3 Mitos Seputar Gunung Pegat Wonogiri, Pengantin Baru Lewat sini Bakal Celaka

3 Mitos Seputar Gunung Pegat Wonogiri, Pengantin Baru Tak Boleh Lewat sini! MOJOK.CO

Pemandangan dari puncak Gunung Pegat (commons.wikimedia.org)

MOJOK.COGunung Pegat Wonogiri menyimpan sejumlah kisah. Dibelah untuk jalan, larangan melintas untuk pengantin baru, dan Mbah Glondor sang penunggu.

Gunung Pegat merupakan kawasan yang populer di Kabupaten Wonogiri dan sekitarnya. Gunung yang terletak di Kecamatan Nguntoronadi ini merupakan bagian dari gugusan gunung api purba Pulau Jawa di bagian selatan yang dibelah karena pembangunan jalan.

Jalan tersebut merupakan jalur penghubung sejumlah daerah. Jalur utama yang menghubungkan Gunungkidul-Wonogiri-Pacitan. Jalur yang terkenal sebagai satu titik rawan kecelakaan.

Mitos pengantin baru tak boleh lewat sini

Banyak mitos yang menaungi Gunung Pegat. Salah satunya larangan bagi pengantin baru untuk berkunjung ke sini. Lebih spesifik bagi pasangan suami-istri yang usia pernikahannya kurang dari 35 hari. Menurut kepercayaan warga setempat, jika nekat, pasangan tersebut bisa berpisah.

Priyo misalnya, saat baru menikah, warga Wonogiri tersebut rela menempuh perjalanan 30 kilometer lebih jauh demi menghindari jalur Gunung Pegat. Upaya tersebut ia lakukan untuk menuruti nasihat orang tuanya agar tak terjadi hal-hal buruk yang bisa berdampak pada pernikahannya. Kisah tersebut ia tuturkan dalam wawancara dengan Solopos.com.

Setali tiga uang dengan yang Herman lakukan kala masih menjadi pengantun baru. Warga Sukoharjo tersebut memilih lewat jalur di Desa Jendi, Nguntoronadi untuk menghindari Gunung Pegat. Alasannya sama, mengikuti nasihat orang tua yang percaya akan mitos pisah tersebut.

Hingga saat ini, belum jelas sejak kapan mitos soal perceraian itu berkembang di masyarakat. Kendati demikian, ada yang percaya mitos tersebut lahir berkaitan dengan asal usul Gunung Pegat. Dahulu kala, ada dua gunung yang menyatu, tetapi kemudian terpisah karena ada pembangunan jalan.

‘Pegat’ dalam bahasa jawa artinya pisah. Orang Jawa kerap memakai kata ‘pegat’ untuk menjelaskan putus hubungan atau cerai.

Melacak keberadaan Mbah Glondor, sosok penunggu Gunung Pegat

Ada pula yang percaya bahwa pegatnya hubungan penganti baru berkaitan dengan sosok makhluk halus penunggu Gunung Pegat. Sosok tersebut bernama Mbah Glondor. Konon, Mbah Glondor meninggal dalam keadaan sakit hati setelah pasangannya meninggalkannya.

Dalam keadaan sakit hati ia berjanji akan menduda seumur hidup dan berikrar akan menghancurkan setiap kebahagiaan mereka yang melewati jalur Gunung Pegat. Mbah Glondor menjadi kambing hitam atas berbagai kecelakaan yang terjadi di jalur ini.

Warga setempat percaya kalau ia yang mengaburkan mengaburkan pikiran dan pandangan pengendara saat melihat jalan. Tikungan jalan menjadi kabur dan terlihat seperti jalan lurus. Terlepas dari mitos tersebut, jalur ini memiliki sejumlah tikungan tajam, tanjakan, turunan, dan minum lampu penerangan jalan.

Benarkah Harimau Jawa masih tersisa di Wonogiri?

Perihal mitos perceraian, warga Wonogiri, Klaten, Solo, bahkan Jogja barangkali sudah akrab. Namun, ada satu lagi kabar burung yang sempat menggegerkan warga setempat. Yakni mengenai kemunculan Harimau Jawa.

Sebagian warga percaya bahwa hewan yang telah dinyatakan punah pada 1980 International Union of Conservation for Nature (IUCN) masih ada di sekitar Gunung Pegat. Juru Kunci Gunung Pegat, pada 2018 silam, mengaku pernah beberapa kali menjumpai Harimau Jawa.

Menurutnya, harimau tersebut tinggal di tempat yang tinggi dan susah dijangkau. Dulu, sebelum ada jalan raya, harimau sering lewat tiap malam. Harimau tersebut tidak menyerang ternak warga, melainkan hewan-hewan di hutan, seperti kijang, kera, hingga ikan.

Suratno mengatakan kalau harimau jawa belum punah dan masih kerap terlihat di ‘Song Gogor’ yang berarti ‘gua anak macan’ atau ‘sarang macan’. Kendati demikian, pernyataan tersebut tidak sejalan dengan klaim Suharman, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Tengah.

Suharman mengoreksi bahwa hewan yang Suratno dan warga lain saksikan di sekitar Gunung Pegat bukanlah harimau jawa, melainkan macan tutul jawa.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Menelusuri Jejak Masa Kecil Soeharto di Wonogiri
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version