Masuki Tahun Politik, Pers Harus Jadi ‘Pemadam Kebakaran’ Hoaks Pemilu 2024

hoaks mojok.co

Ilustrasi hoaks (Mojok.co)

MOJOK.CO – Pemilu 2024 sudah didepan mata. Konstestasi politik yang kian memanas akan memunculkan kembali informasi-informasi yang tidak benar alias hoaks.

Pers sebagai pilar keempat demokrasi harus ikut berperang melawan hoaks yang bertebaran di media sosial (medsos) maupun di masyarakat. Bahkan pers harus ikut berperan menjadi pemadam kebakaran atas munculnya disinformasi.

“Kita (pers) sebagai pilar keempat demokrasi harus ambil bagian menjadi pemadam kebakaran atas adanya hoaks. Kami harapkan Pemilu bisa berjalan aman dan damai,” papar Ketua AMSI Yogyakarta, Anton Wahyu Prihartono dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Pers, Jurnalisme Berkualitas dan Komitmen Mendorong Pemilu Damai’ yang digelar AMSI bersama Polda DIY di Hotel Royal Darmo, Kota Yogyakarta, Senin (21/08/2023). Kegiatan diikuti puluhan media massa di DIY.

Pekerjaan tak mudah

Menurut Anton, peran pers tidaklah mudah dalam memerangi hoaks. Apalagi kondisi pers saat ini tidak sedang baik-baik saja seiring berkembangnya zaman.

“Dalam kesempatan terakhir saya sering mendengar bahwa pers kita sedang nggak baik-baik saja. Terlebih lagi di luar sana banyak berita bohong, disinformasi dan missinformasi,” paparnya.

Hasilkan jurnalisme berkualitas

Anton menambahkan, media massa memiliki peran strategis dalam mewujudkan pemilu damai, demokratis dan aman pada 2024 mendatang. Karenanya para pekerja media dituntut untuk menghasilkan jurnalisme berkualitas. Hal itu bisa terwujud jika awak media tetap memegang teguh kode etik jurnalistik, UU Nomor 49 Tahun 1999 tentang pers.

“Jika kita komitmen dengan dua aturan itu, niscaya kita tidak akan terjebak pada penyebaran berita bohong atau click bait,” ujarnya.

Tingkatkan sinergitas

Polda DIY melalui Kasubdit V Ditintelkam, AKBP Mochammad Nawawi, mengatakan kerjasama AMSI dengan Polda DIY diharapkan dapat meningkatkan sinergitas beberapa pihak untuk menghalau konten hoaks.

“Saya mengharapkan ini jadi momen meningkatkan sinergitas dan manfaat bagi publik ditengah tahapan pemilu yang saat ini berlangsung,” ungkapnya.

Jadi tanggungjawab bersama

Nawawi menyebutkan, pemilu damai jadi tanggung jawab bersama bukan hanya aparat keamanan. Termasuk peran media massa dalam menghalau berbagai disinformasi yang muncul.

“Peran media sangat penting untuk mewujudkan ini sehingga momen ini harus terus dilanjutkan dengan lebih bersinergi,” tandasnya.

Media massa berperan penting atasi polusi digital

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Dr Masduki, menyampaikan era digitalisasi membuat seseorang mudah memproduksi informasi. Polusi digital pun dimunculkan untuk menggambarkan banyaknya informasi sesat yang dapat memecah belah masyarakat. Karenanya media massa memiliki peran yang sangat penting dalam demokrasi untuk mengatasi munculnya polusi digital.

“Peran media masih sangat penting di dalam demokrasi, selain melawan hoaks juga melayani kebutuhan informasi masyarakat. Peran besar media ini perlu didukung, saya sepakat adanya peraturan pemerintah soal publisher rights. Ini agar segera disahkan agar media ini bisa mendapat revenue untuk menopang kerja-kerja jurnalistiknya tetap sehat,” paparnya.

Perlu komitmen serius

Sementara Koordinator AMSI wilayah Jateng, Jatim, DIY, Bali dan NTB, Suwarmin, menuturkan platform digital masih menjadi rujukan paling banyak dari masyarakat. Namun di Indonesia belum ada komitmen serius untuk menindaklanjuti akun maupun platform digital yang menebar konten tentang ujaran kebencian maupun hoaks.

“Media digital masih menjadi rujukan paling banyak. Tetapi belum ada sistem yang membatasi kalimat-kalimat negatif itu secara otomatis dapat di takedown,” imbuhnya.

Penulis: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Elektabilitas Ganjar Kembali Menanjak, tapi Prabowo Bakal Menang jika Head to Head

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

 

Exit mobile version