MOJOK.CO – Masa kecil Prabowo Subianto berbeda dengan dua bakal calon presiden lain yang akan maju di 2024. Prabowo memang tumbuh besar dan bersekolah di luar negeri. Namun, itu tidak menandakan kehidupannya yang nyaman. Ia ke luar negeri dalam kondisi pelarian.
Bakal calon presiden 2024 sudah mengerucut ke tiga nama. Mereka adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Berbeda dengan dua bakal capres lain yang tumbuh besar dan bersekolah di Indonesia, Prabowo tumbuh besar di lima negara. Akibatnya, Prabowo kerap berpindah sekolah sejak pendidikan dasar hingga menengah.
Sebelum hidup di luar negeri, pria kelahiran Jakarta 17 Oktober 1951 itu besar di Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran hingga usianya menginjak 5 tahun. Kehidupan setelahnya, Prabowo selalu berpindah-pindah karena ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo.
Soemitro bukan orang sembarangan. Ia adalah ekonom dan politisi kawakan dari Partai Sosialis Indonesia (PSI). Ia juga tergabung dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Semesta (Permesta). Gerakan yang diikuti bertentangan dengan Orde Lama, pemerintahan yang dipimpin Presiden Soekarno pada saat itu.
Akibat keterlibatannya dalam gerakan, Soemitro pindah ke luar negeri dan selalu berpindah dari satu negara ke negara lain agar terhindar dari penangkapan. Dalam pelariannya itu, ia memboyong istri dan empat anaknya, termasuk Prabowo Subianto
Halaman selanjutnya …
Prabowo kecil hidup di lima negara
Prabowo kecil hidup di lima negara
Malansir dari Historia, Prabowo pernah hidup di lima negara selama kurang lebih 9 tahun masa pelarian. Negara-negara itu adalah Singapura, Hong Kong, Malaysia, Swiss, dan Inggris. Masing-masing negara tidak pernah ditempati selama lebih dari dua tahun.
Kondisi ini berpengaruh pada pendidikan Prabowo. Ia akhirnya ikut pindah sekolah seperti Elementary School (Hongkong), Victoria Institution (Malaysia), International School (Swiss). Hingga akhirnya menyelesaikan pendidikan setara Skolah Menengah Atas (SMA) di American School In London, United Kingdom.
Bersekolah di luar negeri tidak selamanya memberikan pengalaman yang baik bagi Prabowo kecil. Walau tergolong anak yang pintar atau punya intelegensi tinggi, ia sering kena diskriminasi karena berbeda. Ia juga kerap menerima ejekan karena berasal dari Indonesia. Pengalaman hidup sebagai minoritas di negara orang membentuknya sebagai sosok yang berwatak keras.
Ayah Prabowo, Soemitro, baru kembali ke Indonesia pada 1967 setelah diundang oleh Soeharto untuk menjadi salah satu menterinya. Kepulangan ini disusul oleh keputusan Prabowo untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah pada 1970. Kepulangan Prabowo tidak lepas dari saran ayahnya yang mengingingkan Prabowo membangun jaringan di Indonesia. Padahal, sebelum memasuki akademi ini, Prabowo sudah terlebih dahulu diterima di tiga universitas di Amerika, salah satunya Colorado University.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi