Melihat perputaran repetitif baling-baling kipas angin mungkin hal yang susah dibayangkan letak kenikmatannya. Namun, bagi sebagian lainnya ini adalah kegiatan yang menyenangkan. Bahkan mendatangkan pundi-pundi uang.
Semua ini bermula kala saya pulang ke kampung halaman dan menyaksikan kegemaran baru adik saya yang berusia dua setengah tahun. Dia begitu terobsesi dengan kipas angin. Bukan karena gerah, mengingat letak rumah kami berada di dekat pegunungan nan sejuk, namun semata karena suka dengan bentuk dan gerakannya.
Adik saya mengoleksi tiga buah, dua diantaranya kipas angin kecil yang handy bertenaga baterai, dan satunya kipas angin meja dengan ornamen motif bebek di atasnya. Sesekali, saat saya mengajaknya untuk pergi ke toko membeli susu atau jajan, ia langsung berjalan kencang dan menunjuk kipas angin di beberapa sudut ruangan, “Kipas angine gede,” ulangnya berkali-kali dengan pelafalan yang terbata-bata.
Tak hanya tertarik bentuk fisiknya, adik saya ternyata juga gemar menyaksikan tayangan kipas angin di Youtube. Saya kira, tayangan tersebut punya keunikan, nyatanya hanya sekadar kipas berputar yang direkam. Tapi sebentar, yang membuat saya heran, video-video tersebut mendulang jutaan penonton. Bukti bahwa di dunia ini ternyata banyak orang yang mendedikasikan waktu untuk sekadar melihat baling-baling kipas berputar.
Demi menuntaskan rasa penasaran tentang dunia perkipas anginan, saya menghubungi dan berbincang dengan Etik Kurniasih (39), sosok ibu dari tiga orang anak laki-laki yang mengelola kanal Youtube “Bunda Kamaray”. Kanal ini memiliki sederet video bertema kipas angin dengan subscriber lebih dari 800 ribu dan total penayangan melampaui 400 juta sampai tulisan ini dibuat.
Salah satu konten video dari Youtube Bunda Kamaray yang dilihat 47 juta penonton.
Meski kini kanal Youtubenya menjadi rujukan penting dalam khazanah perkipas anginan, Etik mulanya tak paham soal bagaimana baling-baling yang berputar itu bisa disenangi seseorang. Sampai akhirnya anak ketiganya yang bernama Rayhan berusia satu tahun. Ia ingat betul momen saat ia dan keluarganya singgah di sebuah tempat makan dan anaknya tiba-tiba kegirangan melihat kipas angin. “Saat itu saya biarkan, masih saya anggap biasa,” kenangnya saat dihubungi pada Minggu (23/05/2021).
Banyak kejadian yang membuatnya semakin yakin bahwa anaknya betul-betul tertarik pada kipas angin. Misalnya ketika sang suami hendak membuang sebuah kipas angin rusak di rumahnya, alih-alih beralih kepemilikan ke pengepul rongsokan, barang uzur tersebut justru dijadikan anaknya mainan kesukaan. Akhirnya, saat anak menginjak usia satu setengah tahun, Etik membelikan kipas angin pertama bagi Rayhan. “Kipas pertama yang dibeli buat Rayhan dulu kipas angin USB, yang kecil dan mudah dibawa-bawa itu,” kata ibu yang berdomisili di Kudus, Jawa Tengan ini.
Perlahan, kesukaan pada kipas angin ini berkembang begitu dalam pada diri anak Etik yang lahir tahun 2016 ini. Setiap di bawa ke berbagai tempat, kipas angin tak pernah lepas dari perhatian. Rayhan selalu ingin berlama-lama bersama kipas-kipas itu. Sudah tentu ini menjadi persoalan baru bagi Etik. Tak mungkin jika ia memboyong setiap kipas yang ditemuinya di berbagai tempat. Bukan persoalan uang yang dipermasalahkan, tapi kipas di rumah makan atau tempat hajatan itu kan tidak diperjualbelikan…
Membuat kanal Youtube demi mengurangi beban memori di hp
Ada ide brilian yang kemudian muncul di benak Etik. Ia merekam setiap kipas angin yang ditemui Rayhan kala berkunjung ke berbagai tempat. Harapannya, sang anak bisa menikmati penampakan kipas angin tanpa harus memboyong barangnya ke rumah. “Nanti dilihat di rumah ya kipasnya,” ungkap Etik menirukan caranya merayu Rayhan.
Ide tersebut cukup berhasil untuk beberapa saat. Sampai kemudian muncul persoalan baru, video-video itu membuat hp Etik selalu penuh memorinya. Di sinilah, gagasan untuk membuat kanal Youtube terpikirkan. “Awalnya ya ga kepikiran jadi Youtuber kipas gitu, cuman sekadar mindah video, soalnya hp saya kan penuh itu isinya kipas semua,” tuturnya sambil tertawa.
Kanal Youtube Bunda Kamaray mulai mengudara sejak 14 November 2017. Kamaray sendiri merupakan akronim dari tiga nama depan anak Etik. Mulanya kanal itu menjadi wadah bagi Etik untuk mendokumentasikan keseharian anak-anaknya yang tak melulu soal kipas angin. Intinya, demi mengurangi beban memori di ponselnya.
“Sebelum buat Youtube ini, saya melihat video kipas angin itu kok banyak yang kurang ramah anak. Ada video kipas angin dirusak dan dibanting, pikir saya kan nggak baik untuk tontonan anak. Akhirnya coba saya buat yang sederhana saja dari rekaman yang ada di hp tapi tidak berdampak negatif saat ditonton,” jelasnya.
Tak disangka, video yang tak terkonsep detail itu justru mendulang banyak penonton. Melihat ceruk keuntungan yang dapat dimanfaatkan, Etik pun meminta tolong agar suaminya mengurus segala kebutuhan untuk memonetisasi Youtubenya.
Proses editing dan mengunggah video dilakoni Etik dan suami secara bergantian. Seringkali saat Rayhan tertidur, Etik menyelakan waktu untuk bergelut dengan aplikasi KineMaster di hpnya. Saat ia tak sempat, maka suaminya yang membantu menggunakan laptop atau komputer. Sejak saat itu, keluarga Etik mendapatkan pundi-pundi rupiah dari jalan yang tak pernah diduga sebelumnya.
Namun sebelum sampai menikmati banyak keuntungan, Etik dihadapkan pada berbagai komentar merendahkan bahkan cacian warganet yang meramaikan kolom komentar konten-kontennya. “Pas awal-awal upload video kipas itu banyak komentar, ‘Ya ampun, kipas angin gini banyak-banyak buat apa?’ sampai ada juga yang bilang, ‘Duh buk-buk, gitu banget demi AdSense dateng kondangan sampe ngevideoin kipas angin,” curhat Etik.
Meski merasa tak nyaman melihat berbagai komentar warganet, Etik berusaha tidak ambil pusing. Saat ditanya bagaimana perasaannya, “Ya itu orangnya belum membayangkan saja, bagaimana kalau anaknya seperti anak saya yang suka sekali kipas,” jawab Etik dengan santai.
Toh nyatanya seiiring waktu banyak juga yang mengapresiasi. Tak cuma sekadar ibu-ibu biasa yang turut berterima kasih pada Etik karena video kipasnya membuat sang anak bisa tenang saat ditinggal masak. Artis Tasya Kamila, yang ternyata anaknya juga suka kipas juga pernah memberikan komentar positif pada Bunda Kamaray di instastory akun Instagramnya. “Sekarang anak saya sudah punya kipas angin, tapi tetap tidak sebanyak punya Bunda Kamaray,” ucap Etik menirukan suara Tasya Kamila.
Menemukan ragam fakta tentang penyuka kipas angin
Sejak Youtubenya mulai naik daun, Etik dan suami sesekali berburu kipas angin untuk menambah koleksi di rumah. Paling sering, ia mencari barang tersebut di toko loak. Pasalnya, pencita kipas angin diberi tayangan kipas rusak saja senang. “Cuma fan lovers (sebutan untuk penghobi kipas angin) yang paham bagaimana menyenangkannya melihat baling-baling kipas,” tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, kipas angin di rumah keluarga Etik semakin bertambah. Etik menaksir ada sekitar 20 kipas dinding dan meja yang berada di rumahnya, baik yang masih dalam kondisi prima maupun sudah bunyi ebrek-ebrek saat dinyalakan. Belum lagi kipas-kipas kecil yang jumlahnya lebih banyak dan susah dihitungnya.
Beruntungnya, Etik berkata bahwa jumlah kipas angin yang banyak itu tak pernah membuat keluarganya masuk angin. “Mosok ya dinyalakan semua, kipas-kipas yang besar itu ya dinyalakan pas lagi butuh saja, kalau yg sering dibuat mainan anak itu yg kecil-kecil. Bahkan ya ndak selalu dinyalakan saat digunakan bermain,” jelasnya.
Etik juga mengaku heran kalau ada banyak penghobi kipas angin yang usianya sudah di atas 20 tahun. Awalnya ia mengira ini hanya bisa jadi hiburan bagi anak berusia 1-3 dan para ibu yang menuruti kesenangan buah hatinya. Fakta-fakta itu ia dapati setelah melakukan riset kecil-kecilan melalui komentar-komentar yang nongol di Youtubenya.
Selain itu, kebanyakan penontonnya ternyata berasal dari luar negeri. Hal inilah yang kemudian membuat Etik membuat beberapa judul videonya menggunakan bahasa Inggris, bahkan ada yang dengan bahasa Vietnam. Semua ini dilakukan agar tayangannya dapat dijangkau lebih banyak penghobi dari seluruh dunia. Etik menduga kipas yang beredar di Indonesia punya keunikan khusus yang membuatnya berbeda dari luar negeri. Namun itu sekadar dugaan.
Kata psikolog tentang anak yang suka kipas angin
Selanjutnya, bagi Anda yang menemukan anak menyukai kipas angin tak perlu khawatir. Meski nampak seperti hal yang tak lazim, kebiasaan ini masih tergolong normal. Stella Sriwulandari, psikolog klinis anak yang saya hubungi menjelaskan bahwa wajar jika anak suka terhadap suatu benda, termasuk kipas angin.
Ia menambahkan bahwa adanya barang yang disukai itu para orang tua justru bisa lebih mudah untuk mengondisikan dan mengerjakan sesuatu yang lain. Selain itu, manfaatkan sebagai sarana belajar anak. “Misalnya kita ajak anak mengenal angka yang ada di kipas angin, kita coba eksperimen bagaimana angin bisa mendorong tisu atau balon untuk bergerak,” jelas Stella.
Sebagai catatan, ketika melihat anak yang suka dengan benda yang bergerak repetitif seperti kipas angin pastikan bahwa dia masih dapat berinteraksi dengan orang di sekitarnya dengan baik. “Yang perlu diperhatikan adalah minat sosial seperti kemampuan bahasa dan kontak mata, kemudian terhadap rangsangan itu peka atau tidak,” paparnya.
Jika kebiasaan melihat kipas angin tidak dibarengi dengan minat sosial dan kepekaan terhadap rangsangan, ada potensi terkait gejala autisme. “Proses otak anak autis itu kaku, sehingga suka dengan gerakan repetitif baik dari benda maupun gerakan badannya. Maka ketika suka kipas perlu dibarengi dengan cek kemampuan bahasa, sosial, sensori, dan fokusnya. Kalau tidak ada masalah dengan itu, kemungkinan besar bukan berkaitan dengan gejala autisme,” tambah psikolog yang saya hubungi lewat aplikasi layanan kesehatan ini.
Mendapat penjelasan itu, saya yang memiliki adik balita penggemar kipas angin, merasa lega. Begitu pula dengan anak Etik yang kini sudah tumbuh menjelang usia lima tahun dengan sehat.
Kipas angin yang mengubah hidup sebuah keluarga
Bertambahnya usia ternyata juga membuat anak Etik yang dulunya sangat suka kipas angin menjadi mulai tertarik dengan mainan lain. “Dulu dikasih mainan apa saja nggak suka, pokoknya kipas angin, tidur saja memeluk kipas kesukaannya. Sekarang mulai suka mobil-mobilan,” jelas Etik.
Meski begitu, Youtube Bunda Kamaray tetap menjadikan konten-konten kipas angin sebagai andalannya. Aktivitas anak yang lain seperti bermain dengan mobil-mobilan, diunggah Etik ke kanal lain. “Kata bapak biar rapi, Bunda Kamaray tetap buat kipas angin, saya buat dua Youtube lain untuk video kegiatan anak,” jelas wanita yang sedang menantikan kelahiran anak keempatnya ini.
Kipas angin listrik yang ditemukan Schuyler Skaats Wheeler ini sungguh telah mengubah keluarga ini. Ketika awalnya yang didapat hanya komentar sinis dari warganet, kini telah banyak hal baik yang muncul dari hobi kecil anak. Mobil hingga rumah baru adalah dua dari banyak kebahagiaan didapat dari pundi-pundi AdSense yang melimpah. Jika dihitung-hitung, dari beberapa kanal yang dimilikinya, Etik mengaku sudah mengantongi lebih dari satu miliar rupiah selama empat tahun berjalan ini. Jumlah yang cukup banyak untuk konten yang awalnya diremehkan, bukan?
Namun Etik enggan muluk-muluk mengejar angka-angka penayangan maupun subscriber seperti yang banyak Youtuber idam-idamkan. Suaminya pun tetap bekerja sebagai guru SMA seperti sedia kala meski keluarganya kini terbilang berkecukupan berkat Youtube. “Banyak yang minta giveway-giveaway kipas sampai hp itu Mas. Sebenarnya kalau dilihat (giveaway) ya bisa menambah subscriber itu kaya Youtuber lain, tapi saya malas juga ngurus-ngurusnya. Sak titahe wae, mau ditonton ya mangga, nggak ditonton ya nggak papa. Habis upload ya sudah tak biarin,” cerita Etik.
Tak hanya permintaan giveaway yang datang, endorsement dari berbagai brand kipas angin pun pernah menawari. Namun kerja sama yang berhasil terjalin hanya terjadi sekali. Sekali lagi, Etik tak ingin ribet dan lebih suka fokus mengurus anak saja.
BACA JUGA Konsep Menikah yang Tak Biasa dan Keinginan Keluarga dan liputan menarik lainnya di rubrik SUSUL.