Vaksin AstraZeneca Dilisensi Non-Profit, Indonesia Tetap Beli 50 Juta Dosis

MOJOK.COVaksin Covid-19 di Indonesia sudah mulai didistribusikan, kendati demikian, perdebatan tentang vaksin masih terus memanas, utamanya terkait vaksin AstraZeneca.

Awal tahun 2021 menjadi momen yang cukup krusial bagi pervaksinan duniawi di Indonesia. Per awal tahun ini, program vaksinasi Covid-19 tahap awal sudah mulai tampak jelas seiring dengan didistribusikannya vaksin Covid-19 asal China, Sinovac, ke seluruh provinsi oleh PT Bio Farma.

Setidaknya ada 3 juta dosis vaksin Sinovac yang sudah disebar ke seluruh provinsi oleh PT Bio Farma.

Kendati masih belum bisa disuntikkan karena belum memperoleh izin penggunaan darurat, namun distribusi vaksin tersebut tentu saja menjadi angin segar dan menyejukkan bagi masyarakat.

Di Indonesia sendiri, setidaknya ada 3 vaksin yang nantinya akan digunakan dalam program vaksinasi nasional. Ketiganya masing-masing adalah Sinovac (China), AstraZeneca (Inggris), dan juga Novavax (Amerika Serikat).

Sampai saat ini, perdebatan di media sosial terkait pemilihan vaksin dan hubungannya dengan tingkat efektivitasnya masih terus terjadi. Banyak yang mendukung langkah pemerintah yang membeli vaksin Sinovac, pun tak sedikit yang menyebut bahwa keputusan tersebut bukanlah keputusan yang tepat mengingat ada beberapa jenis vaksin lain yang punya tingkat efektivitas yang lebih tinggi.

Selain terkait vaksin Sinovac, perdebatan tentang pembelian vaksin AstraZeneca juga menjadi isu yang panas. Seperti diketahui, PT Bio Farma sudah membeli vaksin AstraZeneca ini sebanyak 50 juta dosis.

Hal yang kemudian menjadi kritik keras adalah, vaksin yang diriset oleh Universitas Oxford dan perusahaan farmasi AstraZeneca ini ternyata dilisensi sebagai vaksin non-profit, sehingga Indonesia sebenarnya bisa membuat sendiri vaksin tersebut.

Hal itu sudah dilakukan oleh India yang sudah berhasil membuat sendiri vaksin tersebut sebanyak 50 juta dosis. Di India, perusahaan pembuat vaksin tersebut adalah Serum Institute of India.

Pembuatan vaksin sendiri juga sudah diikuti oleh beberapa negara berkembang lain, termasuk Thailand.

Berbagai komentar pun langsung meluncur sebagai respons atas hal tersebut, tak terkecuali dr. Rodri Tanoto yang memang selama ini cukup intens mengamati perkembangan pervaksinan di Indonesia.

“Selamat pagi! Kalau kalian lagi nyari alesan untuk misuh-misuh, ini dia; sebuah pengingat bahwa Vaksin Oxford-AstraZeneca dilisensi sebagai vaksin non-profit. Karena itu dengan cepat India bisa mendapatkan hak untuk memproduksi sendiri. Thailand juga sudah mulai produksi sendiri.” tulisnya melalui akun Twitter miliknya yang langsung mendapat beragam tanggapan dari netizen.

Ah, awal Januari, ternyata bukan hanya persaingan MU-Liverpool yang bisa bikin panas, soal vaksin pun ternyata juga nggak kalah panas.

vaksin

BACA JUGA Lho Apa Salahnya Bisnis Vaksin Corona? dan artikel KILAS lainnya. 

Exit mobile version