Menapaki Jejak Orang Kalang di Jogja, Kaum Arsitek Kaya yang Bernasib Malang

Menapaki Jejak Orang Kalang yang Tertinggal di Kotagede Jogja, Kaya Raya namun Berakhir Malang MOJOK.CO

Omah Kalang (budaya.jogjaprov.go.id)

MOJOK.COOrang Kalang pernah menjadi bagian dari kejayaan wilayah Kotagede, Jogja. Kendati sukses berbisnis, hidup mereka di masyarakat terkucilkan dan berakhir nahas.

Kotagede merupakan sebuah kawasan di tenggara Jogja yang eksotik dan bersejarah. Wilayah ini dahulu terkenal sebagai kota lama, cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram. Terdapat banyak bangunan kuno peninggalan zaman kerajaan yang masih terjaga di sana.

Kotagede terbilang daerah yang maju. Wilayah ini sejak dulu hingga kini menjadi salah satu pusat perdagangan dan sentra kerajinan, dari batik hingga perak. Hal ini tak bisa dipisahkan dari kehadiran orang Kalang yang dulu pernah eksis di sana. Jejaknya masih tertinggal, berupa rumah atau omah Kalang megah nan mewah dengan ornamen emas berkilau.

Lantas siapakah orang Kalang? Mengapa ia eksis di Kotagede?

Sejarah masuknya orang Kalang ke wilayah Kotagede

Raja Mataram, Sultan Agung punya ketertarikan khusus terhadap dunia arsitektur. Untuk itu ia mendatangkan ahli-ahli bangunan dari daerah Bali untuk menerjemahkan gagasan arsitekturalnya dalam menggarap sejumlah bangunan kerajaan. Para ahli bangunan tersebut merupakan orang Kalang.

Orang Kalang punya talenta luar biasa dalam seni bangunan dan ukir. Talenta seni dan intuisi bisnis membuat masyarakat Kalang menjadi kelompok saudagar yang sukses dan kaya raya. Mereka bahkan memperoleh hak monopoli perdagangan dari Pemerintah Belanda untuk candu, emas, dan melakukan praktik pegadaian. Keuntungan yang membuat mereka bisa melakukan kegiatan ekspor ke sejumlah negara di Eropa dan Cina.

Dulu, mereka hidup secara berkelompok di wilayah Tegalgendu yang terletak di sebelah barat Kotagede, di seberang Sungai Gajahwong. Mereka berbaur dengan penduduk setempat dan bertahan hidup dengan berbisnis.

Asal-usul orang Kalang, mitos, dan tradisi

Sebuah jurnal bertajuk Dari Poro Hingga Paketik: Aktivitas Ekonomi Orang Kalang di Kotagede Pada Masa Depresi-1930 mengatakan bahwa suku Kalang sejatinya merupakan etnis Jawa. Akan tetapi, karena satu dan lain hal mereka terkucilkan dari masyarakat mayoritas kala itu. Pengucilan ini yang mengawali sebutan ‘Kalang’.

Dalam bahasa Jawa, ‘Kalang’ artinya batas. Orang Kalang ialah orang yang lingkup sosialnya sengaja dibatasi atau dikalangi oleh otoritas atau masyarakat mayoritas. Dulu, ada anggapan kalau mereka liar dan berbahaya.

Simpang siurnya asal-usul dan jumlahnya yang sedikit, membuat suku Kalang sering disalahpahami banyak orang. Itulah mengapa pada zaman dulu, mereka cenderung terkucilkan. Beredar pula mitos-mitos yang tak bisa bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Pertama, cerita yang bersumber dari Kerajaan Pajajaran. Dalam versi ini, orang Kalang terkisahkan sebagai anak keturunan Kalang Jaya, seorang keturunan raja di Kerajaan Prambanan yang memiliki ayah seekor anjing.

Kedua, sumber cerita berasal dari Kerajaan Mataram. Orang Kalang tersebut sebagai keturunan dari Jaka Saka dan Ambarlurung, putri Sultan Agung. Ambarlurung terkenal terampil membuat kain, selendang, sarung, dan barang tenun lainnya. Sedangkan Jaka Sana ahli membuat perabot rumah tangga dan bangunan.

Masyarakat Kotagede selama ini meyakini kedua versi tersebut. Hal ini tampaknya lebih untuk mendukung argumentasi bahwa sebenarnya orang Kalang merupakan pendatang di wilayah tersebut.

Masyarakat Kalang merupakan penganut agama Islam. Kendati demikian, mereka masih mempercayai tradisi leluhur. Salah satunya Tradisi Obong, upacara selamatan dengan pembakaran puspa atau boneka kayu yang berbentuk seperti manusia.

Masyarakat Kalang melakukan upacara ini sesudah seratus hari kematian. Anehnya, pemimpin upacara ini adalah dukun atau biksu. Keluarga Kalang akan hadir dalam acara ini laiknya menghadiri pesta pernikahan.

Selain itu, orang Kalang punya kebiasaan melakukan perkawinan endogami dalam pengertian genetis. Setiap laki-laki dalam keluarga harus dicarikan jodoh dari lingkungan keluarga Kalang.

Perang kemerdekaan menjadi momentum orang Kalang beranjak dari Kotagede

Keunggulan dagang dan finansial memunculkan jurang pemisah antara masyarakat Kalang dan masyarakat Kotagede. Masyarakat setempat kala itu tak senang dengan kehadiran mereka. Selain, pemberian upah pekerja yang sedikit, orang Kalang juga memiliki gaya hidup eksklusif. Mereka dianggap hanya memikirkan urusan orang-orang dari kaumnya sendiri. Mereka pun akhirnya hidup terasing.

Puncak kejayaan masyarakat Kalang berlangsung pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Perang kemerdekaan menjadi titik balik bagi masyarakat Kalang. Banyak dari mereka yang mengungsi, meninggalkan rumah dan harta mereka. Kekayaan mereka menjadi sasaran penjarahan.

Saat ini, rumah atau omah Kalang di Kotagede masih tersisa beberapa. Kendati demikian orang Kalang tak lagi menghuni rumah tersebut. Rumah tersebut masih megah dengan tiang-tiang yang terdapat ornamen ukiran kayu serta kaca patri warna-warni di bawah kuda-kuda atap. Gaya arsitektur yang terpengaruh gaya rumah-rumah di Eropa dan Cina. Bangunan tersebut juga terkenal dengan sebutan bangunan indies.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Kotagede, Tanah Hadiah Saksi Lahirnya Mataram Islam
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version