Kondisi Pasar Klithikan Pakuncen saat ini
Terdapat beberapa faktor yang turut membuat para pedagang klithikan pindah dari Pasar Pakuncen. Selain kondisi pasar dan ekonomi yang serba digital, beberapa dari mereka pindah ke lokasi lain yang dinilai lebih strategis.
“Sing adol klithikan podo pindah ning [Pasar] Senthir, terus lapake pada didol. Alasan pindah macem-macem mas, ada yang punya masalah bank dan ga kuat ngangsur [retribusi pasar],” ungkas Pendi yang pada saat itu sedang khidmat menyaksikan pertandingan voli di layar televisi.
Meskipun demikian, Pasar Pakuncen sebagai sentra barang bekas tak selamanya kehilangan pelanggan konsistennya. Hal tersebut dikarenakan pasar tersebut masih menjajakan barang-barang bekas yang menurut beberapa pengunjung cukup antik dan susah untuk dicari di tempat lain.
Karamnya skena “Cah Acara”, ternyata beriringan dengan karamnya popularitas Pasar Pakuncen akhir-akhir ini. Entah bagaimana hubungannya, namun kondisi ini saya dapati belum lama ini. Saat saya menyempatkan diri berkunjung ke pasar tersebut.
Alasan Pasar Klithikan Pakuncen mulai sepi
Pada saat itu, saya kaget dengan kondisi pasar yang sekarang menjadi susah mencari barang-barang bekas. Padahal dulu barang-barang klithikan sudah terlihat di depan halaman. Bahkan kondisinya pun sangat sepi dan cukup memprihatinkan, sebagaimana yang Humas Paguyuban di Pasar Pakuncen, Edi Santoso ungkapkan.
“Belakangan ini memang kondisi pasar [Pakuncen] seperti mati suri, setelah corona banyak orang lebih milih nyimpen duit ketimbang beli barang [disini]. Dulu semua ruko pada buka jadi terkesan ramai pasarnya, tapi sekarang sekitar 60 persen udah pada tutup,” kata Edi Santoso.
Pria kelahiran Solo yang kerap menggunakan pecis putih itu, menambahkan kesaksiannya mengenai kondisi Pasar Pakuncen yang dulunya sempat ramai pengunjung. Menurutnya, kondisi tersebut berlangsung sebelum masyarakat mulai beralih ke e-commerce.
“Bagus-bagusnya pasar itu sekitar tahun 2009 sampai 2016 mas, mulai 2017 angka kunjungan semakin turun, semakin menurun lagi ketika ada Covid. Itu bagus karena waktu itu belum ada online, angka kunjungan tahun 2010 sampai 2015 bisa sampai 8-10 ribu sehari. Sekarang angka kunjungan malah ga sampai 500 mas.”
Hilangnya barang bekas di Pakuncen
Di luar itu, saya mendapati mudahnya mencari barang-barang baru dengan kualitas tiruan alias KW, berjamuran di sekitar Pasar Pakuncen. Para penjual tersebut rata-rata merupakan pemain baru yang menempati ruko-ruko kosong di Pasar Pakuncen.
“Beberapa bulan sebelum Covid, saya udah ada di sini mas [Pasar Pakuncen]. Kebetulan ruko yang saya tempati ini bekas dari teman saya yang udah pindah ke Pasar Senthir,” kata penjual yang minta namanya ditulis samaran. Sebut saja namanya Robi.
Para penjual barang baru tersebut rata-rata menjajakan barang-barang branded dengan kualitas tiruan. Mereka menempati ruko-ruko baju, sepatu, helm, hingga sparepart kendaraan. Alasan mereka menjual barang baru di Pasar Pakuncen pun beragam, mulai dari kebutuhan masyarakat akan barang branded hingga sulitnya kulakan barang bekas di Jogja.
“Saya sendiri ikut hypenya saja mas. trendnya apa, orang-orang pada butuh apa, saya tinggal menyesuaikan. Apalagi kalau jual barang-barang baru yang kulakan banyak, jadi lebih gampang kalau dibawa kesini,” kata Robi sembari yang menjaga rukonya dari siang hingga menjelang sore hari.
Berharap pemerintah turun tangan
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Rara, salah satu pengunjung di Pasar Pakuncen. “Bisa dibilang aku cukup sering datang ke sini [Pasar Pakuncen] cuma buat nyari barang-barang bekas. Karena basic ku seni instalasi, jadi aku dari dulu nyari barang-barang vintage dengan harga murah buat kebutuhan pameranku bulan depan”. Pungkas Rara, sembari mengantongi beberapa barang bekas di sebilah tangan kirinya.
Selaku Humas, Edi Santoso sendiri masihlah mengharapkan Pasar Pakuncen dapat kembali ramai dikunjungi oleh masyarakat. Melalui agenda rapat rutin yang ia dan kawan-kawan pedagang inisiasi, mereka berharap bahwa pemerintah dapat kembali memperdulikan kondisi Pasar Pakuncen hari ini. Harapannya pemerintah dapat mengadakan event khusus di Pasar Pakuncen, guna menarik kembali minat para pengunjung ke pasar tersebut.
“Ya harapannya semoga pemerintah lebih sering memperdulikan kondisi Pasar Pakuncen. Seperti sering mengadakan event di pasar ini, biar pasar ga keliatan mati suri dan masyarakat mau berkunjung ke sini,” katanya.
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Agung Purwandono