Istilah Silsilah Keluarga Bahasa Indonesia, dari Cucu hingga Cilawagi

MOJOK.CO Kalau di bahasa Inggris ada istilah silsilah keluarga ‘grandparents’ dan ‘great-grandparents’, di bahasa Indonesia ada ‘kakek’ dan ‘buyut’ atau ‘moyang’.

“Ini makamnya ibunya Ibu. Terus, kamu inget nggak sama Eyang Yanti yang tantenya Ibu? Itu kan cucunya punya anak, nah terus anaknya itu punya anak, tapi meninggal. Itu makamnya.”

Percakapan di atas memang fiktif, tapi yang serupa nyatanya sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam konteks keluarga besar. Orang tua berkisah soal kakek dan neneknya—bahkan orang tua dari kakek dan neneknya—yang membuat kita kesulitan menentukan julukan. Maksudnya, gimana sih kita harus memanggil tokoh dalam cerita itu??? Apakah masalah selesai kalau kita hanya memanggilnya dengan sapaan ‘Eyang’???

Ternyata semuanya tidak semudah itu, Ferguso. Soalnya, selain garis keturunan ke atas, garis keturunan ke bawah juga tak kalah ribetnya. Coba: apakah nenek kita menyebut kita dan anak-anak kita (hah, kita???) dengan sebutan ‘cucu’ semua biar aman??? Hmm, saya rasa tidak.

Penyebutan istilah silsilah keluarga rupanya telah menjadi poin yang menarik dalam bidang bahasa. Sebelum berfokus pada bahasa Indonesia, bolehlah kita menengok istilah silsilah keluarga atau kekerabatan (kinship) dalam bahasa Inggris yang simpel dan sederhana: pakai kata great jika level kekerabatan bertambah.

Jika ‘kakek’ dalam bahasa Inggris disebut grandfather, orang tua kakek pun disebut great-grandfather. Jika ‘cucu perempuan’ dalam bahasa Inggris disebut granddaughter, anak perempuan dari si cucu ini disebut great-granddaughter. Kata lain yang perlu digarisbawahi di sini—jika kita cermati bersama—adalah penambahan kata grand yang umumnya muncul untu satu level kekerabatan di atas orang tua kita dan satu level di bawah kita sendiri.

Aturan istilah silsilah keluarga yang digunakan dalam bahasa Inggris tidak diterapkan pula dalam bahasa Indonesia. Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, istilah silsilah yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut, dengan kata ‘Ego’ bermakna diri sendiri (titik tengah kekerabatan):

– Cilawagi

– Buyut

– Moyang

– Nenek/Kakek

– Ibu/Bapak

– Ego

– Anak

– Cucu

– Cicit/buyut

– Piut/canggah

– Anggas

Penamaan keturunan keluarga di atas menimbulkan pertanyaan yang kerap dilontarkan, misalnya: apakah posisi buyut di level ke atas dan bawah memiliki pembeda? Jawabannya sederhana: ‘buyut’ di level keturunan ke atas umumnya digunakan bersamaan dengan sapaan ‘Eyang’ atau ‘Mbah’, sehingga jelas tidak sama dengan ‘buyut’ di level keturunan ke bawah.

Jika diamati, dalam daftar yang dikeluarkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, istilah ‘Buyut’ dan ‘Moyang’ memiliki posisi yang tidak sama jika dibandingkan dengan penamaan istilah silsilah keluarga dalam bahasa Jawa. Dari buku Bausastra Jawa karya Poerwadarminta (1939) serta berbagai sumber, berikut adalah istilah silsilah dalam bahasa Jawa pada level kekerabatan ke atas:

1. Eyang Galih Asem

2. Eyang Debog Bosok

3. Eyang Gropak Senthe

4. Eyang Gantung Siwur

5. Eyang Udheg-udheg

6. Eyang Wareng

7. Eyang Canggah

8. Eyang Buyut

9. Eyang (kakek/nenek)

10. Bapak/Ibu

Adapun istilah ‘Moyang’ digunakan sebagai penunjuk tingkatan silsilah, misalnya ‘Bapak/Ibu’ disebut sebagai ‘Moyang pertama’, sementara ‘Eyang Buyut’ adalah ‘Moyang ketiga’, dan seterusnya.

Istilah silsilah selanjutnya menyoroti level keturunan ke bawah jika dilihat dari posisi kita (‘Ego’), yaitu:

1. Anak

2. Putu

3. Buyut

4. Canggah

5. Wareng

6. Udhek-udhek

7. Gantung siwur

8. Gropak Senthe

9. Debog Bosok

10. Galih Asem

Selain kesepuluh istilah silsilah keluarga dalam level keturunan ke atas dan bawah tersebut, ada pula sumber yang menyebutkan istilah silsilah selanjutnya secara berturut-turut, baik ke atas (dengan tambahan sapaan ‘Eyang’) atau ke bawah, yaitu:

1. Gropak waton

2. Cendheng

3. Giyeng

4. Cumpleng

5. Ampleng

6. Menyaman

7. Menyo-menyo

8. Tumerah

Banyaknya istilah silsilah keluarga di Indonesia ini menunjukkan bahwa kita sungguh kaya akan budaya dan bahasa, meski tak sesimpel penambahan kata grand dan great seperti dalam bahasa Inggris.

Pokoknya ingat, mylov: kita, bagaimanapun, adalah seorang debog bosok bagi sepasang moyang jauh di atas kita (debog bosok bisa bermakna batang pisang yang membusuk), tapi kita tetap menjadi orang yang dicintai seluruh keluarga besar yang levelnya sudah bertingkat-tingkat seperti penjelasan di atas.

Bukankah itu cute sekaligus menakjubkan?

Exit mobile version