Young Lex Bukan Plagiat Karya Lay EXO, Blio Cuma Bikin Versi ‘Low Budget’ Aja

Young Lex Bukan Plagiat Karya Lay EXO, Blio Cuma Bikin Versi ‘Low Budget’ Aja

Young Lex Bukan Plagiat Karya Lay EXO, Blio Cuma Bikin Versi ‘Low Budget’ Aja

MOJOK.COVideo klip “Raja Terakhir” Young Lex yang dibilang mirip kayak “MV Lit” Lay EXO itu bukan plagiat. Itu versi diet aja.

Dalam video musik berjudul “Raja Terakhir (The Last Kingdom)” yang disponsori oleh game mobile Three Kingdoms: Hero Legendaris, Young Lex mengajak Dinar Candy sebagai salah satu model selirnya.

Strategi serupa yang pernah dilakukan Deddy Corbuzier yang membuat podcast Close the Door episode bintang tamu Dinar Candy itu tidak afdol jika hanya didengar. Harus ditonton juga.

Namun, kali ini bukan Aldi Taher yang minta videonya dihapus dari Youtube karena sensasi Dinar Candy yang dianggap konten maksiat. Kini, giliran fans EXO yang protes. Lantaran, konsep video musik Young Lex dianggap menyontek atau plagiat “MV Lit” karya Lay EXO. Ceunah.

Jika dibandingkan, “MV Lit” milik Lay terasa megah dan epik, seperti film Mulan yang sama-sama mengambil latar zaman feodal. Sementara video klip “Raja Terakhir” bukan plagiat karena lebih tampak kayak versi low budget-nya aja.

Kayak di video klip itu, si Young Lex yang niatnya pakai busana kaisar Cina malah lebih mirip kayak Eyang Subur yang lagi dikelilingi istri-istrinya pas liburan Imlek dan diteriakin Arya Wiguna. Pffft.

Salah satu kemiripan video klip Young Lex yang diduga plagiat adalah kehadiran naga di video klip tersebut. Young Lex dan Lay sama-sama mengusung grafis naga terbang yang membara.

Kalau Lay dianggap wajar pakai naga karena alasan melestarikan tradisi dan sejarah Cina yang menjadi negara asalnya, lah Young Lex?

Padahal kalau mau memasukkan kearifan lokal, harusnya Young Lex pakai efek naga di sinetron laga Indosiar aja. Mungkin fans Kpop juga nggak akan murka jika Young Lex mengganti animasi naga dengan lele bakar raksasa. Paling banter juga dianggap bakul pecel lele.

Bisa dibilang Young Lex hanyalah penerus dari tradisi pelaku industri musik dalam negeri yang tak jarang kegep menjiplak artis luar negeri.

Belum lama ini, pedangdut Via Vallen juga mengalami nasib yang sama ketika video klipnya dituduh menjiplak konsep video musik yang empunya artis Korea. Sampai akhirnya videonya di-takedown, lalu Via bikin video baru dengan konsep berbeda.

Ketika dihujani komentar buruk haters, Young Lex menanggapinya dengan berapi-api. Berbeda ketika d’Masiv yang dituduh plagiat, langsung alibi terinspirasi. Padahal untuk dibilang ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi), intro lagu “Cinta ini Membunuhku” mirip banget sama lagu “I Don’t Love You” milik My Chemical Romance.

Setelah delapan lagu dari album pertamanya dituding jiplakan, d’Masiv melakukan playing victim dengan merilis lagu berjudul “Jangan Menyerah” yang liriknya berisi kalimat motivasi. Sementara itu, My Chemical Romance yang menyerah dan bubar.

Efek dugaan plagiat Young Lex macam ini memang dahsyat. Bisa membuat sang plagiator mendapatkan keuntungan besar, sedangkan pencipta karya aslinya hanya gigit jari. Jangankan plagiat, cover lagu tanpa izin saja bisa bikin pemilik lagu aslinya merasa dirugikan.

Seperti kasus Mas Is mantan vokalis Payung Teduh yang protes ketika lagu “Akad” di-cover Hanin Dhiya tanpa izin sampai meledak… dolar adsense-nya.

Di jagat internet, pernah ada pelakon Youtube Amerika yang membuat konten travelling ke hutan bunuh diri di Jepang. Lalu dikecam karena dianggap tidak ada rispek-rispeknya dengan mereka yang sudah mendahului kita.

Ternyata, perbuatan wanprestasi itu justru ditiru oleh pelakon Youtube Indonesia setahun kemudian. Terkadang, kreator konten Indonesia seolah tidak dapat petunjuk untuk apa-apa yang perlu ditiru dan tidak.

Sebagai masyarakat di negara berkembang, kreator dalam negeri memang tidak bisa lepas dari pengaruh luar negeri. Contohnya, stand up comedy yang merupakan produk asing. Namun, ketika dibawa ke Indonesia, yang ditiru hanya formatnya, kontennya tetaplah lokal.

Di negara asalnya, stand up comedy dijadikan sarana perjuangan orang kulit hitam melawan supremasi kulit putih. Sampai sini, komedi tunggal jadi media menyalurkan keresahan pelawak dari Indonesia Timur terhadap stereotip yang kerap mereka terima sehari-hari. Produknya memang dari negeri nun jauh di sana, tetapi yang dibicarakan yang dekat-dekat saja.

Padahal grup musik Weird Genius yang digawangi Reza Arap sudah membuktikan bahwa karya yang diisi konten-konten lokal bisa menjual juga. Seperti lagu “Lathi” yang mengandung bahasa Jawa dan video musiknya yang memuat budaya asli Indonesia. Kalau diramu dengan tepat, momennya pas, sebuah karya bisa mendunia lewat jalur prestasi.

Berbeda dengan musik video terbaru Young Lex yang dapat serbuan netizen Indonesia dan luar negeri, musik video grupnya Reza Arap waktu itu menuai puja-puji sana-sini. Sampai dijadikan konten reaction oleh banyak bule di Youtube.

Apakah karena mereka tertarik dengan budaya Indonesia? Nggak juga. Pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta. Sebuah pasar potensial untuk meraup klik… dan dolar adsense.

Dari komunitas pengguna internet itu, salah satu yang paling aktif adalah fans Kpop. Sebelumnya, Young Lex sudah berurusan dengan fans Kpop ketika diduga melecehkan Lisa BLACKPINK secara verbal. Lalu memajang wajah lebam warna biru keunguan dan mengaku jadi korban pengeroyokan Kpopers, padahal prank make-up.

Kalau sekarang sang Raja Terakhir mengulangi treatment yang sama, mungkin memang blio lagi butuh atensi fans Kpop untuk menaikkan jumlah dislike lagu barunya.

BACA JUGA Belajar dari Young Lex, Gimana Cara Manajemen Haters yang Sukses dan tulisan Haris Firmansyah lainnya.

Exit mobile version