MOJOK.CO – Sejumlah PTN di Yogyakarta menggelar Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) gelombang pertama, Senin (08/05/2023). Dalam pelaksanaan ujian, pengawasan dilakukan lebih ketat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kasus perjokian.
Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi salah satu PTN di Yogyakarta yang menerapkan pengawasan ketat. Rektor UGM, Ova Emilia mengungkapkan sebelum memasuki ruangan peserta ujian dicek dengan metal detektor. Selain itu, untuk memastikan keamanan penyelenggaraan ujian, panitia mewajibkan peserta hanya membawa satu buah pulpen. Berkas yang dibawa pun dibatasi seperti kartu peserta ujian, kartu tanda pengenal/KTP/SIM/Paspor, SKL asli/fotokopi legalisir.
Petugas juga memeriksa aksesoris peserta. Mereka dilarang membawa masuk jam tangan, bros, gelang, perhiasan, cincin dan sebagainya.
“Walaupun ada kendala sistem yang sifatnya nasional, tapi dapat diatasi dan tidak ada yang menghalangi pelaksanaan ujian,” ungkapnya. Adapun ujian di UGM diikuti oleh 13.448 peserta yang tersebar di 12 lokasi. Di setiap lokasi diterapkan pengawasan ketat.
Pemeriksaan peserta berlapis
Pengawasan yang ketat juga diterapkan di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY). Rektor UPNVY Irhas Effendi disela ujian mengungkapkan, UTBK tahun ini, pemeriksaan peserta selama mengikuti ujian dilakukan berlapis. Hal ini dilakukan berkaca dari pengalaman ujian yang sama pada tahun lalu saat kasus perjokian terjadi di kampus tersebut.
“Karenanya tahun ini, pemeriksaan ketat dilakukan sejak peserta masuk kampus. Tas peserta harus diletakkan di depan sekitar 300 meter dari tempat ujian,” jelasnya. Asal tahu saja, hari pertama UTBK-SNBT yang digelar di UPNVY ini diikuti oleh 252 peserta yang tersedar di 11 ruangan.
Irhas menambahkan, pada UTBK tahun lalu, kasus joki ditemukan pada peserta di dalam kelas. Peserta bisa memotret soal ujian menggunakan alat yang dipasang di kerudung peserta. Padahal sebelum masuk, peserta sudah diperiksa dengan metal detektor. Namun saat ujian, mereka bisa keluar kelas untuk mengambil alat tulis di tas masing-masing.
Mengingat kejadian itu, UPNVY menerapkan pemeriksaan peserta berlanjut pada peserta saat memasuki ruang ujian. Peserta dipisahkan antara laki-laki dan perempuan untuk dilakukan pemeriksaan dengan metal detektor yang lebih sensitif. Petugas pun juga melakukan pemeriksaan tubuh untuk mengantisipasi pemakaian alat-alat joki.
“Kami meminta izin peserta untuk memeriksa tubuh untuk mengantisipasi joki karena tahun lalu, pelaku [perjokian] memasang alat [joki] di kerudungnya sehingga tidak terlihat,” jelasnya.
Peserta juga dilarang membawa alat tulis sendiri pada ujian kali ini. Kampus menyediakan alat tulis yang dibutuhkan untuk mengantisipasi penggunaan alat tulis yang dimodifikasi untuk perjokian.
“Sepatu peserta pun harus dilepas di luar kelas, mereka tidak boleh membawa apa-apa saat ujian,” jelasnya.
Pastikan soal UTBK-SNBT tak bocor
Sementara Tim Monev Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) Ismaini Zain mengungkapkan, Panitia SNPMB memastikan soal UTBK-SNBT 2023 tidak akan bocor. Sebab materi soal UTBK-SNBT berbeda satu sesi dan sesi lainnya.
“Bagaimana bisa bocor kalau soalnya itu beda-beda di satu sesi dan sesi lainnya,” tandasnya.
Ismaini menyebutkan, belajar dari kasus perjokian terjadi di UPNVY viral dan muncul foto-foto soal yang diunggah peserta UTBK ke sebuah folder drive, tahun ini, opsi jawaban soal UTBK bukan berupa pilihan ganda. Soal yang dikerjakan peserta berupa literasi dan tidak mengharuskan mereka memilih satu jawaban.
Peserta bisa memilih lebih dari satu jawaban di soal tersebut, tergantung dari instruksi yang sudah ada di ujian. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan literasi peserta.
“Tidak ada opsi jawaban ABCD, adanya bulat-bulat yang dicentang. Bisa saja ada dua pertanyaan. Jawabannya juga bisa 2-3 opsi, memang ditujukan untuk memperkuat literasi,” imbuhnya.
Penulis: Yvesta Ayu
Editor: Kenia Intan