Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads

Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads. MOJOK.CO

Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads. (Ilustrasi)

MOJOK.COWarganet baru saja disuguhkan kehadiran platform media sosial baru bernama Threads. Platform ini dirilis oleh perusahaan Meta yang dimiliki oleh Mark Zuckerberg. Di App Store atau Google Play Store, aplikasi ini sudah bisa diunduh dengan nama “Threads, an Instagram app”.

Warganet berbondong-bondong membuat akun Threads dan membagikan aktivitasnya di Instagram. Banyak yang meramalkan platform ini akan menjadi “Pembunuh Twitter” karena secara tampilan dan fitur mirip. Selain itu, warganet Twitter sudah terlanjur kecewa dengan kebijakan Elon Musk yang terkesan mempersulit pengguna. Meski demikian, sejarah mengatakan hal tersebut bakal sulit terjadi.

Kegagalan platform Mastodon membunuh Twitter

Kemunculan aplikasi serupa Twitter pernah terjadi sebelumnya. Akhir tahun lalu, platform media sosial Mastodon ramai menjadi pembicaraan publik. Mastodon merupakan jejaring sosial dunia maya yang dibangun pada 2016. Pemiliknya bernama Eugen Rochko, seorang pengembang perangkat lunak dari Jerman.

Setali tiga uang dengan kondisi hari ini, saat itu Mastodon diramalkan bakal “membunuh” Twitter. Berbondong-boncong pengguna Twitter dikabarkan pindah ke Mastodon yang secara tampilan dan fungsi sangat mirip dengan pendahulunya. Motif kepindahannya pun sama, yakni disebabkan oleh kekecewaan pengguna Twitter kepada Elon Musk yang kontroversial. Namun, apa yang terjadi? Sampai hari ini Twitter tidak “mati”.

Tidak Mudah “Membunuh” Platform Media Sosial Besar

Twitter masuk dalam jajaran platform media sosial terbesar. Sejarah mencatat tidak mudah bagi media sosial baru untuk menjatuhkan pendahulunya. Kemunculan peniru platform media sosial seringkali hanya berakhir sebagai kompetitor. Sifatnya tidak “membunuh” melainkan hanya “mencuri” pengguna

Contohnya Instagram. Instagram termasuk platform media sosial sukses. Per 2023, penggunanya menyentuh angka 1,32 miliar dari seluruh penjuru dunia. Sejak awal kemunculannya pada 2012, Instagram berkali-kali berhadapan dengan platfom dengan tampilan dan fitur yang mirip. Sebut saja We Heard It, VSCO, Flipagram, dan SnapChat. Namun, seiring berjalannya waktu Instagram tetap eksis.

Kehadiran kompetitor justru membuat Instagram berinovasi. Tahun 2016, Instagram “mencuri” fitur stories yang lebih dulu populer pada SnapChat. Begitu pula dengan fitur reels yang berhasil Instagram curi dari TikTok pada 2020. Inovasi tersebut kini justru jadi andalan Instagram.

Beberapa Pengguna Memilih Bersetia Pada Twitter

Pindah ke Threads belakangan jadi tren. Namun, tidak semua pengguna yang pindah dari Twitter ke Threads merasa puas. Salah satu alasannya ialah kehadiran seleb dari berbagai platform yang ikutan hijrah ke Threads.

Di era media sosial, menjadi seleb ialah mimpi banyak pengguna. Sebab selain mendatangkan popularitas juga bisa mendatangan keuntungan materi; dari unggahan berbayar, endorsement, iklan, dan lain-lain. Namun, dengan adanya fenomena selebtwit, seleb TV, selebgram hijrah ke Threads, banyak yang merasa kehilangan kans untuk bisa populer. Akhirnya, mereka memilih tetap di Twitter.

Hingga kini Threads masih menjadi perbincangan hangat. Ia baru saja memecahkan rekor mengesankan dengan mendapatkan lebih dari 44 juta pengguna dalam kurung waktu kurang dari 24 jam.

Meski demikian, masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa Threads akan “membunuh” Twitter. Setiap perusahaan pasti punya strategi untuk bertahan. Apalagi mengingat serangan datang dari perusahaan Mark Zuckerberg yang notabene “musuh” dari Elon Musk. Menarik menyimak langkah Elon Musk ke depan.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Kondisi Cak Nun Semakin Stabil, Doa Terus Terpanjat dari Beragam Kalangan

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version