Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Serampangan Menaikkan Cukai Rokok Bukti Dangkalnya Rasionalitas Negara dan Sri Mulyani

Tapi, apakah pemerintah dan Sri Mulyani bisa berfikir rasional? Saya kurang yakin bahwa rasionalitas publik adalah raison d'etre dari semua kebijakan pemerintah.

Ronny P. Sasmita oleh Ronny P. Sasmita
7 November 2022
A A
Cukai Rokok Naik Bukti Dangkalnya Rasionalitas Sri Mulyani MOJOK.CO

Ilustrasi Cukai Rokok Naik Bukti Dangkalnya Rasionalitas Sri Mulyani. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Cara pandang ini setali tiga uang dengan perspektif “utilitarianisme” ala Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Tapi persoalannya, seberapa bermoralnya sebuah negara sampai-sampai berwenang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk untuk masyarakatnya? Perspektif ini telah lama dilabrak oleh penganut mazhab libertarianisme John Locke, atau oleh penganut filsafat moral Immanuel Kant, atau pula penganut mazhab egalitarianisme John Rawl.

Karena itu, kemudian negara mengambil posisi moderat. Negara tidak berani terang-terangan melarang, tapi justru mengambil keuntungan di tengah-tengahnya, yakni dengan menerapkan aturan pajak. Negara tetap pada pandangan bahwa merokok adalah aktivitas buruk, tapi tak kuasa melarangnya, karena satu dan lain hal. Salah satunya karena besarnya potensi pendapatan yang bisa diraih negara atas rokok. 

Pertanyaan sederhana, jika rokok menyebabkan inflasi dan mengurangi porsi pendapatan masyarakat menengah ke bawah untuk berbelanja kebutuhan pokok, maka dengan menaikan cukai rokok, otomatis akan semakin tinggi harga rokok dan akan semakin besar pendapatan masyarakat yang tersedot ke sana?

Tutup industrinya kalau berani!

Bukankah kebijakan menaikan cukai rokok pada ujungnya akan semakin merusak postur belanja masyarakat? Artinya, jalan terbaik bagi pemerintah untuk memecah relasi negatif rokok dan inflasi adalah dengan menurunkan pajak rokok. Sehingga saat harga rokok turun drastis, sisa uang dari penurunan biaya pembelian rokok akan digunakan oleh masyarakat untuk menambah biaya belanja kebutuhan pokok. 

Karena jika pemerintah justru semakin menaikan pajak yang menyebabkan kenaikan harga rokok, relasi rokok dan inflasi akan semakin destruktif, lantaran perokok akan sulit untuk berhenti merokok. Dan saya yakin, pemerintah hanya “basa-basi” dengan asumsi moral di atas.

Jika pemerintah ingin aktifitas merokok dihentikan, cukup dilarang dan ditutup semua industri rokok. Beres urusan. Risikonya, tak ada lagi pendapatan negara dari rokok. Tapi kembali kepada alasan pertama di atas, pemerintah ingin mengeksploitasi dunia “rokok merokok” untuk dijadikan sapi perah keuangan negara. 

Karena itu pemerintah tak berniat melarangnya di satu sisi dan tak berniat pula untuk menurunkan pajaknya di sisi lain. Maka yang akan terjadi dua atau tiga tahun lagi, pemerintah akan menaikan lagi cukai rokok dan harga rokok akan semakin terbang tinggi.

Solusi: turunkan cukai rokok serendah mungkin

Pasalnya, saat harga rokok naik, pendapatan masyarakat akan semakin tersedot kepada pos biaya pembelian rokok dan daya beli masyarakat atas komoditas pokok lainya akan semakin tertekan. Walhasil, hasil survei inflasi di tahun-tahun mendatang akan sama dengan hari ini kesimpulannya. Lalu pemerintah akan menaikan lagi cukai rokok. Lah, sampai lebaran monyet akan seperti itu relasinya. 

Jadi untuk memutus relasi “menyesatkan” rokok dan inflasi ini adalah dengan menurunkan pajak rokok serendah-rendahnya, sehingga harganya juga turun drastis. Setelah itu, biaya pembelian rokok masyarakat akan berkurang dan bisa digunakan untuk menambah biaya pembelian kebutuhan pokok. Dengan begitu, relasi negatifnya akan terhenti. Inilah pemikiran paling rasional

Tapi, apakah pemerintah dan Sri Mulyani bisa berfikir rasional? Saya kurang yakin bahwa rasionalitas publik adalah raison d’etre dari semua kebijakan pemerintah. Yang mereka butuhkan adalah kenaikan pajak untuk kenaikan pos pendapatan negara agar bisa berbelanja ini dan itu atas nama negara. Inilah arti rasionalitas bagi pemerintah, sedangkal rasionalitas beruang yang mencari makan di tengah hutan, tak lebih.

BACA JUGA KNPK: Sri Mulyani Memang Ingin Membunuh Industri Strategis Bangsa Ini dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Ronny P. Sasmita

Editor: Yamadipati Seno

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 7 November 2022 oleh

Tags: BPSCukai RokokHarga rokokpajak negarasri mulyani
Ronny P. Sasmita

Ronny P. Sasmita

Penikmat Kopi dan Penggemar Berat Billy Joe Amstrong. Analis Senior di Indonesia Strategic and Economic Action Institution.

Artikel Terkait

Merunut campur tangan asing di balik kampanye antirokok yang tentang kebijakan Purbaya tak naikkan cukai rokok 2026 MOJOK.CO
Ragam

Merunut Campur Tangan Asing di Balik Kampanye Antirokok Menentang Kebijakan Purbaya Tak Naikkan Cukai Rokok

2 Oktober 2025
Dukung kebijakan Purbaya tak naikkan cukai rokok. MOJOK.CO
Catatan

4 Alasan Kebijakan Purbaya Tak Naikkan Cukai Rokok Tak Perlu Ditentang

1 Oktober 2025
cukai rokok, tembakau.MOJOK.CO
Ragam

Cukai Rokok Tak Naik: Melawan Tekanan Antirokok, Menjaga Nafkah Jutaan Petani dan Buruh

1 Oktober 2025
Purbaya Hendak Selamatkan Petani, tapi Malah Dijegal (Rokok Indonesia:Ekosaint)
Pojokan

Niat Mulia Purbaya Mencegah Kematian Industri Tembakau Malah Dihalangi, Sementara Aksi Premanisme Sri Mulyani Memeras Keringat Petani Dibela

1 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.