MOJOK.CO – Tirta Sari, kolam renang legendaris di Pekalongan kini telah tiada. Kenangan masa kecil warga yang terekam di sana pun ikut hilang, rembes ke tanah.
Mengingat masa kecil adalah sesuatu yang mengasyikkan. Sekalipun masa kecil itu separuhnya saya habiskan di kota kecil pinggir pantai utara: Pekalongan. Ada banyak hal yang bisa saya kenang. Salah satunya kolam renang Tirta Sari, tempat main favorit saya saat kecil.
Tak seperti kota besar, tempat hiburan warga Kota Batik jumlahnya terbatas. Maka kolam renanglah yang sering jadi rujukan utama anak-anak untuk bermain, entah bersama keluarga, saudara, dan teman.
Tirta Sari merupakan tempat pertama kali saya belajar renang. Gurunya adalah kakak saya sendiri. Saya ingat betul kakak membawa saya ke tengah kolam berkedalaman 4 meter, lalu melepaskan begitu saja dari gendongan. Tentu saja saya kelelep, sebelum akhirnya kakak menyelamatkan.
Apakah setelah itu saya bisa berenang? Tidak hehe. Karena kelewat ekstrem, saya memutuskan untuk belajar mandiri bersama teman-teman. Sudah tidak terhitung kunjungan saya di sana, mulai dari semasa SD, SMP, dan SMA.
Sejarah singkat Tirta Sari
Kolam renang Tirta Sari terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kramatsari, Pekalongan. Kolam ini sejatinya merupakan peninggalan Belanda yang telah mengalami pembaruan. Pembaruan tersebut diresmikan pada Agustus 2004. Kolam renang ini sudah berstandar nasional.
Bangunan kolam renang ini terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama merupakan pintu masuk dan ruang ganti, lantai dua berisi kolam renang anak-anak dan kantin, dan di lantai tiga ada kolam “prestasi” sedalam 1,2 meter dan 4 meter. Berbagai perlombaan tingkat nasional kerap memakai kolam “prestasi” di Tirta Sari.
Mengapa terbengkalai
Beberapa tahun lalu, tiap pulang kampung, saya bertanya-tanya mengapa kolam renang ini tak terurus dan suwung. Setelah menonton liputan jurnalistik ini, saya menjadi sedikit paham alasannya.
Pengelolaan kolam renang ini acapkali berganti. Awal beroperasi, PDAM memegang pengelolaannya. Lalu, pada 2011 PDAM menyerahkan pengelolaan ini kepada Pemda. Pengelolaan Tirta Sari sempat dipasrahkan kepada pihak ketiga atau swasta hingga 2014–sebelum akhirnya kembali lagi kepada PDAM.
Pertengahan 2018, pengelolaan kolam renang dipasrahkan ke Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Dinparbudpora). Saat itu, bangunan kolam renang mengalami kerusakan di sejumlah titik.
Dinparbudpora sempat ingin memperbaiki bahkan telah mengajukan anggaran. Namun karena kerusakaannya cukup parah ditambah dengan kurangnya dana, keinginan itu tak pernah terwujud. Tirta Sari pun mangkrak.
Halaman selanjutnya…
Kenangan yang rembes ke tanah
Kenangan yang rembes ke tanah
Ada sekian video di YouTube yang merekam kondisi Tirta Sari pasca-mangkrak. Kebanyakan mengambil genre horor saking suwungnya. Menarik, membaca kolom komentarnya. Kenangan bangun dari tidurnya. Salah satunya yang berhubungan dengan ekstrakulikuler sekolah.
“Jadi ingt jaman SMA th 2008 tiap ada jdwl olahrg renang sminggu skali slalu ksni dan tiap slesai renang slalu makan di kantin itu pesen indomie telor sma es teh 😭😭 skrg anak gw udh 2, gk kerasa ya allah. Nonton ini bnr2 flashback kondisi dlu dan suasana kolam renang ini yg bgitu megah pd jamannya di pekalongan,” tulis @agnesthifanny9792 dalam konten YouTube Lubang Hitam TV.
Kolam renang di Kota Pekalongan jumlahnya sedikit. Tirta Sari menjadi rujukan utama karena murah dan mudah aksesnya. Terutama bagi anak-anak sekolah yang isi kantongnya cekak. Komentar dari warganet tersebut juga mengingatkan saya akan kantin kecil di samping kolam renang anak.
“Dulu kantin itu di bawah, makanan favoritku mi goreng. Di situ jg aku belajar renang. Banyak kenangan di situ. Tiket masuk cm 5000, pulang renang pasti beli cilok dan batagor di depan,” komen @diaryfutirz7701 dalam konten YouTube Fahmi aerial.
Kantin itu sekarang sudah tiada. Seluruh bangunan Tirto Sari dirobohkan pada 2022 setelah mangkrak 4 tahun lebih. Tak ada keterangan lebih lanjut apakah ada pembangungan ulang atau akan lapang terus.
Kenangan saya bersama kakak, teman, kenangan kalian, warga Pekalongan kini telah rembes ke tanah bekas bangunan Tirta Sari. Sesekali mungkin ia bisa menyembul seperti orang yang kelelep, namun tak akan benar-benar bisa tertolong karena tangan pemangku kebijakan sibuk melempar dan menuding satu sama lain.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi