Tingkat Optimisme Anak Muda pada Sektor Politik dan Hukum Sangat Rendah

Tingkat Optimisme Anak Muda pada Sektor Politik dan Hukum Sangat Rendah MOJOK.CO

Ilustrasi Tingkat Optimisme Anak Muda pada Sektor Politik dan Hukum Sangat Rendah.

MOJOK.CO Optimisme anak muda pada masa depan sektor politik dan hukum di Indonesia masih sangat rendah. Alasan anak muda pesimis pada sektor ini karena praktif korupsi di Indonesia masih sangat tinggi. 

Rasa optimisme terhadap masa depan politik dan hukum yang rendah ini muncul dalam Survei Indeks Optimisme Generasi Muda 2023 yang dilakukan Good News From Indonesia (GNFI) berkolaborasi dengan perusahaan riset Populix. Hasil riset menunjukkan, respon rendah ini juga terjadi di tahun lalu. Tahun 2023, sektor ini hanya mencatat skor 5,72. 

Anak muda pesimistis dengan penegakan hukum di Indonesia

Responden juga merasa pesimistis terhadap penegakan hukum di Indonesia yang tidak diskriminatif di masa depan. Dari semua aspek yang ada, isu korupsi dan penegakan hukum menjadi permasalahan yang paling banyak diragukan responden.

“Saya menyorot Korupsi Kolusi dan Nepotisme menjadi indeks nilai optimisme yang paling rendah. Namun, ini merupakan ‘pesimis yang optimis’ dimana anak muda sangat concern terhadap KKN,” kata  Ilham Saputra, Komisioner Komisi Pemilihan Umum periode 2017-2022 memberikan tanggapan.

Hasil riset yang rendah di sektor politik dan hukum bisa jadi alasan untuk mendorong agar anak muda mampu membangun kesadaran politik. Misalnya, dengan mengajak anak muda untuk mengecek latar belakang para calon legislatif maupun eksekutif yang sedang bersaing. 

“Politik dan hukum ini sangat dipengaruhi oleh faktor pemimpin, dan anak muda memegang peran penting untuk menentukan nasib Indonesia ke depan dengan menyuarakan pendapatnya dan memilih pemimpin yang tepat,” ungkapnya.

Survei tahun ini juga menyoroti secara khusus tentang Pemilu. Meski pada aspek politik cenderung pesimis, namun pada aspek Pemilu masih cukup optimis dengan skor 7.0 dari skala 10. Unsur dengan skor tertinggi adalah memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, menunjukkan sebenarnya anak muda antusias menyambut Pemilu. Namun, mereka masih menyimpan keraguan pada kinerja penyelenggara Pemilu. 

Dimensi pendidikan dan kebudayaan punya peringkat optimisme tertinggi

Indeks ini mengungkap tingkat optimisme generasi muda terhadap lima dimensi utama, yang meliputi: Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, Politik dan Hukum. Tahun 2023 ada dimensi tambahan yaitu Lingkungan dan Pemilu.

Berbeda dengan hasil survei tahun sebelumnya yang mendapatkan nilai tertinggi pada dimensi kebutuhan dasar, tahun ini skor tertinggi ada pada dimensi pendidikan dan kebudayaan. Dalam dimensi ini, “kuliner Indonesia dapat diterima dunia” memiliki skor tertinggi, yaitu 9,04. Lebih tinggi dibandingkan dengan keyakinan anak muda “mampu berkontribusi pada pengembangan IPTEK” yang mendapatkan skor 8,00 poin.

“Anak-anak mdua Indonesia sangat bangga terhadap budayanya, termasuk percaya bahwa kuliner kita punya potensi untuk dapat dikenal oleh dunia. Sementara di bidang IPTEK tidak seyakin itu. Mungkin, generasi muda Indonesia saat ini merasa sains kita tidak kuat dan belum mampu berinovasi. Boleh dibilang ini adalah stereotype, tapi ini menjadi persepsi anak-anak muda Indonesia dalam sektor pendidikan dan kebudayaan,” papar Timothy Astandu, CEO & Co-Founder Populix.

Survei ini juga mengungkapkan mayoritas responden terlihat lebih optimis dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan kebutuhan gizi pada pasangan dan anak, dibandingkan pemenuhan gizi seimbang diri sendiri. Tingkat optimisme ini berbeda dengan dimensi ekonomi dan kesehatan. Di mana bagi responden mahasiswa dan yang belum bekerja, memiliki tingkat optimisme yang rendah untuk terserap di dunia pekerjaan.

Generasi milineial dan gen Z dominasi anak muda

Timothy Astandu, CEO & Co-Founder Populix menambahkan, hasil survei dan kolaborasi dengan GNFI inipunya tujuan. Yaitu, untuk mengetahui pendapat generasi muda tentang hal-hal yang menjadi perhatian untuk perkembangan bangsa di masa depan.

“Kami melihat dengan adanya bonus demografi di mana dalam beberapa tahun ke depan akan didominasi oleh generasi milenial dan juga generasi Z, hal ini menjadi sangat penting untuk

diperhatikan oleh seluruh pemangku kepentingan di Indonesia, aspek-aspek yang harus dibenahi dan apa saja yang dapat terus didorong pertumbuhannya,” terangnya. 

Akhyari Hananto, Founder GNFI mengungkapkan, di tengah berbagai situasi yang sebetulnya wajar apabila masyarakat menjadi pesimis. Selain itu patut bersyukur masih punya modal masyarakat terutama anak-anak muda yang ternyata masih optimis. 

“Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan, terutama penyelenggara negara. Bagaimana modal optimisme ini digerakkan dengan berbagai kebijakan, program, dan aktivitas yang dapat menggerakkan kemajuan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Mojok.co, Minggu (19/11/2023).

BACA JUGA Survei Charta Politika: Ganjar-Mahfud Teratas, tapi Prabowo-Gibran Unggul Head to Head

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version