun 2009. Saat dirinya kepepet butuh kerjaan yang lebih menjanjikan ketimbang sekadar serabutan.

“Dulunya itu saya kerja macem-macem, ngikut orang. Mulai dari jualan beras. Terus kerja di bengkel cat motor. Jual beli rongsokan juga pernah,” ujar Naryo.

Setelah melakoni beragam kerjaan, pria asli Girisubo, Gunungkidul, itu mulai berjualan mie ayam keliling. Ia menyewa gerobak seharga tiga ribu rupiah per hari. Berkeliling di sekitar Gembira Loka dan Gedongkuning.

Ia mengaku tak punya bekal meracik mie ayam sama sekali. Saat mau mulai jualan, Naryo hanya menyambangi saudaranya yang bekerja sebagai pedagang mie ayam di Gunungkidul. Ia berharap bisa diajarkan beberapa ilmu meracik bumbu.

“Tapi ndilalah pas itu, saudara saya kok lagi sibuk terus. Akhirnya saya hanya dikasih catatan di kertas,” kenangnya.

Sosok Naryo, pemilik Mie Ayam Pak Pendek. (Hammam Izzudin/Mojok.co)

Berbekal catatan itulah, Naryo belajar meracik mie ayam bersama sang istri. Bahan-bahan yang digunakan sama persis seperti dalam catatan. Namun, ia mengakui, perlu proses untuk menciptakan pakem cita rasa seperti mie ayamnya sekarang ini.

“Menemukan resep dan takaran yang pas itu ibarat nyetel mesin, Mas. Cari settingan-nya yang pas sedikit demi sedikit, baru nanti cocok,” katanya.

Sesekali, pembicaraan kami terpotong oleh pelanggan yang hendak membayar pesanan. Naryo melayani mereka dengan ramah dan dibalut candaan.

“Berapa, Pak, totalnya?” tanya seorang pembeli yang mewakili rombongan.

“56 ribu saja,” kata Naryo.

“Kalau dipisah satu-satu berapa, Pak?” tanya sang pembeli agar mudah membagi tagihan dengan teman-temannya.

“Waduh jangan dipisah jauh-jauh. Kan sudah nggak social distancing,” celetuk Naryo dengan tawa, sembari menghitung kembali lewat kalkulatornya.

Pembeli itu mesam-mesem. Burung kenari dalam sangkar yang digantung di atap seketika berkicau. Seakan ikut tertawa.

Buka warung sendiri

Lanjut cerita lagi. Naryo mengakui butuh waktu empat tahun hingga akhirnya bisa menyewa tempat untuk membuka warung pertamanya. Sejak punya warung, ia mulai menambahkan variasi pada menunya. Salah satunya bakso.

Bakso dan pangsit yang tersedia di warung merupakan hasil buatannya sendiri. Namun untuk mie, ia tetap beli dari tempat yang sudah jadi langganan sejak awal ia berjualan keliling.

“Saya harap akan terus seperti itu (beli mie di sana). Sebab beliau sang produsen mie sudah banyak berjasa bagi perjalanan mie ayam saya sampai saat ini,” ucap Naryo.

Sementara waktu terus berjalan, mie ayam racikannya mulai banyak diminati pelanggan. Tempat yang tak terlalu luas ini seringkali penuh. Hingga akhirnya Naryo memberanikan diri membuka cabang baru yang terletak satu setengah kilometer dari warung pertama. Tepatnya di selatan Kantor PLN Gedongkuning. Cabang kedua ini dibuka sekitar tahun 2018.

“Ya dulu setiap sini penuh kemudian ada pembeli datang lagi itu saya antar ke cabang kedua itu,” katanya.

Suasana di warung Mie Ayam Pak Pendek. (Hammam Izzudin/Mojok.co)

Setahun kemudian, akhir 2019, Naryo membuka satu cabang baru lagi. Lokasinya di Jalan Pleret, Bantul. Namun, sayangnya baru empat bulan buka, cabang ini harus merasakan hantaman pandemi. Cukup berat. Namun Naryo masih mempertahankannya sampai saat ini.

Naryo kini punya delapan karyawan yang bekerja di tiga cabang Warung Mie Ayam Pak Pendek. Dalam sehari, puluhan kilogram mie habis untuk mengganjal perut lapar para pelanggan.

“Paling ramai tetap cabang pertama ini. Ya rata-rata sehari 30-an kilo,” jelas Naryo.

Naryo masih wara-wiri membantu berjualan warung-warung miliknya. Pagi di cabang pertama, kemudian siang menjelang sore pindah ke cabang lainnya. Kecuali hari Minggu, ia dari pagi hingga petang fokus membantu di Warung Mie Ayam Pak Pendek cabang Gembira Loka.

Warung milik Naryo buka dari jam 11 siang hingga jam sembilan malam. Buka setiap hari dengan model empat hari libur dalam sebulan.

Nama ‘Pendek’ membawa rezeki

Sebenarnya di Jogja ada sejumlah warung mie ayam yang menggunakan nama ‘Pak Pendek’. Misalnya seperti pada liputan sebelumnya yang dibuat oleh Mas Okta. Dia menulis kisah tentang Warung Mie Ayam Pak Pendek di Kotagede. Walaupun punya nama sama tapi beda pemilik dengan warung yang saya tulis saat ini.

Naryo sendiri punya cerita asal-usul nama ‘Pak Pendek’ yang ia sematkan pada warungnya. Saat berjualan keliling ia punya pelanggan di Gedongkuning. Pelanggan itu berujar bahwa tubuh Naryo sering tak terlihat saat berjualan karena ketutupan gerobak biru yang tinggi.

Pak, kowe kok sering ora ketok pas dodolan. Ketutupan gerobakmu. Tak jenengi Pendek wae yo (Pak, kamu kok sering nggak kelihatan saat jualan. Tertutup gerobakmu. Aku namain Pendek saja ya),” kenang Naryo menirukan ucapan sang pelanggan.

Naryo hanya mengiyakan saja. Sepulang berjualan ia langsung membeli stiker berwarna merah. Memotongnya sendiri, membentuk huruf-huruf penyusun nama Mie Ayam Pendek, lalu menempelkan di gerobak biru kesayangannya.

“Spontan saja itu. Saya nggak kepikiran ada warung lain yang sudah pakai nama itu atau gimana,” ucapnya.

Menu di Mie Ayam Pak Pendek. (Hammam Izzudin/Mojok.co)

Bagi Naryo, barangkali nama itu bisa membawa rezeki bagi dagangannya. Benar saja, dengan sebutan Pendek, pembeli jadi mudah mengenali mie ayam racikannya. Ia mempertahankan nama itu selama jualan keliling. Baru kemudian menyempurnakannya menjadi Mie Ayam Pak Pendek saat mulai membuka warung.

“Banyak sebenarnya yang tanya, apakah Mie Ayam Pak Pendek punya saya ada hubungannya dengan yang lain di Jogja. Tapi ya tidak ada, bagi saya kebetulan saja itu,” lanjutnya.

Masing-masing mie ayam dengan nama ‘Pak Pendek’ di Jogja memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Ada yang khas dengan cita rasa manisnya, gurihnya, hingga kuah bening dan pangsit basahnya.

Satu hal yang jelas, nama Pak Pendek telah membuat mie buatan mereka mudah dikenali pembeli. Seperti kata Naryo, barangkali nama ini memang telah mendatangkan rezeki.

Reporter: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi

===

Tulisan ini merupakan seri dari liputan “Peta Mie Ayam Jogja”. Mulai pertengahan bulan Maret hingga Juni 2022 setiap akhir pekan ulasan warung mie ayam di Jogja akan hadir menemani pembaca. Liputan “Peta Mie Ayam Jogja” merupakan kolaborasi Mojok.co, Javafoodie, dan @infomieayamYK.

BACA JUGA Mie Ayam Pak Pendek, Bernasib Baik Setelah Salah Tulis Nama dan liputan menarik lainnya di Susul.

Exit mobile version