Kuliner Palembang di Jogja yang Menjinakkan Lidah Jawa, Kenikmatan Tempoyak Otentik dari Warung Aji Asoy

Ilustrasi kuliner Palembang (Ega/Mojok.co)

Pencarian panjang untuk menemukan kuliner Palembang yang nikmat di Jogja akhirnya terpecahkan. Warung Aji Asoy punya pempek, tempoyak ikan, sampai pindang patin yang bukan hanya cocok di lidah orang Sumatera Selatan, tapi berhasil menaklukkan lidah jawa.

***

Saya datang ke Warung Aji Asoy di Sanggrahan, Maguwoharjo, Sleman dengan hati yang sedikit ragu. Pasalnya, tidak terbiasa makan masakan ikan berkuah. Bahkan tidak doyan karena amisnya.

Namun, apa boleh buat, pacar saya sudah ngebet ingin mencicipi kuliner Palembang yang konon enak dan otentik. Hal yang sulit ia jumpai selama hidup di Jogja lima tahun terakhir. Meski orang Jambi, ia cukup gemar dengan masakan khas Sumatera Selatan, termasuk kuliner Palembang seperti pempek, tempoyak, hingga olahan ikan air tawar lainnya.

Awal tahun ini ia menemukan rekomendasi soal Warung Aji Asoy dari akun X @javafoodie, pengulas kuliner ternama di Jogja. Sejak dapat informasi itu, ia langsung berulang kali mengajak saya mengagendakan berkunjung ke sana.

Akhirnya, kami berkunjung ke sana pada Minggu (14/1/2024) pagi menjelang siang. Menu yang paling ia inginkan yakni tempoyak ikan patin ternyata sedang tidak dimasak. Hanya ada sambal tempoyak bahan dasarnya fermentasi duriannya. Warung Aji Asoy memang kerap berganti menu setiap harinya.

Warung aji asoy menghadirkan kuliner palembang otentik.MOJOK.CO
Warung Aji Asoy (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Akhirnya, kami memesan pindang patin, pempek ikan, dan sambal tempoyak. Tergolong cukup berat dan penuh karbohidrat untuk jadi menu sarapan kami. Namun, kerinduan akan kuliner Palembang yang biasa emaknya buat di rumah membuatnya tidak peduli potensi kekenyangan.

Kuliner Palembang otentik yang menjinakkan lidah jawa

Menu yang pertama kali datang adalah pempek ikan seharga Rp15 ribu. Isinya, ada lima biji dengan jenis kulit sampai telur. Saat saya cicipi, rasa ikannya terasa cukup nendang.

Namun, elemen kunci yang menentukan adalah cuko dari pempek tersebut. Pacar saya mengeluhkan bahwa banyak warung yang cuko-nya kurang “nendang”. Namun, saat menyantap di Warung Aji Asoy, ia menyantapnya dengan lahap.

“Ini baru cuko-nya enak kaya buatan mama di rumah,” gumamnya sambil terus melahap.

Tak berselang lama, hidangan utama yakni pindang patin seharga Rp15 ribu per porsi dengan sambal tempoyak Rp3 ribu datang. Muhammad Hafidz (24), salah satu pemilik warung ini berujar kalau sengaja memberikan porsi sambal tempoyak yang tidak terlalu banyak untuk saya.

Penampakan pindang patin dengan kemplang yang siap disantap (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Sebelumnya, kami sudah berbincang singkat dan bergurau bahwa saya datang karena pacar yang memang kangen kuliner Palembang. Saya juga bercerita kalau asli Jawa dan belum pernah menjajal kuliner Palembang kecuali pempek. Apalagi, asal saya pegunungan sehingga kultur kuliner ikan kurang kuat.

“Ini aku sengaja tak kasih porsi sedikit dulu ya sambal tempoyaknya. Takutnya nggak cocok, nanti kalau kurang tambah lagi saja,” kelakar Hafidz sebelum saya mulai menyantap.

Saya pun mencoba menyantapnya dan ternyata di luar dugaan, masakannya cocok di lidah. Nasinya memang tidak terlalu pulen, namun tetap cocok karena berpadu dengan masakan berkuah. Katanya memang nasi di daerah sana karakternya dibuat tidak terlalu pulen seperti di Jawa.

Daging patinnya lembut dan tidak terasa amis sekali. Kuahnya asam gurih saya padukan dengan sambal tempoyak yang pedas. Ternyata, cabai bercampur durian juga cocok di lidah saya. Bahkan, baru setengah nasi saya lahap, sambalnya sudah nambah.  Belum lagi, ada tambahan kemplang tunu yang membuat pengalaman makan semakin lengkap.

Meski awalnya ragu, saya justru lebih dahulu menghabiskan makanan ketimbang pacar saya yang sudah terbiasa menyantap kuliner Palembang. Ia juga mengaku cocok, katanya, masakannya sesuai ekspektasi orang asal daerah Sumatera bagian selatan.

Mengentaskan rindu orang Palembang terhadap pempek dan tempoyak yang enak

Selepas makan, Hafidz berbagi cerita kalau warung ini baru ia rintis sejak pertengahan Desember 2023 lalu. Ia dan rekan asal Sumatera Selatan punya keresahan, “Sering kebingungan kalau cari kuliner Palembang atau masakan Sumatera Selatan lain di Jogja yang otentik.”

Dua bulan sebelumnya, ia sempat pulang ke kampung halaman dan sengaja ingin mencari produsen kemplang untuk dijual di Jogja. Sampai akhirnya bertemu ke daerah Indralaya supplier kemplang mentang terpercaya.

“Akhirnya sampai di Jogja coba iseng menawarkan lewat media sosial. Nggak disangka sehari habis terjual 1000 biji,” katanya.

Hal itu membuatnya yakin kalau ada potensi untuk berjualan kuliner Palembang. Ia kemudian mendatangkan cuko pempek langsung dari kerabatnya di Palembang agar mendapatkan cita rasa yang otentik.

Sebulan berjualan dengan sistem prapesan, banyak yang memberi saran agar Hafidz membuka warung. Hingga akhirnya niat itu terlaksana pada akhir tahun lalu.

“Syukurnya banyak teman yang mendukung, mulai dari perlengkapan sampai rumah kontrakan murah yang strategis untuk jualan,” kata alumnus UPN Jogja ini.

Warung Aji Asoy ingin menjadi jawaban kerinduan perantau akan kuliner Palembang yang otentik dengan harga terjangkau. Masakannya beragam. Mulai dari pepes ikan tempiyak, pindang patin, pindang tulang, rebung ikan, sampai sayur pakis.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Kisah Olive Chicken yang Kini Jadi Juara Ayam Geprek Terenak, Kalahkan Ayam Geprek Pertama di Indonesia

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version