MOJOK.CO – Habis uninstall Bukalapak, terbit uninstall Jokowi dan shutdown Jokowi. Serangan fans 01 kepada Bukalapak direspons secara “sama-sama” brutal oleh fans 02.
Konon di era “Revolusi Industri 4.0” sudah tidak ada lagi yang namanya slip of the tongue. Kini, yang ada adalah slip of the thumb. Ya kalau ada salah-salah ucap dari salah satu pasangan capres/cawapres yang menyebut bahwa Indonesia bakal bubar di tahun sekian, anggap saja itu sedang berkelakar.
Istilah slip of the tongue biasanya terjadi hanya satu kali. Kalau sudah berkali-kali, mungkin itu yang namanya hobi. Nah, kembali ke soal slip of the thumb.
Jumat (14/2), timeline dan daftar trending topic Indonesia kembali diwarnai oleh aksi boikot manja. Setelah dulu kita akrab dengan boikot salah satu merek roti dan agen perjalanan, kali ini tagar uninstall Bukalapak mendominasi. Celakanya, naiknya tagar ini diiringi dengan naiknya tagar uninstall Jokowi dan shutdown Jokowi. Mumet, Rek?
Semuanya dimulai dari cuitan CEO Bukalapak, Achmad Zaky, soal kecilnya biaya R&D Indonesia. Zaky, lewat akun Twitter pribadinya, @achmadzaky, berkata:
“Omong kosong Industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini,” kata Zaky, dilanjutkan menyertakan 10 negara beserta alokasi anggaran untuk pos riset dan pengembangan. Zaky lantas memasukkan Indonesia di posisi paling bawah, setelah Amerika, Cina, Jepang, dan bahkan Singapura serta Malaysia.
Kalimat terakhir dari cuitannya yang kemudian memicu keributan: “Mudah-mudahan presiden baru naikin (anggaran riset dan pengembangan).”
Cuitan ini ditanggapi sejumlah warganet dengan menyimpulkan bahwa Zaky tengah “menyerang” Jokowi. Frasa “presiden baru” diartikan sebagai dukungan terhadap lawan Jokowi di Pilpres 2019: Prabowo dan Sandiaga Uno.
Sontak, Tim Kampanye Jokowi, dibantu warganet yang condong ke kubu 01, menyerang Zaky dan Bukalapak secara brutal. Padahal, Zaky sendiri sudah melakukan klarifikasi bahwa yang dimaksud dengan “presiden baru” bisa siapa saja, termasuk Jokowi. Ia memang salah menulis karena frasa tersebut sudah kadung lekat dengan kampanye 02, yaitu #2019GantiPresiden.
Tentu, bagi kita semua yang mau berpikir paham bahwa Zaky sedang slip of the thumb. Namun, ia sudah dihakimi begitu brutal oleh warganet mahabenar itu. Maka, tagar uninstall Jokowi dan shutdown Jokowi menjadi pembicaraan paling hangat untuk saat ini.
Jubir TKN Jokowi-Ma’ruf, Arya Sinulingga, seperti dikutip Tirto, berkata bahwa Zaky seperti “kacang lupa pada kulitnya”. Arya mengatakan, selama ini Jokowi sudah begitu banyak membantu Bukalapak, sebuah produk dalam negeri. “Ini kan orang-orang yang tidak sadar diri. Orang-orang yang sangat menyedihkan,” suara Arya, suara mayoritas warganet yang menghakimi Bukalapak.
Sayangnya, di tengah kemeriahan rundungan kepada Zaky dan Bukalapak, fans 01 lupa bahwa ada yang namanya “serangan balik”. Bukan dari Zaky dan Bukalapak, melainkan dari kubu 02 beserta warganet yang mendukung mereka.
Memandang bahwa “warganet 01” beserta TKN Jokowi seperti anti dengan kritik, tagar uninstall Jokowi dan shutdown Jokowi menyundul tagar unistall Bukalapak yang sudah menjadi trending topic sejak Kamis malam. Hingga Jumat malam, kedua tagar serangan ini masih menghiasai kolom daftar trending topic.
Jubir BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar menegaskan bahwa serangan yang dilakukan fans 01 kepada Bukalapak justru merugikan junjungan mereka sendiri.
“Jadi, saya pikir cara-cara seperti itu justru merugikan Pak Jokowi. menurut saya kadang-kadang yang mendegradasikan Pak Jokowi itu bukan cuman Pak Jokowi sendiri, tapi juga para pendukungnya,” tegas Dahnil di Posko Pemenangan Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dahnil menambakan bahwa sikap pendukung 01 yang beraksi terhadap “kritikan” berbasis data dari CEO Bukalapak menunjukkan bahwa petahana tidak bisa dikritik meski menggunakan data. “Zaky kan menyediakan data. Data research and development itu data loh, kok mereka memaki-maki data.”
Soal data yang kurang akurat, Tirto melakukan penelurusan. Ditemukan bahwa sumber yang digunakan Zaky adalah Wikipedia. Tirto menulis demikian:
“Namun Zaky tidak mencantumkan sumber kutipan. Dia juga mengabaikan perbedaan tahun rujukan yang digunakan oleh Wikipedia. Ia menyebutkan angka yang digunakan berdasarkan data tahun 2016, padahal hanya empat dari 10 negara yang ia cantumkan menggunakan data tahun tersebut. Tabel tersebut menunjukkan bahwa angka yang dirujuk Zaky dalam mempertanyakan komitmen pemerintah Indonesia untuk membangun industri 4.0 berasal dari tahun 2013, bukan 2016.”
Kecerobohan penggunaan data ini, seharusnya, menjadi perhatian warganet. Sayangnya, karena pengaruh Pilpres 2019 yang begitu “sakit” ini, warganet malah fokus kepada slip of the thumb frasa “presiden baru”.
Demikian pula dengan pendukung 02 yang menaikkan tagar unistall Jokowi dan shutdown Jokowi. Kepala mereka sudah terlalu suntuk dengan pengaruh buruk Pilpres 2019. Buta mata dan hati, mereka justru luput melihat masalah yang lebih penting, yaitu ketika seorang CEO market place berpengaruh ceroboh menggunakan data.
Begitulah kalau isi kepala Ceby dan Kampretos sudah terlalu jenuh dengan bakal virus jahat Pilpres 2019. Menutup logika, yang dibuka hanya mata telanjang dan kebodohan saja. (yms)