Warna-warni air mancur yang menyembur ke udara jadi pertunjukan menyambut tahun baru 2025 di Jembatan Suroboyo, Kenjeran, Surabaya. Itulah laser air yang Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, janjikan sebelumnya: untuk menyambut pergantian tahun sekaligus jadi wisata berkelanjutan. Sialnya, di sudut-sudut Kota Pahlawan yang lain, warga Surabaya yang mendambakan ketenangan justru mendapati pertunjukan motor knalpot brong yang penuh kebisingan.
***
Konvoi-konvoi motor knalpot brong di Surabaya memang sudah lama diresahkan oleh warga Surabaya. Pasalnya, mereka tidak hanya muncul di momen-momen tertentu seperti malam tahun baru, malam Idulfitri, dan sejenisnya.
Kemunculan mereka terhitung sering. Kadang tanpa ada momen khusus pun mereka kerap muncul.
Merujuk data Polrestabes Surabaya, sepanjang 2024 ada sebanyak 527 pengendara motor knalpot brong yang diamankan oleh Satlantas Polrestabes Surabaya.
Oleh karena itu, pihak kepolisian Surabaya langsung menyusun rencana penyekatan di sejumlah titik yang terhitung rawan konvoi motor knalpot brong di malam tahun baru. Terutama pada jalur-jalur masuknya pengendara-pengendara dari luar daerah.
Harapannya jelas: supaya malam tahun baru 2025 di Surabaya lebih kondusif. Tidak semeresahkan selama ini.
Orang-orang bandel
Beberapa hari lalu, Mojok berbincang dengan salah seorang warga Surabaya, Gina (27). Dia bercerita, betapa malam tahun baru di Surabaya di tahun-tahun sebelumnya sangat tidak bisa dinikmati karena ulah pengendara motor knalpot brong.
Razia sering dilakukan oleh kepolisian. Namun, orang-orang ini memang begitu bandel.
Itulah kenapa Gina lebih suka menikmati malam tahun baru di rumah saja. Masak-masak bersama teman dan keluarga.
“Malam tahun baru 2025 ini juga aku di rumah aja. Dan bener, sesuai prediksi, knalpot brong di mana-mana,” ungkap Gina saat kami berkabar lewat pesan singkat menjelang subuh.
Gina lantas mengirimkan pantauan akun Instagram @surabayaview.id: segerombolan orang menggeber motor knalpot brongnya di jalanan Kota Pahlawan.
Sebelumnya, menjelang tengah malam (pergantian tahun), sekelompok pengendara motor brong sudah terlihat di U Turn: jalan putar balik Basuki Rahmat ke Gubernur Suryo di depan Tunjungan Plaza.
Mereka menggeber-geber motornya. Tak pakai helm. Lalu ketika melihat sejumlah polisi berjaga untuk mengatur lalu lintas, mereka kalang kabut putar balik.
“Ayo cepet muter, onok pulisi, iku loh (ayo cepat putar balik, ada polisi itu, loh),” begitu teriakan yang terdengar dari mereka, seperti laporan Detik Jatim.
Mereka ternyata hanya sedikit saja dari kelompok-kelompok lain yang juga bermunculan. Di sudut-sudut yang tak terjamah polisi, mereka leluasa membuat bising dan menyembulkan asap motor masing-masing.
Suasana menjengkelkan di Jalan Demak Surabaya karena motor brong
Tiwi (26) adalah salah satu warga Surabaya yang memberikan kesaksiannya atas salah satu unggahan video motor knalpot brong di akun Instagram @surabayaview.id.
Dari ratusan komentar, rata-rata menduga bahwa geber-geber motor tersebut terjadi di Surabaya bagian utara. Maklum, selama ini banyak warga Surabaya yang menyebut utara sebagai daerah paling tidak kondusif.
Namun, dari pengakuan Tiwi, salah satu video itu terjadi di Jalan Demak. Karena dia mengalaminya secara langsung.
“Habis keluar, terus jalan balik (pulang). Jalan Demak itu Ya Allah, asap thok. Berisik banget,” begitu kesaksiannya kepada Mojok.
“Dikira keren apa, ya. Ini sudah 2025, Rek, masih norak aja,” sambungnya.
View this post on Instagram
Sama seperti Gina, Tiwi sudah di tahap muak dengan motor knalpot brong di Surabaya.
Kata Tiwi, mereka memang tidak mengganggu dalam artian bertindak kejahatan terhadap pengendara lain. Namun, bagaimanapun, suara bising dan kepulan asap dari mereka nyata-nyata membuat pengendara lain tak nyaman.
Bagi Tiwi yang berprofesi sebagai pengajar, polisi bukannya tanpa tindakan. Sebab, acuannya jelas: Pasal 285 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa penggunaan knalpot brong dilarang karena tidak memenuhi syarat teknis layak jalan.
“Tapi sepertinya polisi harus bertindak lebih tegas yang bisa benar-benar memberi efek jera. Razia-razia nggak bikin mereka kapok e,” imbuhnya. Masih ada sisa-sisa kekesalan dari nada suaranya.
Terlalu capek, hanya bisa ngedumel
Laporan pasti lain: motor knalpot brong di daerah Mulyorejo, seperti yang Rokhim (30) tuturkan kepada Mojok.
Sial betul. Hingga kini berumur 30, ketika zaman sudah semakin maju, Rokhim masih harus melihat Surabaya yang kemproh kalau pakai istilahnya.
View this post on Instagram
“Ngomongin siapa pelakunya, warlok Surabaya ya ada, para perantau juga ada. Kalau di Mulyorejo, itu kan rata-rata dihuni perantau, para pekerja dari daerah lain,” terang Rokhim.
Kenapa warlok tidak ambil tindakan? Itu pertanyaan spontan saya kepada Rokhim. Dia menghela nafas, terdiam beberapa saat.
Menurutnya, ada dua alasan kenapa warlok seperti dirinya seakan hanya memendam amarah saja, tidak langsung bertindak. Misalnya seperti di Jogja yang kalau ada klitih, warganya langsung ambil tindakan buat menghajar.
Pertama, warlok sudah kelewat capek menjalani kehidupan serba cepat di Surabaya. Sisa energinya hanya bisa untuk marah dan ngedumel saja. Tidak lebih.
Kedua, terlalu berisiko kalau, anggap saja, main hakim sendiri. Sebab, jumlah pendatang di Surabaya kini terlampau besar. Bisa memicu konflik.
“Beda misalnya maling. Paling kan cuma satu atau dua orang, to, pelakunya. Bisa itu ambil tindakan,” ucapnya.
“Tapi ya tetep kami berharap, udahlah, ini tren kuno. Wes gak osom (sudah nggak zaman),” lanjutnya dengan nada lelah.
Motor brong bikin Surabaya tertinggal di 2005
Laporan-laporan banyak yang masuk selain di Jalan Demak dan Mulyorejo. Misalnya, di daerah Bratang. Kabarnya bahkan sampai baku pukul. Sisanya, lebih banyak yang menduga kalau brong-brongan itu terjadi di Surabaya bagian utara.
Pada dasarnya, warganet Surabaya satu suara: muak dengan keberadaan kelompok motor knalpot brong.
“Iku budaya 2005, isek digowo nang 2025 ae, Rek. Norak! (Itu budaya 2005, masih dibawa di 2025 aja, Rek. Norak!).”
“Alay cok! Ngisin-ngisini Suroboyo ae. Konvoi jaman kapan iku sek koyok ngunu ae. (Alay cok! Malu-maluin Surabaya aja. Konvoi zaman kapan itu masih kayak gitu aja).”
“Mentolo tak siram bensin ae raine (Pengin kusiram bensin aja mukanya.”
Begitulah ungkapan kekesalan warganet Surabaya pada kelompok motor knalpot brong yang masih saja eksis di Kota Pahlawan. Masih ada ungkapan-ungkapan lain bernada serupa di media sosial. Ratusan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Nasib Nelayan di Kenjeran Surabaya Makin Hari Makin Suram karena Ambisi Orang Kaya atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.