Dyah Roro Esti: Politikus Muda yang Perjuangkan Ekonomi Hijau

Profil Dyah Roro Esti

Ilustrasi Politikus Muda Dyah Roro Esti (Mojok.co)

MOJOK.CO – Sosok muda di legislatif bisa dihitung jari, Dyah Roro Esti salah satunya. Politikus muda dari Partai Golkar itu duduk di Komisi VII DPR dan menjabat sebagai sekretaris kaukus ekonomi hijau DPR. 

Dyah Roro Esti duduk di kursi wakil rakyat pada tahun 2018 lalu, ketika usianya baru menyentuh 26 tahun. Ia terpilih setelah bertarung di daerah pemilihan Jawa Timur X yang meliputi Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan. Kini, Dyah Roro Esti masuk ke komisi VII DPR RI yang membidangi energi, riset dan teknologi, dan lingkungan hidup. 

Penempatannya itu sesuai dengan latar belakang dan ketertarikannya. Ia merupakan salah satu pendiri Indonesian Energy and Environmental Institute (IE2I), LSM yang bergerak di isu perubahan iklim. Selain itu ia menyandang gelar magister dari Imperial College London, mempelajari Teknologi Lingkungan.  

Sebelum menempuh pendidikan S2 yang didanai beasiswa LPDP, perempuan kelahiran 25 Mei 1993 itu mengantongi gelar sarjana dari University of Manchester di jurusan Ekonomi dan Sosiologi. 

Walau terlihat tidak linear, Dyah Roro Esti merasa perpaduan tiga bidang ilmu yang dipelajarinya selama ini justru menjurus pada konsep keberlanjutan yang sebenarnya, bagaimana kemajuan ekonomi tidak meninggalkan atau mengorbankan masyarakat dan lingkungan. 

“Saya merasa sebetulnya paduan ekonomi, sosiologi, dan lingkungan itu apa yang disebut dengan keberlanjutan,” jelas dia dalam Kanal YouTube Power Millennial.

Sudut pandang keberlanjutan inilah yang selalu ia ajukan dalam rapat, bahkan hingga rapat paripurna. 

“Karena itu passion saya,” imbuhnya. 

Konsep keberlanjutan di Indonesia dengan mudah dapat ia pantau melalui jabatannya sebagai legislatif. Mengingat, dengan menjadi anggota DPR Komisi VII, ia rutin bertemu menteri-menteri dan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan energi, riset dan teknologi, dan lingkungan hidup

Melalui informasi-informasi terbaru itu, Dyah Roro Esti bisa melihat seberapa besar Energi Baru Terbarukan (EBT), yang selama ini menjadi kepeduliannya, diterima di Indonesia. Di samping itu, ia bisa memetakan apa saja yang kurang atau diperlukan agar EBT diterapkan di Indonesia. 

Sebagai pengingat, Indonesia telah berkomitmen mengurangi emisi menjadi 31,89 persen pada 2030 dan 43,20 persen dengan dukungan internasional. Khusus di sektor energi, Indonesia memiliki target EBT hingga 23 persen pada 2025. 

Menurutnya, peran kaum muda sangat penting agar target-target tersebut tercapai. Apalagi kelompok muda lebih aktif dan vokal terkait isu-isu penting seperti perubahan iklim, HAM, dan kesetaraan gender. 

“Khususnya dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang relatif jangka panjang,” ungkap dia seperti dikutip dari antaranews.com. Asal tahu saja, dari 575 orang yang duduk di kursi DPR saat ini, hanya 10 persen di antaranya yang berada di usia di bawah 40 tahun. 

Siasat menjadi politisi muda

Sebagai anggota DPR yang masih muda, Dyah Roro Esti tidak memungkiri, senioritas kerap datang dari berbagai pihak. Tidak hanya sesama anggota DPR, tetapi juga kementerian ataupun mitra-mitra lain. 

Menyiasati hal itu, ia berupaya memaksimalkan kesempatan bicara atau panggung yang diberikan dengan memaparkan fakta-fakta berdasar data. Tidak hanya usulan-usulan berdasar imajinasi. Oleh karenanya, ia memperkuat riset atas isu-isu yang dibahas dalam rapat. 

Di sisi lain, terbuka untuk belajar dan bertanya adalah kunci. Roro Esti melihat, sebenarnya tidak sedikit senior-senior politik yang bersedia berbagai pengalaman dan ilmu kalau politisi muda mau bertanya. Oleh karenanya, walau masih muda, Dyah Roro Esti merasa banyak teman politisi yang mendukung. 

Terkait anak muda yang abai terhadap dunia politik, stigma terkait politik khususnya partai politik menjadi salah satu faktor. Padahal, stigma-stigma yang beredar itu sebenarnya bisa disikapi dengan lebih kritis. Misalnya dengan mempertanyakan kenapa stigma itu muncul. Adakah sosok-sosok di politik yang sebetulnya tidak sesuai jika dilekatkan dengan stigma itu? 

“Suka tidak suka, partai adalah kendaraan,” jelas dia. Mereka yang duduk di partai berpeluang lebih besar duduk sebagai dewan maupun pejabat negara lain seperti bupati, wakil gubernur, dan gubernur. 

Kaum muda yang ingin terjun ke dunia politik, Roro menyarankan untuk mencermati parpol yang akan dijadikan kendaraan. Pilih parpol yang paling sesuai dengan visi-misi dalam berpolitik. Ia menekankan kaum muda untuk lebih mengenali keunggulan diri sehingga bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki. Di sisi lain, jangan takut gagal. Jangan mudah putus asa dan miliki mentalitas yang kuat. 

Penulis: Kenia Intan
Editor: Amanatia Junda

BACA JUGA Perempuan Berdaya dengan Cara yang Tak Selalu Sama Seperti Isi Kepalamu

Exit mobile version