Cerita di Balik Anak Kos yang Suka Berburu Takjil Gratis

Ilustrasi Cerita di Balik Anak Kos yang Suka Berburu Takjil Gratis. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagi banyak anak kos di Jogja, berburu takjil gratis untuk buka puasa adalah ritual tahunan yang sangat sayang jika dilewatkan. Tempat yang menyediakan buka puasa gratis ada di mana-mana. Mulai dari masjid hingga tempat publik. 

Takjil sendiri merupakan serapan dari bahasa Arab, ‘ajila yang memiliki arti menyegerakan (berbuka puasa). Di Indonesia, serapan kata itu juga berarti makanan atau minuman untuk berbuka puasa.

Saat-saat berbuka puasa di bulan Ramadan punya arti tersendiri bagi anak rantau yang kuliah di Jogja. Alasan berburu buka puasa gratis pun beragam. Tak sedikit yang beralasan ingin berhemat, tapi ada juga cerita-cerita lain, seperti ingin menabung cerita untuk anak-cucu. Mojok berbincang dengan tiga anak rantau di Jogja dan menuliskan ceritanya.

***

Sekarang merupakan tahun ketiga bagi Naufal (20) menjalani bulan Ramadan di Yogyakarta, sekaligus tahun ketiga ia senang berburu takjil gratis. Sejak hari pertama bulan Ramadan, setidaknya ia sudah mengantongi beberapa nama masjid yang bisa ia kunjungi untuk ikut jemaah salat magrib. Tentu, tujuannya adalah menu buka puasa gratis yang disediakan untuk jemaah.

Tips dapat takjil gratis tanpa berebut

Kamis sore (13/04), saya menemui Naufal dan ikut mengunjungi salah satu masjid yang cukup sering ia datangi. Namanya Masjid An-Nur, yang terletak di Jl. Pedak No. 403 Jaranan, Banguntapan.

Masjid itu kecil saja, berada di tengah-tengah pemukiman warga. Untuk ke sana, kami harus melewati gang kecil sekitar 100 meter. Berbeda dengan masjid-masjid besar yang berada di tengah kota, jemaah masjid An-Nur tidak begitu ramai. Yang tampak di sana, kebanyakan anak-anak kecil TPA, warga setempat, dan beberapa anak kos yang mungkin tinggal tak jauh dari masjid.

Berburu takjil gratis di masjid saat buka bersama jadi alternatif anak kos untuk mengirit. MOJOK.CO
Berburu takjil gratis di masjid saat buka bersama jadi alternatif anak kos untuk mengirit. (Hasbi Kamil/Mojok.co)

Selain itu, untuk bisa dapat makanan buka puasa pun tak perlu antre atau berebut voucher. Makanan buka puasa disimpan oleh pengurus masjid, dan mereka akan membagikannya pada setiap jemaah yang datang. Ketika kami datang ke masjid menjelang azan, seorang pengurus masjid mendekati kami dan menyerahkan kardus nasi. Menu sore itu berupa ayam katsu lengkap dengan sausnya.

Bagi Naufal, masjid yang jauh dari keramaian seperti ini cukup menarik perhatian, karena di sana ia tak perlu berebut dengan jemaah lain dan yang penting, ia pasti dapat jatah. Menu di sana, juga selalu enak, seperti ayam goreng, lele goreng, Olive, lontong sayur, dan masih banyak lagi.

Takjil gratis agar bisa ngopi

Bagi anak rantau seperti Naufal, mengirit adalah salah satu cara paling ampuh untuk bertahan hidup di kota rantauan. Dan, berburu buka puasa gratis selama bulan Ramadan seperti ini merupakan salah satu cara yang ia tempuh untuk menghemat uang saku.

Mahasiswa asal Gresik ini bercerita bahwa dengan mendapat makanan gratis saat buka puasa, uangnya bisa ia sisihkan untuk ngopi atau beli makanan sahur yang lebih enak.

“Kalau alesan utamanya jelas ngirit, jadi uangnya bisa buat ngopi atau juga buat beli sahur yang lebih enak, karena pas buka udah nggak keluar duit,” ucap Naufal, menyebut alasan suka berburu buka puasa gratis.

Kemudian, lanjut Naufal, daya tarik lain dari berburu buka puasa gratis adalah bisa dapat menu makanan yang enak dan beragam.

Selama Ramadan tahun ini, untuk cari buka puasa gratis, Naufal sudah mengunjungi beberapa masjid. Tak jarang, ia juga dapat takjil gratis saat berkendara sore-sore menjelang magrib. Tahun ini, lanjut Naufal, salah satu masjid yang menarik ia kunjungi adalah Masjid Syuhada Kotabaru. Alasannya jelas, sajian menu yang ada unik dan beragam.

Konsisten berburu gratis takjil dari masjid ke masjid

Hal serupa juga disampaikan Halimah (21), seorang perantau asal Madura. Bagi anak kos seperti dirinya, berburu buka puasa gratis adalah pilihan paling masuk akal untuk mengurangi pengeluaran saat bulan Ramadan.

Selama dua puluh hari pertama bulan Ramadan, Halimah konsisten berburu gratisan dari masjid ke masjid. Selama itu, ia hanya sekali saja keluar uang untuk beli makan buka puasa. Itu pun gara-gara tak kebagian jatah saat berada di Masjid Syuhada.

“Itu karena temenku nggak mau desak-desakan, sok-sokan nanti dulu nunggu longgar. Eh malah nggak dapet,” ucap Halimah saat saya wawancarai di sebuah kedai kopi di bilangan Sorowajan.

Meski begitu, ia tetap menaruh Masjid Syuhada sebagai masjid yang paling cocok untuk mencari buka gratisan.

Menu berbuka di Masjid Syuhada. Ramadan tahu ini masjid ini menyediakan takjil gratis Menu Nusantara. ( Hasbi Kamil/Mojok.co)

Di Masjid Syuhada yang menyediakan beragam menu Nusantara, kata Halimah, ia bisa mencicipi makanan-makanan yang sebelumnya belum pernah ia coba. Salah satu yang cukup berkesan adalah empal gentong. Ia mengaku bahwa sebelumnya, ia belum pernah mencicipi makanan khas Cirebon ini, dan sekali coba, lidahnya langsung merasa cocok. “Ternyata enak,” katanya.

Uangnya bisa untuk THR orang rumah

Sama seperti Naufal, alasan utama Halimah kerap mencari makanan buka puasa gratis adalah untuk menghemat uang. Bagi Halimah, puasa adalah tentang seberapa kuat kita menahan, termasuk menahan dari menghambur-hamburkan uang saat buka puasa.

“Aku tuh kalau menjelang buka puasa seringnya laper mata. Lihat ini pengen, lihat itu pengen. Gitu terus kalau buka puasa beli makan sendiri. Seringnya kalap, semuanya pengen dibeli,” katanya.

Ia merasa bahwa pergi ke masjid saat waktu buka puasa adalah sebuah short cut untuk meredam hasrat hedon. “Selain itu, nggak ribet juga mikir mau makan apa, terus mau beli apa masak. Buat orang yang males mikir kayak aku, timbang bingung mau buka apa, jadi yaudah lah ke masjid aja.”

Saat ini, Halimah sudah tak lagi dapat kiriman uang saku dari keluarganya. Untuk itu, dengan banyaknya masjid yang menyediakan makan gratis untuk buka puasa, sangat membantu Halimah untuk menghemat pengeluaran hariannya.

Lebaran ini, sama seperti tahun sebelumnya, Halimah memilih tak pulang ke kampung halamannya. Alasannya barang tentu karena ia merasa tabungan yang ia kumpulkan belum cukup banyak. Kalau ia pulang, katanya, sebagai anak yang paling tua, ia khawatir sepupu dan saudara-saudaranya akan minta THR.

Dengan menetap di kota rantau, ia merasa sedikit lebih lega karena tak perlu pusing memikirkan THR untuk saudara-saudaranya. “Paling aku ngasih adikku saja. Dengan sering makan gratis gini jadi hemat, duitnya bisa ditabung untuk ngasih THR adik,” pungkasnya.

Nyari gratisan untuk bahan cerita kalau udah tua

Cerita yang lain datang dari Rizki (22), mahasiswa rantau asal Jambi yang kini menginjak tahun ke-empat kuliah di Yogyakarta. Sejak tahun pertama menjalani bulan puasa di Jogja pada 2021, setelah pandemi, ia selalu rutin mengunjungi masjid-masjid untuk berburu buka puasa gratis.

Selama puasa di Jogja tahun ini, ia tak pernah lupa untuk berburu buka puasa gratis kecuali dua hari, yakni karena ia mendatangi dua acara buka bersama.

Pembagian takjil selama Ramadan membantu mahasiswa kos. (Brigitta Adelia/Mojok.co)

Mestinya, ia absen tiga kali. Namun, saat ingin bukber bareng teman-teman KKN-nya, ia mengajak teman-teman KKN untuk buka puasa di masjid biar dapat makan gratis.

Namun, jika Naufal dan Halimah berburu buka puasa gratis untuk alasan menghemat, Rizki tidak demikian. Dengan percaya diri, dia mengatakan bahwa pengalaman berburu buka puasa gratis ini merupakan sebuah ajang untuk menabung cerita untuk masa tuanya nanti.

“Kalau perkara finansial, sebenernya aku sangat-sangat sanggup untuk beli buka puasa sendiri. Jadi ini bukan faktor berhemat,” ucap Rizki. “Nggak tahu kenapa, aku selalu menganggap bahwa hal-hal kayak gini bisa menjadi ceritaku ketika aku nanti sudah tua.”

Ia membayangkan, jika nanti sudah tua, ia bisa menceritakan pengalaman ini kepada anak cucunya, bahwa dirinya pernah rela keliling cari masjid yang menyediakan makan gratis untuk buka puasa.

“Apalagi kalau misal aku sukses, kan. Wah, cerita ini bakalan menambah bumbu-bumbu kesuksesan, aku yakin. Nanti aku bakal cerita, ‘Saya, dek, dulu waktu kuliah, buka puasa di masjid terus. Nyari masjid yang [nyediain makanan] gratis-gratis.’”

Bagi Rizki, melewatkan buka gratis dari masjid merupakan satu hal yang sangat sayang terlewatkan. Ia mengaku, jika benar-benar tak ada halangan, tak akan sekalipun ia mangkir dari kebiasaannya tersebut. Dan ucapan itu telah ia buktikan, setidaknya tiga tahun terakhir ini.

Reporter: Hasbi Kamil
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Cerita di Balik 3.000 Porsi Takjil Masjid Jogokariyan: “Masak yang Masuk Surga yang Kaya-kaya Doang”  dan tulisan menarik lainnya di kanal Liputan.

Exit mobile version