Tips Penting Traveling Saat Puasa Ramadan: Nggak Usah Ambisius-Ambisius Amat, Bos!

Tips Penting Traveling Saat Puasa Ramadan: Nggak Usah Ambisius-Ambisius Amat, Bos!

MOJOK.CO Saya punya kebiasaan untuk berpuasa di luar negeri. Kali ini pun, saya tetap melaksanakan “ibadah” traveling saat puasa Ramadan tiba.

Bulan Ramadan tahun ini, saya beruntung pindah ke Melbourne karena ini berarti satu lagi kesempatan pengalaman traveling saat puasa Ramadan bisa saya rasakan. Apalagi, ada satu privilege lainnya, yaitu waktu puasa Ramadan di Melbourne lebih pendek daripada di Indonesia!

Ya, belahan bumi di sisi selatan khatulistiwa memang sedang musim gugur, dan baru akan masuk musim dingin di bulan Juni nanti, sehingga waktu siangnya jadi lebih pendek. Di Melbourne, waktu Subuh pukul 5.45 pagi. Artinya, kalaupun kita bangun pukul 5 pagi, kita masih akan sempat masak untuk sahur. Sementara itu, waktu buka puasa adalah waktu Magrib yang jatuh pada pukul 17.15. Hamdallah, betul.

Ada kejadian menarik satu lagi. Kaum muslim di Melbourne memulai puasa Ramadan pada tanggal yang berbeda-beda. Bahkan, sesama jamaah di satu masjid saja bisa berbeda tanggalnya.

Sebabnya adalah keberadaan dua pendapat yang mengemuka di sana. Salah satu organisasi menyatakan awal puasa adalah tanggal 6 Mei 2019, sementara organisasi lainnya bilang puasa akan mulai tanggal 7 Mei 2019 karena hilal belum tampak.

Karena Australia adalah negara sekuler yang mayoritas ateis, tidak ada otoritas resmi agama tertentu di sana. Oleh karena itu, ada banyak organisasi Islam di Australia, lengkap dengan misinya masing-masing, yang mana jamaahnya dipersilakan memilih waktu mulai puasa sesuai keyakinannya sendiri-sendiri.

Ini cerita dari belahan bumi selatan, ya. Tentu, ini berbeda dengan belahan bumi utara yang mau masuk musim panas. Kondisi di belahan bumi utara tentu akan membuat waktu Ramadan lebih panjang, konon bisa mencapai 18 jam. Jelas, tantangan iman bakal lebih berat karena waktu puasanya lebih panjang.

Saya memang memiliki tradisi untuk berpuasa di luar negeri. Sebagai muslim, saya ingin merasakan keragaman dan budaya puasa di negeri orang melalui aktivitas traveling saat puasa Ramadan. Tentu akan lebih menarik apabila kita bisa berpuasa di negara non-muslim; kulturnya akan sedikit berbeda dengan Indonesia yang sangat semarak kala bulan suci tiba.

Traveling saat puasa Ramadan di luar negeri juga membuat saya tidak kagetan. Di Brunei Darussalam yang notabene negara Islam, saya jadi tahu restoran tetap buka saat Ramadan, tetapi pembeli hanya boleh takeaway. Hujjah ini dilakukan karena ada golongan orang yang tidak wajib berpuasa dan tetap harus dipenuhi haknya.

Sungguh sangat syar’i dalam implementasinya, tanpa perlu ada demo atau paksaan menutup warung makan, bukan?

Dari beberapa kali pengalaman traveling saat puasa Ramadan di luar negeri, ada beberapa tips dari saya bagi teman-teman yang juga ingin merasakan puasa sebagai seorang traveler.

1. Traveling Saat Puasa Ramadan, Jangan Ambisius-Ambisius Banget!

Layaknya Ramadan yang pesan utamanya adalah menahan hawa nafsu, traveling juga demikian. Tantangan utama traveling saat puasa Ramadan adalah tantangan fisik. Itu sebabnya, sebaiknya kamu santai saja.

Kunjungilah satu-dua tempat. Kalau lelah, beristirahatlah. Selebihnya, nikmati nuansa Ramadan di sana.

Ingat, makin banyak tempat yang kamu kunjungi, semakin terkuras pula energimu. Strategi tersebut justru akan merusak puasamu. Sudah capek, eh tidak mendapat berkah puasa pula karena emosi!

2. Kunjungi Komunitas Muslim di Negara Tersebut

Sempatkanlah waktu untuk mengunjungi komunitas muslim di negara yang kamu kunjungi, terutama jika kamu berada di negara non-muslim. Sapaan brother/sister akan hangat terdengar dan nuansa Ramadan akan terasa syahdu sekali.

Di komunitas muslim tersebut biasanya ada acara kajian, buka bersama, juga sharing informasi mengenai Ramadan. Kita juga akan mengetahui bagaimana kultur Ramadan di negara tersebut, bagaimana budayanya, hingga menu buka puasanya.

Silaturahmi antara sesama muslim adalah sunah, dan dengan mengenal muslim di negara tersebut, sesungguhnya kita sedang membangun ukhuwah islamiyah antarnegara.

3. Siapkan Nutrisi yang Cukup

Saat melaksanakan puasa Ramadan di luar negeri, persiapkanlah nutrisi yang tepat untuk sahur dan buka. Kebutuhan nutrisi yang pas akan membantu aktivitas traveling-mu. Usahakan juga kamu banyak minum air putih agar tidak dehidrasi. Jangan sampai, sewaktu berjalan-jalan selagi puasa, kamu malah jatuh sakit gara-gara nutrisi yang tidak seimbang.

Ada banyak literatur soal makanan di masa puasa yang baik bagi tubuh yang bisa kamu cari. Kalau tubuhmu fit dan bugar, traveling saat puasa Ramadan yang kamu lakukan pun pasti lancar.

4. Cek Jadwal Imsakiyah Secara Berkala

Hal penting selanjutnya adalah mengecek jadwal imsakiyah secara berkala. Setiap negara tentu memiliki waktu sahur dan buka yang berbeda-beda, begitu juga dengan waktu salatnya. Ingat, jangan sampai salah jadwal, ya!

Kalau kamu mengabaikan poin ini, bisa-bisa kamu malah melakukan “kecurangan”. Misalnya kamu berada di Norwegia, nggak lucu, dong, kalau kamu malah ikut waktu buka puasa yang berlaku di Indonesia? Memangnya, kamu mau puasamu dikorting begitu?

5. Cari Jadwal Berbuka Puasa di Kedutaan/Konjen RI

Buat para pencari gratisan, poin ini adalah yang paling penting. Setiap kedutaan atau konjen RI di luar negeri biasanya menyelenggarakan acara buka bersama. Dalam acara ini, tak hanya kegiatan buka bersama saja yang dilaksanakan, tapi juga kesempatan berjumpa dengan para diaspora Indonesia di perantauan.

Yaaah, siapa tahu kamu bisa ketemu jodoh juga, kan?

6. Light Packing

Secara sederhana, kamu harus membawa barang-barang yang ringkas dan tidak merepotkan selama traveling saat puasa Ramadan. Dengan packing yang ringkas, perjalanan bakal terasa semakin ringan dan enteng.

Cara light packing bisa kamu cari di internet. Tenang saja, ada banyak tipsnya di sana. Setidaknya, kuota internetmu bisa dipakai untuk menambah ilmu baru yang bermanfaat.

7. Cobalah Kuliner Setempat

Kalau berkesempatan puasa Ramadan di luar negeri, cobalah berbuka dengan kuliner setempat yang halal. Sajian kuliner yang berbeda akan menambah perbendaharaan rasa yang unik di lidahmu. Lagi pula, setiap negara pasti punya kekhasan sendiri.

Sebagai contoh, Australia ada makanan halal yang khas, bernama HSP (Halal Snack Pack). Biasanya, ia dijual seharga 10 dolar dengan bonus satu soft drink. HSP adalah modifikasi makanan Timur Tengah yang konon hanya ada di Australia, berisi daging kebab cincang, keju, dan chips. Dijual di warung kebab dan jelas halal, pelanggannya selalu ramai dan antreannya panjang. Pun, ada banyak bule yang jadi penggemar HSP, apalagi yang baru pulang dari party.

Benar, kuliner-kuliner yang datang dari budaya timur tengah ini sesungguhnya bisa menjadi jembatan selera orang-orang Australia yang awalnya asing dengan konsep makanan halal.

Nah, Teman-teman sekalian, itulah tadi beberapa tips menjalankan “ibadah” traveling saat puasa Ramadan. Jelas, tantangannya ada, tapi hikmahnya pun tak kalah penting, yaitu agar kita tetap aktif di bulan Ramadan.

Tak hanya itu—hikmah lain yang lebih besar adalah mengenal kultur dan dunia luar saat Ramadan tiba. Tak perlu takut traveling saat Ramadan tiba. Toh, dengan persiapan yang pas, traveling saat puasa Ramadan, insyaallah, bisa berjalan lancar meski hubungan asmaramu, misalnya, ambyar nggak ketulungan.

Exit mobile version