MOJOK.CO – Polisi menyebut kebakaran kilang minyak milik Pertamina karena sambaran petir. Namun, pakar ekonomi energi UGM menyebut kemungkinan ada faktor kesengajaan.
Penyebab kebakaran hebat yang melanda kilang minyak milik Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah, sudah terungkap. Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi menyebut Kebakaran kilang Pertamina Cilacap akibat sambaran petir.
Hal ini berdasarkan hasil penyelidikan yang telah dilakukan Polisi. Ada enam orang saksi yang sudah diperiksa. Terdiri dari lima orang dari internal Pertamina dan seorang saksi dari BMKG.
“Kami penyidik Polda Jawa tengah untuk sementara menduga bahwa akibat kebakaran dengan kesesuaian keterangan saksi dengan CCTV dan keterangan dalam hal ini BMKG. Kebakaran itu akibat adanya induksi akibat sambaran petir sehingga itu menyebabkan adanya kebakaran,” ungkap Luthfi, Senin (15/11), dikutip dari Detik.com.
Kebakaran terjadi di kilang Pertamina di Cilacap pada Sabtu (13/11) WIB mulai pukul 19.10 WIB. Api berhasil dipadamkan pukul 23.05 WIB. Kebakaran terjadi saat hujan lebat disertai petir terjadi di lokasi.
Kilang Pertamina Cilacap yang terbakar bernilai strategis. Pasalnya ia memasok 44 persen kebutuhan bahan bakar minyak nasional dan 75 persen kebutuhan bahan bakar di pulau Jawa.
General Manager kilang Pertamina Cilacap Eko Sunarno mengatakan, insiden kebakaran menimpa tangki 36 T-102. “Tangki ini berisi komponen produk Pertalite sebanyak 31 ribu kiloliter,” ucap Eko, melansir dari Antaranews.com.
Kebakaran kilang minyak di Cilacap jadi peristiwa yang ketiga kalinya di tahun ini. Sebelumnya, 29 maret 2021 terjadi kebakaran hebat di kilang minyak milik Pertamina di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Lalu, pada tanggal 11 Juni 2021 terjadi kebakaran di area pertangkian 39 Pertamina RU IV Cilacap, Jawa Tengah.
Sebelumnya, Pakar Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyatakan bahwa kebakaran kilang dalam beberapa kali mengindikasikan bahwa Pertamina abai terhadap pengamanan kilang. Kebakaran itu tidak hanya meludeskan tangki penyimpanan minyak, tetapi juga mengancam keselamatan warga di sekitar yang harus mengungsi. Perlu diketahui dalam kejadian ini ada sekitar 80 warga yang harus mengungsi dari rumahnya.
“Mestinya sistem pengamanan kilang Pertamina sudah sesuai dengan standar internasional. Namun, tetap saja terjadi kebakaran untuk kesekian kalinya,” ucap Fahmy dalam keterangan tertulisnya.
Kebakaran beruntun kilang minyak Cilacap semakin menguatkan indikasi bahwa ada unsur kesengajaan dari pihak tertentu untuk tujuan peningkatan volume impor paska kebakaran yang menjadi lahan pemburuan rente.
“Udah pasti kebakaran yang akan memperbesar biaya impor BBM akan memperburuk kinerja keuangan Pertamina pada 2021,” katanya.
Menurutnya Pertamina sudah seharusnya punya komitmen tinggi dan tidak abai dalam mengamankan seluruh aset penting, utamanya kilang dan tangki minyak. Untuk itu, Pertamina harus menerapkan sistem keamanan kilang minyak secara berlapis, sesuai dengan standar International.
“Sistem pengamanan tersebut harus diaudit secara berkala oleh Kementerian ESDM dan Lembaga Independen,” pungkas Fahmy.
BACA JUGA Foto Rektor ITB Dijual Sebagai Aset NFT, Dugaanya Sebagai Bentuk Protes dan kabar terbaru lainnya di KILAS.