Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas Ekonomi

Padi Apung Jadi Alternatif Atasi Krisis Pangan karena Bisa Hasilkan 4 Ton per Hektar

Yvesta Ayu oleh Yvesta Ayu
5 Januari 2023
A A
padi apung mojok.co

Para peneliti dan petani memanem padi apung di Yogyakarta, Rabu (04/01/2023). (yvesta ayu/mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Krisis pangan global jadi ancaman banyak negara, termasuk Indonesia saat ini. Persoalan ini menambah panjang masalah pertanian di negara ini. Salah satu yang bisa jadi solusi adalah pengembangang padi apung yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian UMY. 

Kementerian Pertanian mencatat, lahan pertanian semakin menyusut akibat alih fungsi lahan yang dimanfaatkan untuk bangunan, SPBU, kawasan wisata dan lainnya yang mencapai lebih dari 100 ribu hektar (ha) per tahunnya. Sedangkan sekitar 1.400 hektar (ha) lahan subur atau produktif di Pulau Jawa menghilang.

Melihat persoalan ini, tim peneliti Fakultas Pertanian UMY mengembangkan budidaya padi apung di lahan gambut atau marjinal. Berbasis kearifan lokal, sistem padi apung ini bisa menambah produksi padi di Indonesia dengan memanfaatkan lahan-lahan gambut yang selama ini banyak ditinggalkan karena dianggap tak produktif.

Budidaya yang awalnya dikembangkan di Kalimantan Timur ini berhasil menghasilkan panen sekitar 4 ton per hektar. Karenanya apabila dikembangkan secara optimal maka bisa menjadi salah satu cara mengatasi krisis pangan di negara ini.

“Berawal dari lahan gambut di Kaltim, kami kembangkan prototipe sistem padi apung yang di Jawa,” papar tenaga ahli pertanian UMY, Mulyono usai panen padi apung di Yogyakarta, Rabu (04/01/2023).

Sistem padi apung berbeda dibandingkan penanaman padi biasanya. Namun dipastikan memiliki kualitas yang sama.

Padi apung ditanam di media tanam berupa botol bekas. Botol diisi 50 persen bulu ayam dan 50 persen sisanya kompos yang digunakan sebagai nutrisi.

“Kompos kami buat dari campuran gergaji kayu dengan kotoran ternak dan diformulasikan dengan tetes tebu,” jelasnya.

Menurut Mulyono, benih padi berumur satu bulan dimasukkan dalam media tanam dan dimasukkan dalam rakit sederhana dari bahan bambu agar mengapung di rawa dengan alas berupa karet spon ati. Satu botol bekas ditanam satu bibit padi agar berkembang dengan baik.

Dengan sistem ini maka petani tidak perlu lagi menambah pupuk selama empat bulan masa tanam. Hal ini penting agar petani bisa menghemat pengeluaran mereka.

Namun saat ini belum semua varietas padi bisa dikembangkan menggunakan teknologi padi apung ini. Baru varietas Rojo Lele bisa dipanen empat bulan dan IR 64 yang berhasil dipanen dalam waktu tiga bulan.

“Hasilnya memang belum seperti tanaman padi di lahan biasa, namun setidaknya bisa menjadi solusi di lahan marjinal,” jelasnya.

Mulyono menambahkan, sistem ini juga tidak menyebabkan pendangkalan di rawa. Penanaman padi apung ini justru membuat air semakin bersih.

“Akar padi mengikat lumpur dan membuat air menjadi jernih,” jelasnya.

Iklan

Sementara Rektor UMY, Gunawan Budiyanto mengungkapkan pengembangan teknologi padi apung di lahan gambut bukan tanpa masalah sehingga harus menggunakan cara khusus. Untuk itu beberapa peneliti agroteknologi UMY melakukan penelitian di kawasan rawa-rawa selama dua tahun.

“Kalau menanam padi dengan cara biasa di lahan gambut tenggelam sebelum dipanen. Jadi kalau menanam padi di lahan gambut posisi padi harus terapung ke atas,” tandasnya.

Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Pakar UGM: Ancaman Bencana Kelaparan Itu Riil

Terakhir diperbarui pada 5 Januari 2023 oleh

Tags: beraskrisis pangankrisis pangan globalmenanam pagiPadipadi apung
Yvesta Ayu

Yvesta Ayu

Jurnalis lepas, tinggal di Jogja.

Artikel Terkait

banjir sumatera. MOJOK.CO
Mendalam

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Stok Beras Bulog 2025 Aman. MOJOK.CO
Aktual

Stok Beras Bulog Memang Berlebih di Gudang, tapi Tak Jamin Masyarakat Bisa Beli dan Petani Sejahtera

24 November 2025
Swasembada Pangan di era Prabowo. MOJOK.CO
Aktual

Memahami “Bahasa Bayi” Swasembada Pangan yang Dibanggakan Presiden Prabowo selama Satu Tahun Menjabat di Saat Petani Makin Nelangsa

21 Oktober 2025
Kerja sama Pemprov Jawa Tengah dengan Uni Eropa untuk pengembangan beras rendah karbon MOJOK.CO
Kilas

Pengembangan Beras Rendah Karbon di Jawa Tengah, Kerja Sama dengan Uni-Eropa untuk Ketahanan Pangan

30 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.