Yang Bisa Dilakukan Anggota FPI usai Dipaksa Pensiun Dini

MOJOK.CORekomendasi saya untuk para anggota FPI yang dipaksa pensiun dini oleh Pemerintah. Everything’s gonna be okay, Beb~

Sayang sekali, FPI yang legendaris itu akhirnya kini sudah menjadi organisasi ilegal menurut Pemerintah. Organisasi beken yang termasuk salah satu pencetus gerakan sweeping itu beneran dipaksa bubar dong. Hiks.

Sejujurnya, saya sebenarnya menyimpan rasa eman-eman juga dengan kabar pembubaran FPI ini. Lah gimana? Jika air punya api, malam punya siang, panjang punya pendek, maka masyarakat punya FPI.

Bagi kita yang sudah terbiasa melihat kegiatan rutin mereka sehari-hari yang sering diberitakan televisi, saya membayangkan betapa membosankannya hidup ini nantinya tanpa FPI.

Apalagi sudah lama organisasi ini malang-melintang dengan kontroversinya, walau tak bisa dipungkiri banyak juga hal positif yang mereka lakukan di akar rumput yang jarang dipotret media.

Tanpa FPI akan jadi apa kita? Mau rasan-rasan tentang apalagi masyarakat kita ini? Siapkah kita dengan berkurangnya satu bahan ghibah gara-gara kebijakan pemerintah ini? Duh, saya merasa, kehidupan hampa akan menghampiri kita beberapa waktu ke depan.

Meski begitu, sebagai sesama rakyat Indonesia yang dipaksa hidup keras oleh Pemerintah, saya ingin berbagi usulan, apa saja yang bisa dilakukan anggota FPI begitu dipaksa pensiun dini oleh Pemerintah.

Oya, saya pakai kata pensiun agar lebih menghormati anggota FPI juga sih. Toh, pensiun kan kesannya lebih menghargai, meski pensiunnya dipaksa aparat pemerintah juga.

Nah, berbekal pengalaman saya memperhatikan para Pakde dan Mbokde yang pensiun, ini kegiatan rekomendasi saya untuk para pensiunan anggota FPI.

Usaha ternak lele

Kamu kira hanya anak jurusan filsafat saja yang bakal jago usaha ternak lele? Woy, jangan salah, kegiatan ini juga cocok lho dilakukan oleh para pensiunan.

Oke, saya tahu. Usaha ini mungkin terlihat terlalu mainstream, tapi memang ini kegiatan yang mudah, menguntungkan, dan modal yang dikeluarkan relatif kecil. Banyak kok kisah sukses pengusaha lele yang bisa kamu cari di internet meski cerita gagalnya tentu lebih banyak lagi.

Nggak perlu khawatir kalau gejolak melakukan aktivitas di masa lalu membuncah muncul lagi. Misalnya, lagi kebelet pengin sweeping. Aktivitas sweeping-nya bisa diganti sweeping empang agar bersih dari eceng gondok misalnya.

Atau ketika kebelet pengin menebar seruan-seruan menebar kebencian pakai ujaran penggal kepala, mungkin bisa diganti dengan seruan-seruan untuk menebar pakan lele. Kalau memang ingin melakukan nahi mungkar, kolam lele bisa dikuras untuk merepresentasikan kebersihan adalah sebagian dari iman.

Mantap kan?

Buka warung makan pecel lele

Sudah ada yang usaha lele, tentu saja perlu ada usaha untuk menyerap produksi panen lelenya dong. Nah, demi saling mendukung usaha sesama pensiunan anggota FPI, perlu dibikin lini usaha warung pecel lele.

Produksi ada, penyerapan hasil produksi jelas, dan yang utama… sudah pasti halal 100 persen.

Kekompakan luar biasa sebagai sesama mantan anggota FPI sudah pasti sangat solid. Nah, rasa setia kawan yang kuat ini sudah pasti bisa dimanfaatkan untuk menjalani kehidupan yang sebenarnya dengan saling membantu dalam dunia perdagangan.

Bahkan, tidak perlu takut untuk tidak laku. Untuk urusan politik dikombinasikan dengan agama saja mereka bisa begitu semangat, apalagi untuk urusan melarisi warung makan sesama saudara sendiri? Itu mah kecil.

Cukup bikin gerakan berjuta-juta massa untuk melarisi dagangan warung lele, pasti laku keras dan akan balik modal hanya dalam hitungan menit.

Belum dengan potensi diajak collab dengan pengusaha warung makan lain. Kayak Gibran dengan martabaknya, Kaesang dengan pisang gorengnya. Wah, seru pasti kalau dibikin pesta kuliner kolaboratif begitu.

Tanpa cabe pun rasanya sudah pedas, tanpa merica pun rasanya pasti panas.

Tapi ya itu, tolong Tretan Muslim nggak usah di-acc kalau ngajakin ya?

Jadi motivator

Sudah menjadi rahasia umum bahwa anggota FPI cukup banyak berisi orator ulung dan ahli dalam hal membangkitkan semangat.

Bahkan cara membangkitkan semangat ini bisa macam-macam bentuknya, bisa dengan menyiram air ke muka narasumber lain atau dengan membelai kepala orang lain dengan pentungan kecil. Cara pesuasif yang selama ini terbukti ampuh dalam mengajak orang menuju kebaikan.

Saya membayangkan, jika mereka bisa menyalurkan semangat ajakan ini ke para anggota seminar-seminar motivasi, pasti bakal lebih bermanfaat bagi banyak orang. Bahkan anggota FPI ini tak perlu banyak bicara, tapi cukup menunjukkan dengan tindakan saja.

Jika motivator lain pakai kata-kata untuk membangkitkan adrenalin, anggota FPI ini bisa membangkitkan semangat dengan contoh langsung. Jauh lebih baik, dan jauh lebih mudah diikuti, meski nggak begitu mudah dipahami.

Ikut nyaleg

Dengan basis massa yang kuat, militan, dan banyak, bukan barang mustahil kalau pensiunan anggota FPI nanti bakal ada yang nyaleg. Didukung dengan potensi jumlah timses yang ngotot absolute, nyaleg untuk coba masuk dunia politik jelas jadi usulan yang patut dipertimbangkan.

Apalagi, FPI dibubarkan pemerintah ini kan jelas karena FPI tak punya “wakil”-nya di Senayan. Tak ada satu pun anggota FPI yang bisa membantu memperjuangkan hak-haknya di tengah-tengah wakil rakyat.

Memang sih sudah ada Fadli Zon. Tapi blio kan angin-anginan gitu ngebelanya. Di medsos kayak ngebela banget, tapi begitu sudah masuk gedung parlemen, usahanya buat ngebela nggak kelihatan lagi.

Sudah saatnya FPI tak mengandalkan orang politik lagi. Terutama setelah Prabowo dan Sandiaga yang kelihatan betul ninggalin begitu saja setelah baik-baikin biar dapet suara anggota FPI di pilpres lalu.

Ayo, FPI pasti bisa! Suarakan pendapatmu sendiri! Jangan ngandelin lagi politisi-politisi bermuka manis itu!

Bikin partai politik

Mau nyaleg tapi nggak ada satu parpol pun yang mau menampung? Jangan khawatir, dengan anggota yang banyak dan militan, FPI sudah pasti mampu untuk bikin partai politik secara mandiri.

Tinggal ganti nama yang mirip sama ganti logo apa susahnya? Yang paling penting, semangat dan keberlangsungan nyala api FPI tetap ada meski bentuknya adalah partai politik.

Bahkan, dengan menjadi partai politik, peluang ke depan akan semakin banyak nantinya, karena bakal ada banyak kepentingan FPI yang bisa disuarakan di parlemen.

Apalagi di FPI sudah ada ahli politik, ahli hukum, ahli tata negara syariah, ahli ekonomi, dan banyak lagi. Profesional-profesional di bidangnya yang bisa dimanfaatkan untuk cita-cita yang lebih besar.

Buat nama, Fartai Pembela Islam Perjuangan sih kayaknya bisa dipakai.

BACA JUGA Hal-hal yang Dirindukan bila FPI Bubar Beneran.

Exit mobile version