Analisis Kekalahan Dewa Kipas Ketika Melawan GM Irene Sukandar

Analisis Kekalahan Dewa Kipas Ketika Melawan GM Irene Sukandar mojok kilas

Analisis Kekalahan Dewa Kipas Ketika Melawan GM Irene Sukandar mojok kilas

MOJOK.CO Dewa Kipas alias Pak Dadang yang jadi kesayangan netizen kalah dalam pertandingan persahabatan melawan GM Irene Sukandar. Perlu ada analisis kekalahan yang manjur mengobati kekecewaan fans Dewa Kipas.

Sembari GothamChess masih menikmati pizza di New York, Dewa Kipas yang sempat terlibat polemik dengannya tengah bertanding sengit melawan Grand Master Irene Sukandar yang disiarkan langsung di kanal YouTube Deddy Corbuzier. Pertandingan yang berlangsung pada 22 Maret 2021 mulai pukul 15.00 ini terdiri dari empat babak dan tak satu pun dimenangkan oleh Dewa Kipas. Usai pertandingan ketiga, Pak Dadang memilih tidak melanjutkan.

Memang mengejutkan ketika lebih dari satu juta orang menonton live siaran YouTube yang bahkan bukan disiarkan oleh stasiun televisi itu. Pantauan netizen tidak pernah main-main. Nama Dewa Kipas melambung usai kemenangannya melawan GothamChess hingga pemblokiran akunnya di situs Chess.com karena dianggap curang. Netizen tentu membela Dewa Kipas sebagai pecatur akar rumput.

Semangat menggebu inilah yang mau tak mau harus diredam usai kekalahan Dewa Kipas melawan GM Irene Sukandar. Sebagian mungkin mengatakan kekalahan Pak Dadang ini wajar saja karena lawannya nggak main-main. Tapi, luka tetap perlu diobati. Redaksi Mojok kemudian melakukan analisis terhadap pertandingan ini dan merumuskan alasan yang paling krusial yang jadi faktor penyebab kekalahan Pak Dadang.

#1 Dewa Kipas tidak bermain sambil minum kopi hitam nasgithel

Dikenal sebagai pecatur yang tumbuh dari akar rumput, bisa jadi Pak Dadang memang terbiasa menenggak kopi sambil main catur. Layaknya Elizabeth “Queen’s Gambit” Harmon yang harus menelan pil supaya melihat bidak catur di langit-langit, Pak Dadang juga perlu menyesap wanginya aroma kopi dan menelan setiap sari-sari kafein di dalamnya.

Sayangnya di pertandingan live-nya melawan GM Irene Sukandar, tidak ada kopi hitam nasgithel (panas legi kenthel) yang tersedia di sana. Jelas saja, konsentrasi Pak Dadang mungkin terpecah. Siapa juga yang nggak grogi ketika ditonton jutaan orang secara live?

#2 Studio Deddy Corbuzier ber-AC, tidak ada penonton yang boleh merokok

Asap rokok itu tidak baik, tapi bagaimana jika Om Dadang Subur memang terbiasa menghirup bau-bau gosong tembakau di tengah pertandingan? Rokok yang diisap oleh penonton yang terbiasa nontonin Dewa Kipas bertanding bisa jadi sebuah stimulus ciamik untuk meningkatkan konsentrasi dan kecemerlangan berpikir. 

Maaf saja, pertandingan yang dihela oleh kanal Deddy Corbuzier kemungkinan besar berlangsung di ruangan ber-AC. Jangankan merokok, ngejres korek saja pasti dilarang. Sebagai pemain yang terbiasa ditonton oleh bapak-bapak dan pemuda kompleks, Dewa Kipas tentu tidak terbiasa. 

#3 Absennya sorak-sorai, bacotan komentator amatir, dan bunyi pertanda ambil jimpitan

Sepertinya memang studio three two one close the door itu kelewat hening untuk seorang Dewa Kipas. Tentu ia terbiasa dengan sorak sorai penonton yang bakal mengutuki langkah blundernya dan bertepuk tangan ketika langkah yang dia lakukan ciamik. Dewa Kipas seakan kehilangan arah tanpa adanya suara-suara berisik itu.

Pertandingannya melawan GM Irene Sukandar bahkan dikomentari langsung oleh Grand Master Susanto Megantoro dan Women International Master Chelsea Monica yang tidak mungkin mengeluarkan celetukan receh. Selain itu komentar mereka pun tidak bisa didengar langsung oleh Pak Dadang, mainnya hening, Bos.

Dewa Kipas mungkin terbiasa untuk mendengar komentar yang lebih pedas dari bapak-bapak dan pemuda kompleks yang bahkan cuma tahu kuda itu jalannya L. Apalagi mereka seringnya mendentingkan tiang listrik sebelum menyaksikan pertandingan catur, pertanda mereka sedang siaga jaga pos ronda dan sebentar lagi mengambil beras jimpitan. Nuansa-nuansa inilah yang nggak ada di pertandingannya melawan Irene Sukandar, jadi pasti rasanya ada yang kurang.

Walau Dewa Kipas kalah, tapi hadiah seratus juta rupiah yang dijanjikan sebelumnya tetap dikantongi dan dukungan netizen tidak pernah padam. Terima kasih, Pak Dadang, kehadiranmu membuat Indonesia mengerti serunya main catur.

BACA JUGA Dewa Kipas, Kebangkitan Pemain Catur Online Indonesia, dan Guyonan Orang Batak dan tulisan lainnya di rubrik KILAS.

Exit mobile version