Komnas HAM Sebut Ada Indikasi Pelanggaran HAM dalam Tragedi Kanjuruhan

polisi tembakkan gas airmata kedaluwarsa tragedi kanjuruhan yang mewaskan aremania ada indikasi pelanggaran ham mojok.co

Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/pras)

MOJOK.CO – Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan lebih dari 131 korban jiwa makin banyak mendapatkan sorotan. Komnas HAM bahkan menyebutkan tragedi tersebut ada indikasi pelanggaran HAM.

“Ada indikasi ke arah pelanggaran HAM dengan jumlah korban meninggal sebanyak itu. Dalam kondisi yang katakanlah itu bisa disebut panik ya,” papar Wakil Ketua Komnas HAM, Munafrizal Manan di Pengadilan Negeri Yogyakarta, Kamis (06/10/2022).

Menurut Munafrizal, penggunaan gas air mata yang dilakukan aparat keamanan dalam peristiwa tersebut memicu kepanikan. Karenanya kasus tersebut harus menjadi salah satu elemen yang tak bisa dikesampingkan dan perlu digali lebih dalam.

Sebab situasi kepanikan di seluruh stadion akibat gas air mata disebut menjadi pemicu banyaknya korban yang meninggal dan luka-luka. Hal itu perlu dipastikan terjadi karena kesengajaan atau sebaliknya.

“Sekian banyak korban itu sudah jelas kan, tidak boleh dibiarkan mati. Kalau misalnya sekian banyak menjadi korban begitu kan ada perlu dipastikan apakah ada kesengajaan atau pembiaran,” tandasnya.

Munafrizal manambahan, Komnas HAM saat ini baru melakukan investigasi dengan mengerahkan timnya langsung ke Malang, Jawa Timur. Diharapkan investigasi tersebut bisa mencapai konklusi dalam kasus tersebut.

“Tentu saja karena ini menyangkut sesuatu yang memprihatinkan, Komnas HAM bekerja secepatnya. Kita nggak mematok waktu, karena kan ini berkaitan dengan pengungkapan fakta yang harus akurat. Harus dicek kroscek, nanti akan dipaparkan kesimpulan akhir. Sekarang baru temuan sementara,” ungkapnya.

Secara terpisah Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan pengusutan kasus tragedi Kanjuruhan harus transparan dan tidak boleh ada yang ditutupi.

“Lebih baik [jika] kita salah mengakui ada kesalahan-kesalahan, daripada tragedi besar ini kita tutupi. Karena dengan kita belajar jujur, terbuka, objektif, transparan, itu kita belajar untuk tidak mengulangi ke depan,” ungkapnya.

Muhammadiyah menyesalkan tewasnya para suporter dalam pertandingan antara Arema vs Persebaya menjadi tragedi dunia. Angka kematian yang tinggi bukan tanpa sebab.

“Jangan sampai ada usaha untuk menutupi apa pun karena publik baik Indonesia maupun dunia memerlukan itu,” tandasnya.

Selain investigasi, dunia sepakbola Indonesia harus memiliki regulasi lebih yang baik. Salah satunya soal keamanan dan kenyamanan penonton.

Jangan sampai sepakbola hanya menjadi industri tanpa kesiapan regulasi. Sebab di negara maju, meski sepakbola menjadi industri namun dibarengi regulasi yang detil.

“[Di luar negeri] masih ada rasisme, tetapi hukuman pada rasisme tinggi. Nah ini perlu ke depan. Kedua, sistem kehidupan kita secara keseluruhan di Indonesia untuk safety, pengamanan, masih kurang,” imbuhnya.

Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA 9 Tuntutan Aremania untuk Jokowi dan Pihak Terkait Tragedi Kanjuruhan

Exit mobile version