MOJOK.CO – Kalau liburan ke Jogja cobalah berkunjung ke tiga angkringan legendaris rekomendasi Mojok. Masing-masing menawarkan ciri khas berbeda. Ada yang jadi langganan mahasiswa, seniman, hingga preman.
Di Jogja, menemukan angkringan bukan perkara yang susah. Setiap menengok ke salah satu sudut jalan, Anda bisa menjumpai angkringan. Tempat beragam orang lintas kalangan bercengkerama bersama membahas dinamika kehidupan sehari-hari.
Angkringan seperti menyapa setiap orang yang baru saja tiba di Jogja. Baru turun dari kereta di stasiun, salah satu hal pertama yang tampak adalah angkringan dengan segenap ciri khasnya.
Di antara banyaknya angkringan di Jogja, terdapat beberapa yang cukup legendaris. Baik dari segi usia maupun kisah-kisah yang menyertainya. Angkringan legendaris ini terletak di tiga kawasan yang berbeda. Masing-masing punya keistimewaannya tersendiri.
#1 Angkringan Lik Man
Angkringan Lik Man punya lokasi yang strategis. Letaknya memang seperti hendak menyapa orang-orang yang baru sampai ke Jogja yakni di dekat Stasiun Tugu. Salah satu menu khasnya adalah kopi jos yakni kopi yang tersaji dengan arang. Selain itu ada teh nasgithel yang merupakan akronomin dari panas, legi, kenthel.
Dua minuman hangat tersebut cocok untuk menemani malam di Jogja. Makin sempurna jika ditambah sejumlah menu makanan ringan hingga berat yang tersedia. Sambil menikmati makanan, sesekali terdengar suara kereta.
Angkringan yang berdiri sejak 1968 ini menjadi tempat berkumpulnya orang dari beragam latar belakang. Syafaruddin Murbawono, penulis buku Monggo Mampir: Mengudap Rasa Secara Jogja mencatat bahwa angkringan tersebut sangat akrab dengan mahasiswa, seniman, waria, hingga preman.
Pemiliki angkringan tersebut berasal dari Cawas, Klaten, Jawa Tengah. Mayoritas pedagang angkringan di Jogja memang berasal dari daerah tersebut.
#2 Nganggo Suwe
Dari ujung selatan Kota Yogyakarta, sebuah angkringan bernama “Nganggo Suwe” siap membuatmu nyaman dengan suasana, minuman , dan hidangan yang tersedia di sana . Nama “Nganggo Suwe” tersemat sejak 1998 bukan karena tempat ini cocok untuk makan dan minum berlama-lama. Melainkan karena lamanya antrean untuk menjajal hidangan di sini.
Angkringan ini secara fasad bangunan memang agak berbeda dengan angkringan pada umumnya. Angkringan Nganggo Suwe menempati bangunan layaknya warung biasa. Bangunan tua dengan cat tembok yang sudah kusam.
Saat awal berdiri pada 1972, Angkringan Nganggo Suwe masih menggunakan gerobak dan terpal. Namun seiring waktu ada sejumlah perubahan.
Banyak orang menyebut angkringan ini sebagai tempat langganan budayawan dan seniman. Emha Ainun Nadjib merupakan salah satu pelanggannya. Pesohor ibu kota seperti Komeng dan Katon Bagaskara juga pernah mampir ke sini.
#3 Angkringan Wijilan
Angkringan Wijilan memang tergolong relatif lebih muda dari yang lain. Berdiri sejak 2006 di daerah Wijilan, Kota Yogyakarta. Tempatnya cukup luas dengan bangunan yang didominasi dari anyaman bamboo.
Salah satu hal yang menarik dari tempat ini adalah menunya yang beragam. Menu-menu khas angkringan tetap tersedia. Namun, banyak variasi tambahan. Jika ingin makan dengan kenyang, angkringan ini bisa jadi pilihan yang tepat.
Di Jogja masih ada begitu banyak pilihan angkringan yang bisa Anda kunjungi. Makan di pinggiran jalan sambil menikmati keramaian merupakan salah satu hal menarik yang bisa dirasakan di tempat semacam ini.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Angkringan Felix UNY: Merekam Reformasi 1998 hingga Tempat Favorit Bertengkar dengan Pacar dan tulisan menarik lainnya di Kilas.