Momen Lebaran 1444 Hijriah tak akan pernah terlupakan bagi warga Desa Kaladan, Kecamatan Candi Laras Utara, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sabtu (22/4/2023) sore dua buah kapal tongkang raksasa yang kosong terlepas dari tambat, berhimpitan menabrak puluhan rumah di bantaran sungai. Bagaimana peristiwa itu terjadi? Berikut ini kesaksian warganya.
***
Suara ricuh warga terdengar oleh Hadi dari kejauhan sepulangnya berladang. Belum juga ia menginjakan kakinya di rumah, semakin mendekat, Ia kaget bukan kepalang melihat lempengan bak besi besar mengapung dekat berada di belakang rumahnya. “Bruuukkk.” Tongkang menghantam.
Bagi Hadi, kejadian itu begitu sekejap, angin mendorong dua tongkang itu berhimpitan begitu cepat menyerempet. Ia melongo tidak ada yang bisa ia lakukan. Rumah kayu yang Hadi huni bersama istri dan anaknya itu hanya menyisakan sedikit ruang tamu. Itupun kondisinya penyok-penyok. Bagian dapur, dua kamar tidur, raib.
Saya berdiri di pintu depan rumah Hadi. Menghadap ke dalam rumah, pemandangan bagian belakang menganga, sungai sejauh mata memandang.
“Hanya menyisakan baju di badan, ini pun masih belum saya ganti sejak kemarin,” keluh Hadi lirih, sehari setelah kejadian.
Hampir semua isi perabotannya juga rusak dan tenggelam. Hadi menunjuk TV tabung, tertindih lemari. Tidak lebih setengah meter di belakangnya ada kulkas dan ranjang mengapung bercampur puing bangunan di sungai. Ia berkeluh kesah, sementara waktu keluarga kecil itu terpaksa harus mengungsi ke lampau di ladang. Beruntung jaraknya tidak terlalu jauh.
“Tidak ada yang bisa saya selamatkan lagi, beras habis, tidak bisa memasak lagi bagaimana,” katanya.
Hadi berpikir dua kali, jika harus kembali membangun rumah di bantaran sungai. Ia trauma kejadian serupa akan terulang kembali.
Baginya, saat perusahaan yang bergerak di bidang batu bara itu beroperasi di bantaran sungai di kawasan Desa Kaladan, beberapa tahun lalu, sejak saat itu pula masalah di kampung bermunculan. Misalnya debu batu bara yang terbawa hembusan angin, terkadang sampai hingga ke perkampungan. Belum lagi khusus di RT 5, dulu warga memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan konsumsi, kini mereka terpaksa harus membeli, ada dugaan air sungai sudah tercemar.
“Tidak ada kompensasi debu, air pun di RT 5 ini sekarang kami harus beli, ada yang mengantar pakai perahu Rp7 ribu satu galon,” akunya.
Perahu warga ikut tenggelam
Husni dan Juanda berbincang di bawah pohon yang rindang pada Minggu, 23 April 2023 siang. Mereka mengacungkan tangan menunjuk ke sungai besar tepat berada di hadapannya. Airnya keruh berwarna kecoklatan, di situ dua buah perahu milik Husni tenggelam, moncong satu perahu berwana hijau menyundul sedikit muncul ke permukaan.
“Nah lihat di situ, banyak perahu yang tenggelam,” Husni memberitahu.
Perahu yang tenggelam itu padahal Husni dan Juanda gunakan setiap hari untuk bekerja pergi sawah di seberang sungai, terlebih saat ini adalah waktu yang tepat untuk bercocok tanam. Sementara waktu lantaran perahu tidak lagi dapat mereka gunakan. Husni dan Juanda hanya bisa berharap dapat meminjam perahu dari kerabat yang lain di satu kampung yang perahunya selamat.
“Kalau bisa ganti perahu dulu, biar bisa kerja lagi, sekarang ya hanya bisa bersabar saja dulu,” harapnya.
Ya, tidak semua perahu ikut kena serempet tongkang liar tanpa tugboat itu. Sebagian perahu lainnya juga sempat warga selamatkan sebelum kena hantam tongkang itu. Warga yang melihat tongkang dari jauh dan mengarah ke perkampungan, bergegas melarikan perahunya ke seberang sungai.
Berawal dari angin kencang
Husni dan Juanda menyaksikan langsung dua tongkang tanpa muatan itu menyapu, menghancurkan sekitar puluhan rumah dan menenggelamkan perahu milik warga yang terparkir di pinggir sungai. Sebelum mengarah ke rumah penduduk, awal mulanya tongkang berkode Rimau 3336 yang bersandar di tambatan seberang kampung, talinya melilit di pohon sagu. Angin kencang mendorong tongkang mencabut pohon sampai ke akar.
“Karena angin kencang, sampai tercabut pohonnya, juga ikut terseret tugboat itu yang menghantam perahu,” kata Juanda.
Tongkang Rimau 3336 yang terlepas terombang-ambing tanpa tugboat itu terbawa arus dan menghantam tongkang berkode MZB yang juga bersandar tidak jauh dari lokasi. Dua tongkang hanyut hingga tengah sungai. Dari arah lain tongkang yang kabarnya berlogo Hasnur bermuatan batu bara, ditarik tugboat melintas berusaha menghindari tabrakan.
Tugboat Hasnur lolos. Namun tongkang yang dibawahnya menghantam tongkang Rimau 3336 dan MZB yang hanyut terombang ambing tadi. Padahal tugboat milik Rimau sempat mengejar mendorong tongkang yang terlepas dari tambat di tengah sungai, namun kejadian itu begitu cepat sehingga tongkang tidak lagi dapat dikendalikan dan mengarah ke permukiman warga, lalu menghantam apapun yang berada di bantaran sungai Kaladan dari RT 6,5,4 dan RT 3.
Belakangan diketahui tongkang bernama Rimau 3336 itu, milik perusahaan PT Rimau Bahtera Shiping (RBS) dan tongkang berkode MZB adalah milik PT Batu Gunung Mulia (BGM) yang dioperasikan oleh PT Cakrawala Nusa Bahari (CNB).
Tak ada korban jiwa
Juanda berandai jika kejadian itu pada malam hari, bisa jadi menimbulkan korban jiwa, beruntung waktu itu kejadian sekitar pukul 15.00 WITA sehingga dapat warga bisa melihat dan berteriak memberitahu warga lainnya untuk cepat keluar dari dalam rumah untuk menyelamatkan diri.
“Untung kejadiannya siang, itulah keselamatannya. Seandainya malam kami tidak tahu, seperti apa nasib anak-anak juga,” ujar Juanda.
Pihak Polsek Candi Laras Utara mengantongi data terdampak tabrak tongkang ini, ada rumah sebanyak 33 buah dengan kategori rata-rata rusak berat, 2 tempat ibadah, 11 pelabuhan, 1 dermaga, 14 batang warga, perahu ces dan sejenisnya 29, 2 mesin motor, galangan 1 dan jamban 1.
“Jamban juga ikut di hitung. Masing-masing kemarin bersama pihak perusahaan sudah melihat semua ke lapangan,” kata Kapolres Candi Laras Utara, Ipda Ketut Sedemen.
Ia tidak menjelaskan kronologi kejadian secara detail, dengan alasan kasus ini sudah ditangani oleh Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara (Ditpolairud) Polda Kalimantan Selatan.
Nasib tak tentu
Pria berpenampilan lusuh berkulit sawo matang itu gelisah menunggu Ferry di pelabuhan, nampak ia tidak sabar ingin menyeberang ke Desa Keladan. Pria itu di sapa Jak oleh temannya. Ia adalah warga Desa Kaladan, menurut informasi, rumahnya ikut rusak kena serempet tongkang.
Jak mendapati kabar rumahnya rusak saat ia berada di Barabai, ibu kota Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Saat itu ia bersama sang istri sedang pulang kampung, pada malam hari, tiba-tiba ada tetangganya memperlihatkan musibah yang begitu cepat tersebar videonya melalui grup-grup aplikasi Whatsapp.
“Nah lihat, ada kejadian tongkang tabrak rumah di Kaladan, bagaimana rumah kamu, juga kena kah,” ujar Jak menirukan tetangganya itu.
Tubuh Jak panas dingin mendapat kabar, ia langsung menghubungi kerabatnya di Desa Keladan dan mengetahui jika rumahnya ikut terdampak. Sebenarnya Jak sudah tidak sabar di malam saat hari pertama lebaran itu ingin segera pulang ke rumahnya. Namun lantaran sudah malam hari Jak, mengurungkan diri dan ke Desa Keladan pada Minggu 23 April 2023.
“Tidak hanya rumah, sepertinya perahu yang saya parkir di kolong rumah juga tenggelam,” katanya.
Rumah hancur
Jika ingin pergi ke Desa Kaladan di Kecamatan Candi laras Utara, biasanya warga yang datang dari arah hulu sungai maupun ibu kota Tapin hingga dari Kota Banjarmasin dan Kabupaten terdekat yaitu Barito Kuala harus menyeberang melalui jalur sungai, ketimbang mengeliling melalui Kecamatan Margasari masih di Kabupaten Tapin.
Kapal Ferry datang menjemput mengangkut semua motor yang sudah menunggu sedari tadi. Jumlahnya tidak banyak hanya ada 7 unit motor. Tidak lebih 10 menit berlayar, Ferry bersandar di Desa Kaladan, begitu motor Jak di naikan ke desa ia langsung tancap gas, tembak lurus pria berkaos hijau dan bercelana pendek dengan mengendong tasnya itu sampai di bagian halaman rumahnya.
Sejenak Jak berdiri melihat kondisi rumahnya yang terbuat dari kayu itu. Bagian dapur raib, sementara bagian kamar tidur dan ruang tamu rusak, setengah rumahnya jatuh ke sungai. Ia menginjakan kaki pada bagian pelataran yang tiangnya terhubung ke atap rumah yang terangkat itu, memastikan rumahnya masih bisa ia naiki.
Perlahan ia ke bagian depan pintu dan memandang ke dalam rumah. Mata Jak berbinar-binar, menyaksikan rumahnya hancur. Ia tidak berbicara sepatah katapun.
Reporter: Rendy Tisna
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Duka Jasa Sewa Pacar: Dari Pelecehan, Baper, hingga Diajak Menikah Pelanggan dan tulisan menarik lainnya di kanal Liputan.